38

36.6K 4K 402
                                    

Konversasi tersebut terhenti manakala pintu utama dibuka perlahan pukul satu dini hari. Jihye mendongak guna menilik ke arah pelaku yang membuka pintu tanpa suara, lalu mendengus jengkel sebelum Taehyung berdiri dan berpamitan sebab tugasnya telah selesai.

Jihye meraih dua cangkir di atas meja yang sudah kosong dan membawanya ke dalam dapur—melewati Jungkook dengan bibir bungkam. Pria itu mengedikkans alah satu alisnya, kemudian berpikir bahwa Jihye masih marah padanya karena salah mengira soal Minjae yang tiba-tiba menghubunginya setelah sekian lama tidak bertukar kabar.

Mulanya Jungkook pikir sahabatnya itu akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Minjae. Namun, melihat Jihye yang sama sekali tidak peduli dengan kedatangannya membuat Jungkook yakin bahwa Taehyung tidak membahas alasan Jungkook meninggalkan Jihye demi Minjae.

Manik bulatnya turs mengawasi pergerakan Jihye yang sibuk mencuci cangkir. Manakala wanita itu selesai dengan tugasnya, Jungkook buru-buru menggelengkan kepala tidak menyangka ketika mendapati Jihye lagi-lagi melewatinya tanpa melirik.

Jungkook mengekori Jihye yang berjalan menuju ruang santai untuk merapikan sofa, lalu berakhir manapaki anak-anak tangga dan masuk ke dalam kamar. Jihye yang merasa jengkel dengan tingkah Jungkook, kini menoleh usai membetulkan posisi bantal di atas ranjang. "Kenapa kembali ke sini?"

Memijat pangkal hidung yang tiba-tiba saja terasa berat, Jungkook lantas mendekati Jihye yang hendak duduk di atas ranjang. Pria itu meraih pergelangan tangan wanitanya sebelum menarik dagu Jihye untuk mendongak menatapnya. "Masih marah padaku, ya?"

Seandainya Jihye tidak mengantuk, wanita itu pasti menjawab membenarkan sembari berteriak. Akan tetapi, maniknya sudah sangat pedas dan ia ingin cepat-cepat tidur karena besok pagi ia harus menjemput sang mama dan papa di bandara.

Wanita itu mengedikkan kedua bahunya bersamaan, lalu melepas tangan Jungkook pada pergelangan tangannya sebelum mengambil posisi telentang di ranjangnya. Jihye memilih memberikan punggungnya lantaran terlalu malas dengan Jungkook yang malah asyik berkencan dengan wanita lain—well, setidaknya itu yang dipikirkan oleh Jihye saat ini. Ditambah wanita itu tengah hamil muda; emosinya bisa meledak sewaktu-waktu dan susah untuk didinginkan.

Jungkook melepas jas dan kemejanya hinga membuat dirinya kini bertelanjang dada. Kemudian ia juga meloloskan ikat pinggang tanpa melepas celana kainnya. Pria itu duduk di sudut ranjang sembari menatap punggung Jihye. "Minjae meninggal bunuh diri." Jihye yang tadinya merapatkan mata kini mendadak menyingkapnya lagi. Akan tetapi, kepalanya enggan untuk menoleh barang satu detik. "Yang meneleponku bukan Minjae, tapi warga yang menemukan ponselnya. Aku harus mengurus semuanya karena ia hanya hidup berdua dengan adiknya. Kalau kau tahu ... adiknya juga sedang sakit. Sangat tidak memungkinkan jika aku menyerahkan semuanya pada adik Minjae."

Napasnya berembus lirih. Kali ini Jungkook pasrah manakala tidak mendapati Jihye yang berbalik ke arahnya dan memeluknya setelah ia lelah bolak-balik untuk mengurus segala keperluan untuk pemakaman Minjae.

Bahunya merosot sejenak sebelum ikut mengambil posisi telentang di sisi Jihye. Saat maniknya memejam dengan rapat, Jungkook merasakan sisi ranjang bergoyang. Namun, ia berpikir Jihye menghindarinya dan memilih turun dari ranjang. Tapi ia cukup dibuat terkejut tatkala satu lengan wanita Park itu melingkari perut kotak-kotaknya.

Diam-diam Jungkook mengulum senyum. Maniknya ia pertahankan untuk tertutup sedang telinganya tengah menunggu suara dari sang wanita. Akan tetapi, yang ia dapati malah usapan lembut di wajahnya.

Jungkook tak mau menahan dengan lama. Maniknya terbuka, lantas menoleh ke arah Jihye yang wajahnya sangat dekat dengan dirinya. "Kau boleh marah sesukamu. Tapi besok kau harus datang sebelum dia dikremasi."

Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang