40

39.6K 3.9K 601
                                    

 Jihye mengenakan jaket kebesaran milik Jungkook dengan buru-buru sembari mengapit ponselnya di antara bahu dan telinga. Kemarin setelah Jungkook menciumnya dan sempat membuat satu kissmark di area tulang selangka, mereka tidak benar-benar melakukan kemauan Jungkook. Pria itu bahkan langsung menjatuhkan tubuhnya di samping Jihye dan terlelap sambil memeluk wanita Park itu erat.

"Iya, Ma, maaf ... kemarin Jiya lupa mengirim pesan. Ini Jiya pulang, kok." Wanita itu kemudian menutup lemari setelah merapatkan jaket yang ia kenakan. "Sebentar lagi, Ma. Kak Jung sedang mandi. Setelah sarapan Jiya akan pulang, janji."

Untung saja Jimin membawa mobil Jihye ke rumah wanita itu. Jadi, ia bisa diantar pulan oleh Jungkook tanpa menyetir. Tungkainya menuruni anak tangga, kemudian menghela napas dalam dan mengantongi ponselnya usai sambungan diputus oleh sang mama. Jihye memindahkan beberapa paper bag yang Jungkook letakkan di konter dapur, lantas mulai masuk ke area memasak tersebut untuk membuat sarapan sederhana lantaran jam sudah menunjuk angka tujuh. Satu jam lagi Jungkook harus sudah mengurus perusahaannya.

Saat Jihye sibuk pada nasi gorengnya, pipinya mendadak basah lantaran kecupan dari Jungkook yang baru saja datang ke dapur menyusulnya. Pria itu sudah sangat rapi dengan jas kerja yang dikancingkan, juga dasi berwarna hijau yang melingkari leher.

"Good morning. Bagaimana tidurmu? Pasti nyenyak sekali karena aku memelukmu." Jihye tidak menanggapi. Wanita itu malah menyendok nasi goreng dan meniupnya sebelum memasukkan ke mulut Jungkook. Tanpa mendengar pertanyaan Jihye, Jungkook lekas mengangguk. "Enak. Masakanmu tidak pernah salah."

"Masih pagi, Koo ... bukan waktunya menggombal sekarang," ucap Jihye gemas. Ia memindahkan nasi goreng ke piring yang ukurannya agak besar dan membawanya ke ruang makan. "Kita 'kan tidak pernah sarapan bersama. Akan lebih baik kalau satu piring untuk berdua."

"Jiya ..." Jungkook sontak melirik wanita itu dengan bibir sedikit mengerucut. Pria Jeon itu paling tidak suka jika Jihye mulai membahas masa lalunya. Ia bisa terus menyesali perbuatannya dan kembali tidak dapat memaafkan dirinya sendiri kalau hal itu terus terjadi.

"Maaf," kata Jihye sembari memberi cengiran polos seperti yang ia lakukan biasanya. "Aku cuma terlalu senang," lanjutnya kemudian.

Jungkook tersenyum manakala wanita itu terus saja tersenyum meskipun tangannya sibuk menyuapi Jungkook dengan telaten. Jemari Jungkook tergerak untuk menyelipkan surai Jihye yang menghalangi pandangannya lantaran terlepas dari ikat rambut.

"Omong-omong, hari ini kau harus mencoba gaun yang waktu itu sempat kau pilih. Aku sudah menghubungi pihak toko untuk menambah ukuran di bagian perut dan dada karena kau bertambah gemuk."

Jihye mengernyit. "Gaun yang mana?" tanyanya tidak mengerti.

"Yang saat itu aku mengajakmu mengukur gaun untuk pernikahan kita yang gagal," jawab Jungkook nampak sedikit malu.

"Kau bilang itu untuk Minjae!" Jihye berucap dengan nada jengkel yang dibuat-buat. Sejujurnya wanita itu tengah menahan mati-matian senyum merekahnya. Namun, ia lekas mengulum bibir saat lagi-lagi membahas yang telah lalu. "Maaf, aku lupa," ujarnya meringis.

Memijat pangkal hidung, Jungkook lalu mengembuskan napasnya. "Tinggal di kantorku saja, ya sampai siang? Setelah rapat kita berangkat ke butik. Aku malas bolak-balik dari kantor ke rumahmu, lalu ke butik dan ke rumahmu lagi."

"Tapi mama menyuruhku pulang." Jihye menyuapi mulutnya sendiri sambil menatap Jungkook—menunggu pria itu menjawab.

"Ya sudah. Kalau begitu aku akan menyuruh Jimin untuk menjemputmu pukul dua belas. Tidak perlu make up. Aku tidak mau Jimin mendekatimu!"

Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang