Jisoo mengerang tertahan. Tubuh dan kepalanya terasa nyeri. Perlahan, kelopak mata Jisoo terbuka. Ia terbatuk beberapa kali karena asap dan campuran debu beserta air hujan seketika menyusup masuk ke saluran pernapasan. Membuat dada Jisoo sesak dan matanya terasa perih.
“Argh!” Tubuh Jisoo berusaha digerakkan, tetapi tidak berhasil. Badannya berada di celah antar kursi penumpang yang teramat sempit. Jika dipaksa bergerak tubuhnya pasti akan mengalami luka sobek.
Suara tangis seseorang serta banyak erang menyakitkan terdengar di sela guyuran hujan yang semakin menderas. Beberapa tetes hujan bahkan berhasil masuk ke dalam bus. Jisoo terbatuk sekali lagi. Bau hangus seketika tercium oleh Jisoo. Matanya mengedar mencari di mana sumber bau tersebut hingga akhirnya menemukan sebuah titik yang sedari tadi mengeluarkan asap tipis.
Bibir Jisoo berdecak kasar. Masih mencoba meloloskan diri dari celah sempit itu. Jemari tangan kanannya mencengkeram erat tubuh seseorang di dalam pelukan. Alis Jisoo sontak mengerut. Dia baru sadar jika tengah mendekap seseorang.
“Jennie-ssi ... Jennie-ssi!” Jisoo menggoyang pelan tubuh Jennie. Badan gadis itu berada di atasnya. Tidak terjepit apa pun dan bisa bergerak leluasa. Gadis itu adalah harapan satu-satunya. Jika Jennie masih sadar dan mampu berdiri untuk menggeser salah satu kursi penumpang agar tubuh Jisoo tidak lagi terjepit, mereka bisa membantu beberapa korban keluar dari dalam mobil.
“Jennie-ssi!” teriak Jisoo kuat-kuat. Jennie tetap tidak merespons. Kepalanya masih berada dalam pelukan Jisoo. Mau tidak mau dia akhirnya berusaha sendiri. Selagi memeluk erat Jennie, tangan kiri Jisoo berusaha mendorong kursi di depannya. Dia tahu kursi itu rusak, karena dapat dipastikan hampir sembilan puluh persen interior mobil rusak akibat kecelakaan tadi.
“Argh! Sial!” Jisoo merutuk. Ia mendongak seraya mengerang hebat. Beberapa tetes air hujan mengenai wajahnya. Terasa perih. Jisoo segera mengusap wajah dengan kasar lantas kembali mendorong kursi itu. Namun, hasilnya tetap sama. Kursi tersebut tidak bergerak karena terganjal sesuatu di depan sana. Jisoo sedikit memiringkan muka untuk melihat apa yang menghalangi kursi tersebut.
“Oh, shit!” Ia kembali berteriak ketika mendapati tubuh pucat seseorang terjepit di depan sana. Bau hangus semakin tajam menusuk indra penciumannya. Jisoo kalap sampai berteriak lagi. “Apa hanya aku di sini yang selamat dan hampir mati, hah?! Sialan!”
Badan Jennie perlahan bergerak. Jisoo mengembuskan napas panjang karena merasa lega. Akhirnya peluang dia untuk selamat bertambah juga. “Jennie-ssi, lihat aku!”
Jennie perlahan mendongak menatap Jisoo. Matanya terbelalak saat melihat wajah itu dipenuhi luka dalam dan darah segar. Kepala gadis tersebut lantas mengedar. Kepanikan segera menggerayangi ketika Jennie sadar bahwa mereka tengah terjebak di dalam bus yang terbalik.
“Jen, hey! Lihat aku!” seru Jisoo berusaha mengalahkan suara hujan yang terus bergemeletukan menghantam badan mobil.
“J-Jisoo-ssi.” Jennie menelan ludahnya kasar. Keringat dingin mulai bermunculan. Dia menatap Jisoo dengan tatapan takut. Mata tajamnya berubah melebar.
“Dengar aku, Jen, kau sekarang berdiri. Bantu aku keluar dari celah sempit ini. Kita akan keluar sebelum mobilnya meledak. Arraseo?”
Jennie bergeming. Tubuhnya kaku menatap Jisoo. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jennie panik. Gadis itu takut dan tidak bisa mencerna dengan baik setiap kata yang Jisoo ucap.
“Aish, merepotkan!” Bau hangus semakin menyengat. Juga percikap api yang kian lama kian membesar. Jisoo tidak bisa tinggal diam. Dia akhirnya berteriak dengan lantang. “Dengar aku, Jennie Kim! Kau sekarang berdiri dan bantu aku keluar dari sini! Kau tidak perlu takut! Kita akan selamat!”
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK
General Fiction[Kim Jisoo x Jennie Kim x Park Chaeyoung] "Don't trust love. It will tears us apart." *** Kim Jisoo, seorang dokter bedah jantung jenius keturunan Korea Utara, harus rela diberi perlakukan tidak adil di negaranya sendiri. Dia mendapat perlakuan disk...