Ayo, kalian voter keberapa kali ini???
Emang dasar kurang ajar aku kalo update jam segini. Kira-kira kalian bacanya jam berapa?
Pergulatan malam yang telah berakhir satu setengah jam yang lalu agaknya membuat Jungkook kelelahan. Namun, bukannya menyusul sang istri yang terlelap usai mengenakan lingerie yang ada di dalam lemari, Jungkook malah berdiri di lantai balkon sembari menghabiskan sebatang rokok juga setengah botol wine.
Kepalanya mendongak guna menatap langit gelap yang dipenuhi akan bintang-bintang yang berkedip ke arahnya. Lantas kedua sudut bibirnya tertarik ke atas—membentuk kurva senyum yang amat menawan.
Sejenak Jungkook menyandarkan punggungnya pada pembatas besi di balkon, lalu maniknya turun dan berhenti pada sang wanita yang tengah tertidur lelap dengan kedua tangan saling bertumpu di atas bantal untuk menjadi sandaran kepala.
Kali ini ia tak dapat menampik bahwa pesona Jihye seratus kali lipat meningkat dibandingkan hanya dengan memakai dress atau kaus santai yang biasanya wanita itu pakai.
Tidur berbalut lingerie berwarna hitam yang amat tipis, pun tangan yang terlipat membuat payudara wanita itu sedikit mengintip untuk menggoda Jungkook.
Jungkook memainkan lidahnya di dalam mulut sembari terus menatap wajah teduh sang istri yang bibirnya sedikit terbuka. "Cantik sekali," gumamnya lalu disusul senyum tipis yang menghiasi wajahnya.
Pria itu kemudian mematikan bara api dan membawa botol wine untuk memasuki kamarnya. Jungkook meletakkan botol itu di atas meja televisi sebelum menaiki ranjang dan memeluk Jihye dari belakang—membuat wanita Park itu menggeliat karena pergerakan cepat dari Jungkook.
"Selamat malam, Cantik," bisik Jungkook.
Jihye menggerakkan bahunya sejenak karena risi dengan napas hangat Jungkook, kemudian ia mendengar suara decakan lirih yang keluar melalui celah bibir Jihye.
"Koo ...," cicitnya dengan mata masih mengatup rapat.
Bibir Jungkook asyik mengecupi punggung atas Jihye hingga ke tengkuk, pun tangannya tak tinggal diam meremas payudara sintal Jihye sebelum turun mengusap perutnya.
"Jungkook!"
"Apa?" jawabnya lirih. Pria itu tetap melanjutkan aktivitasnya sambil menghirup aroma feromon bekas pergulatan ranjang mereka yang menguar di tengkuk Jihye.
"Aku mengantuk," ujar Jihye, kini suaranya terdengar memelas dan serak. Akan tetapi, Jungkook terus saja mengecup dan mengusap perutnya. "Kak Jung!" Jihye berakhir menepis kasar telapak tangan Jungkook hingga pria itu terpaksa menghentikan semuanya.
Jungkook mengembuskan napas kesal, kemudian memijat pangkal hidung sebelum menyandarkan punggungnya pada headboard.
Pria itu memilih untuk menyalakan televisi dan menonton berita yang tayang di tengah malam. Namun, atensi Jungkook agaknya diganggu oleh dering nyaring pada ponselnya yang ia simpan di dalam lemari nakas.
Sejemang, Jungkook melirik pada sang wanita yang nampak tak terganggu sama sekali oleh suara-suara di dalam kamar. Kemudian ia meraih ponselnya dan mengernyit sebab nomor tak dikenal mendadak menghubunginya.
Seperti kebiasaan, Jungkook akan mengabaikan panggilan dari nomor yang nampak asing baginya. Namun, mengingat ini sudah pukul tiga pagi, Jungkook berpikir bahwa tidak mungkin orang iseng meneleponnya.
Ia menolak panggilan, tapi sedetik kemudian nomor itu kembali menghubunginya hingga membuat Jungkook menekan ikon hijau pada layar dan menempelkannya ke telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Aku menyerah. Selamat tinggal." Adalah kalimat terakhir yang keluar dari bibir tipis Park Jihye sebelum melangkah meninggalkan Jeon Jungkook yang mematung di ruang kerjanya.