Titik Terang

12.2K 927 171
                                    

ARK Proudly Present

"HATE AND (To be a) LOVE"

Naruto Belongs to MK

.

Warning : Vote and Support SasuFemNaru .

7K WORDS! GILEEE itu juga banyak yang di cut! Pokoknya vote komen T.T

.

.

Eps 28

.

.

Derap langkah high heels yang dipakai Saara terdengar bersahutan dengan suara langkah kaki para perawat yang mendorong Karin dalam blangkar. Wajah wanita paruh baya itu pucat dan berkeringat. Cemas bercampur bingung. Satu sisi ia begitu khawatir dengan keadaan Karin, sisi lainnya ia merasa bingung. Kenapa Karin bisa berakhir dengan kondisi mengenaskan seperti itu?

Histeris. Menggigil. Menangis.

Saara tahu gajala itu, apalagi tatapan mata Karin setelah sempat sadar begitu kosong dan ketakutan. Hingga saat Saara berusaha memanggil-manggil nama Karin dan menyadarkan anak gadisnya, Karin kembali pingsan.

Minato dan Kurama datang saat itu. Dan segera membawa Karin ke rumah sakit. Saara hanya membisu hingga saat ini. Dalam pikirannya yang kacau, Saara membantin ngeri. 'Anakku tidak mungkin sakit jiwa!'

"Salah satu keluarga ada yang bisa menjelaskan mengenai penyebab Nona Karin pingsan?" Seorang perawat yang bertugas dibagian IGD bertanya kepada mereka. Minato dan Kurama sama sekali tidak membantu menjawab. Saara juga nampaknya kebingungan.

Si perawat menghela nafas. Tugasnya hari ini begitu melelahkan. Di tengah malam harus menangani tiga orang korban kecelakaan. Kini ia harus berada diantara keluarga yang kebingungan. "Nona Karin apakah sedang tidak enak badan sebelumnya atau melewatkan makan malam dan sarapan?" Mencoba tetap menjalankan SOP, sang perawat memaksakan diri untuk tetap bersikap ramah.

Minato menjawab. "Tidak. Semalam dia mendapatkan makan malam dan tadi saya melihatnya sarapan dengan begitu lahap. Badannya terlihat segar."

Saara mengangguk.

Lalu terdengar teriakan histeris Karin lagi. Ketiga Namikaze itu berjengit.

Sang perawat mengernyit. Dengan hati-hati dia bertanya. "Apa Nona Karin memiliki riwayat semacam trauma atau sejenisnya?"

Ketiga orang dihadapan sang perawat terdiam. Untuk seorang yang memiliki pengalaman dan intelektual tinggi, ia bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya mereka membawanya ke rumah sakit jiwa, batinnya. Apalagi Karin semakin histeris dan tidak terkendali. Beberapa rekannya terlihat kewalahan. "Baik, kalau begitu keluarga mohon menunggu diluar. Kami akan segera melakukan penanganan."

Kurama dan Minato mengangguk. Namun Saara mencegah si perawat untuk kedalam. Wanita itu berujar dengan nada khawatir. "Anakku baik-baik saja bukan?"

Si perawat hanya tersenyum formal sebagai balasan. Namun Saara tahu, dibalik senyum profesional itu tersirat makna bahwa Karin tidak baik-baik saja. Dan sang perawat berlalu.

"Karin..," lirih Saara.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa seperti ini, Nak? Batin Saara sungguh merana melihat kondisi mengenaskan sang putri. Tidak ada kesakitan yang lebih hebat daripada seorang ibu yang melihat anaknya sakit dan menderita.

Hate And ( be a) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang