Jihye mengamati langit kamar dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
Agaknya jalan-jalan bersama Kim Taehyung bisa mengubah suasana hatinya saat ini.
Bagaimana, tidak? Kim Taehyung selalu dapat melempar lelucon yang menggelitik perut. Pun pria itu berlagak manis seperti seorang kekasih pada umumnya.
Nyatanya, Taehyung hanyalah teman dari tunangan Jihye.
Jika Jungkook definisi pria brengsek, maka Taehyung adalah pria sejati yang sesungguhnya.
Taehyung bahkan banyak menggendong Jihye di punggungnya karena wanita itu mengeluh sakit pada area selatannya.
Well, Jihye menceritakan semuanya pada Taehyung. Dan pria itu dibuat marah untuk beberapa waktu.
Taehyung juga tak berhenti mengumpati Jungkook karena telah merusak Park Jihye.
Saat jari telunjuk Jihye bergerak memainkan surai cokelatnya, ponsel di bawah bantalnya bergetar.
Ia lagi-lagi tersenyum manakala Taehyung lah si pengirim pesan tersebut.
[ Kak Tae: Bagaimana, Jiy? Menerima tawaranku untuk menggantikan adikku sebagai sekretaris di perusahaanku? ]
Ah, Jihye lupa itu. Saat di mobil, wanita Park itu mengatakan pada Taehyung bahwa ia ingin kembali bekerja agar tidak terus-menerus mengganggu Jungkook.
Memainkan mulutnya yang mengerucut bingung, Jihye butuh waktu untuk menerima tawaran Taehyung.
Lalu, usai meyakinkan diri dan berpikir selama sepuluh menit, Jihye pada akhirnya membalas pesan itu.
[ Jiya: Ya, boleh. Aku bosan di rumah terus, Kak Tae. ]
Usai mengirimkan balasan itu, Jihye langsung keluar dari kamar untuk mengisi perut. Ya, dia melewatkan makan malam sebab Taehyung terlalu lama membawanya ke taman hiburan.
Masih pukul sepuluh malam. Sang mama dan papa pun terlihat betah memandang layar televisi.
"Papa dan Mama, kok, belum tidur?" tanyanya pada kedua orang tuanya.
Sang mama menurunkan kacamatanya. "Mama menemani papamu melihat film ini," jawab mama sambil menunjuk televisi dengan dagunya.
Jihye tersenyum geli, lalu memasuki dapur untuk mengambil masakan makan malam yang tersisa.
Dua menit usai wanita itu duduk di kursi ruang makan, Jihye kembali tersenyum. Bukan lagi karena Taehyung, melainkan karena seharian ini dia berhasil melupakan Jungkook.
Hanya sekali.
Sejak pagi sampai malam ini, Jihye belum sama sekali mengirim pesan untuk pria dingin dan cuek itu.
Cukup menjadi kebangaan karena tangan nakalnya betah berdiam diri untuk tidak menghubungi Jungkook.
"Pa, kalau salah satu dari kami membatalkan pernikahan yang akan berlangsung empat bulan lagi ... apakah Papa baik saja?"
Sang papa yang tadinya fokus pada film kesukaannya, kini sontak menatap Jihye dengan dahi mengerut.
"Kenapa? Mau membatalkannya?" tanya Tuan Park.
Jihye mengedikkan bahu skeptis. "Seandainya Jihye tidak setuju dengan pernikahan yang Papa rencanakan, apa akan berdampak buruk pada perusahaan Papa?"
"Bukan perusahaan Papa, Jiy ... tapi Tuan Jeon."
Sejemang, Jihye menatap kosong pada sang papa yang kini menghampirinya di ruang makan.
Tuan Park duduk di seberang Jihye, melipat kedua lengan di atas meja setelah melepas kacamatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Aku menyerah. Selamat tinggal." Adalah kalimat terakhir yang keluar dari bibir tipis Park Jihye sebelum melangkah meninggalkan Jeon Jungkook yang mematung di ruang kerjanya.