Terkejut dengan kalimat-kalimat sinting dan menyakitkan yang selalu keluar dari celah bibir Jungkook adalah hal pertama kali yang Jihye lakukan. Wanita itu lekas turun dari pangkuan pria mabuk tersebut, lalu keluar dari mobil dan menghampiri kursi Jungkook untuk menarik paksa pria itu dengan kemarahan penuh.
"Jangan bicara sembarangan," katanya usai ia berhasil mengunci pintu mobil. Jihye membantu Jungkook berjalan menuju elevator apartemen Jungkook. "Dia hamil, dan aku tidak akan pernah mau kembali padamu—meskipun perasaanku masih sama."
Kepala Jungkook kian pening saja. Tubuhnya terasa terhempas sebab ia telah mabuk berat. Akan tetapi, suara Jihye masih mampu ia terima dengan baik.
"Fokus saja dengan kehidupanmu saat ini. Lagi pula, bukankah ini yang kau mau sejak dulu?" Pintu elevator tebuka, membuat percakapan dingin itu buyar untuk seketika. "Jadilah pria tanggung jawab," tambah Jihye kemudian.
Wanita Park itu dengan susah payah menggiring langkah Jungkook hingga ke depan pintu apartemen pria itu. Lantas Jihye menekan bel interkom—berharap agar Minjae lekas membuka pintu lantaran ia tak lagi sanggup dengan bau napas dan badan Jungkook.
Satu menit, pintu apartemen nyatanya tidak terbuka. "Di mana Minjae? Apakah dia sudah tidur?" tanyanya pada Jungkook. Namun, Jihye mengumpati dirinya sendiri yang terlampau bodoh sebab berbicara dengan orang mabuk. "Baiklah, jangan salahkan aku karena lancang mengisi nomor sandi apartemenmu."
Seperti biasa. Jari telunjuk Jihye dengan gesit memencet nomor demi nomor yang menunjukkan tanggal lahir Yu Minjae. Akan tetapi, saat enam nomor berhasil mengisi kekosongan, ia malah mendapat informasi bahwa sandi yang ia tekan salah.
"Kau mengubah sandinya?" tanya Jihye jengkel. Pasalnya Jungkook terlalu berat untuk Jihye yang notabene adalah seorang wanita. "Jesus ... kau bukan kapas, Kak Jungkook!"
Mendengar wanita itu terus mendumal, Jungkook pada akhirnya membuka suara, "Tanggal pertunangan kita."
Lagi dan lagi, Jihye dibuat terkejut oleh jawaban Jungkook. Kendatipun tidak bohong bahwa di hati kecil wanita itu tengah menjerit senang. Namun, Jihye merasa aneh kepada Jungkook dan mulai berpikir bahwa pria itu sedang menyesali keputusannya.
Diam. Jihye tidak ingin memperpanjang waktu untuk bersama Jungkook. Dengan terburu-buru wanita Park itu menekan tanggal pertunangan mereka enam bulan lalu, kemudian mengembuskan napas lega manakala pintu berhasil terbuka.
Jihye masih harus disusahkan dengan membawa Jungkook ke kamar pria itu. Sejemang wanita itu mengerucutkan bibir sebal. Anak tangga di apartemen Jungkook ternyata tidaklah sedikit. Dan kini Jihye menyesali keputusannya untuk membantu Jungkook hingga seberat ini.
"YU MIN—"
Belum genap Jihye berteriak untuk memanggil nama Minjae, Jungkook memotong perkataannya. "Dia pergi sejak sore. Kurasa dia tidak pulang karena aku mengganti kode sandi apartemen," jelasnya dengan suara tak begitu jelas.
"Ya ampun ..." Jihye menghela napas berat. "Kak Jung ... kau bisa berjalan sendiri, 'kan?"
Jungkook mengangguk. Pria itu lantas menjauhkan tangannya dari bahu Jihye, membuat wanita itu kembali membuang napas lega. Tapi baru selangkah Jungkook memijaki anak tangga pertama, Jihye memekik panik karena mendapati Jungkook hilang kendali dan terjatuh.
"Ah, dasar merepotkan!" gerutunya sebelum menghampiri Jungkook dan membantu pria itu berdiri. "Baiklah. Kau harus memberiku lima puluh ribu won karena sudah membuatku kelelahan!"
....
Sampai di dalam kamar Jungkook dengan drama-drama tidak jelas dan racauan sinting dari bibir sang pemilik apartemen. Jihye kemudian melepas dasi yang mencekik leher Jungkook, lalu melepas tiap kancing kemeja pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiance ✓
Fanfiction[COMPLETED] "Aku menyerah. Selamat tinggal." Adalah kalimat terakhir yang keluar dari bibir tipis Park Jihye sebelum melangkah meninggalkan Jeon Jungkook yang mematung di ruang kerjanya.