Munculnya Perasaan Lain

2.3K 253 133
                                    

Aroma daging panggang menyebar ke seluruh ruangan. Itu berhasil membuat perut Jisoo berbunyi lapar. Ia berjalan dengan mata tertutup menikmati wangi makanan. Senyum merekahnya segera mengembang ketika melihat potongan besar daging tersaji di meja makan.

“Ah, Rosie. Kau selalu berhasil membuatku lapar.” Jisoo mengalungkan handuk di leher. Duduk di kursi seraya memakan satu potong daging dengan nasi. “Hm ... jinja masita!” ujarnya dengan mulut menggembung penuh.

Rose tertawa gemas. Ia meletakkan semangkuk besar sup iga di meja. “Pelan-pelan, Jisoo-ya. Kau bisa tersedak jika makan seperti itu.”

“Ini benar-benar enak!” seru Jisoo seraya menambah nasi. Dia makan dengan lahap tanpa memedulikan sudut bibir yang berlumuran nasi dan noda kecap.

Rose menggeleng kecil. Mengambil tisu lantas mencondongkan tubuh ke depan. Ia mengusap sudut bibir Jisoo dengan pelan. “Kau sudah besar, Jisoo-ya. Jangan makan berantakan seperti itu.”

Gerakan Rose terhenti ketika jemari Jisoo menggenggam pergelangan tangannya. Mata monolid gadis itu terarah pada netra teduh Jisoo. Mereka berdua saling tatap selama beberapa detik. Senyum hangat Jisoo terukir setelahnya. Ia senang melihat semburat merah muda menghiasi pipi tembam sang kekasih.

Gomawo.”

Jantung Rose berdebar kencang. Ia membuang muka sembari menegakkan badan. Wajahnya terasa panas. Dia berusaha menyembunyikan senyum malu-malunya dengan menundukkan kepala. Jisoo tertawa ringan melihat itu.

“Aku datang ingin meminta sarapan!” Suara melengking Seulgi menghancurkan suasana romantis mereka berdua. Tawa Jisoo kembali mengudara ketika Rose berjalan cepat menuju kulkas. Dia kemudian menoleh. Mendapati Seulgi tengah menghampiri sembari membawa sumpit dan mangkuk kecil.

“Kau sudah sembuh, Seul?”

Kepala Seulgi terangguk. Dia duduk di seberang Jisoo sembari mengambil nasi. “Aku bosan di rumah terus. Lagi pula ini sudah tiga hari. Gajiku akan habis dipotong oleh pihak rumah sakit nanti.” Ia mengambil daging lantas memakannya dalam satu suapan. “Wah, dagingnya empuk sekali. Masita! Kau memang pintar masak, Rosie.”

“Kau harus mencoba sup iga buatanku, Eonnie.” Rose meletakkan air es di atas meja. Menuangkan susu cair ke dalam gelas Jisoo lalu memberi mereka berdua sup iga. “Hati-hati. Ini agak pedas dan masih panas.”

Ani. Ini sama sekali tidak pedas,” ucap Jisoo setelah mencicipi kuah sup iga. Dia memasukkan nasinya ke dalam kuah lalu makan lagi dengan lahap.

Jinja? Padahal aku sudah menambahkan banyak sekali cabai.” Rose mengambil sendok. Mencoba sedikit kuah iga buatannya. Mata monolid gadis itu langsung mendelik tajam. Ia mengambil sendok lain kemudian memukul kepala Jisoo dengan pelan. “Ya! Ini pedas, Jisoo-ya!”

Kekehan Jisoo mengudara. Pipinya semakin menggembung penuh karena tersenyum. “Tidak terasa pedas bagiku karena aku memakannya sambil melihatmu. Gadis termanis yang pernah kutemui.”

“Aish, mereka melakukannya lagi di depanku.” Kedua bola mata Seulgi berputar searah jarum jam. Bibirnya mendesis tidak suka selagi mengunyah makanan. Wajah gadis itu berubah masam ketika Jisoo mengusap pipi Rose hingga membuatnya tersipu. “Lebih baik aku pindah dari sini. Mereka hanya membuatku iri,” ujarnya sembari membawa mangkuk dan gelas makannya ke ruang tamu.

“Sungguh menyebalkan!”

***

Jisoo tersenyum ramah. Membalas beberapa perawat yang melempar sapa. Ia berbelok di pertigaan lorong. Kembali tersenyum ketika bertemu dengan perawat yang berlalu lalang. Senyum gelinya merekah lebar. Dia terkekeh dalam hati karena kini semakin dikenal banyak orang.

LOVESICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang