Pukul setengah sebelas malam. Seulgi masih sibuk melayani pengunjung rumah sakit bersama Yerin. Gadis itu terus bergumam kesal karena Umji terlambat datang. Mau tidak mau Seulgi harus rela jam kerjanya ditambah secara percuma tanpa bayaran.
Embusan napas Seulgi keluar setelah pengunjung terakhir pergi. Ia menoleh dan mendapati Jisoo tengah tertidur pulas di sudut lorong dekat lift. Setelah memastikan kondisi Ella baik-baik saja, lelaki itu terus merengek meminta pulang. Seulgi sudah berulang kali menyuruhnya pergi duluan, tetapi Jisoo menolak. Akhirnya ia tertidur di sana karena kelelahan.
“Eonnie ....” Kepala Seulgi terarah ke samping. Yerin tersenyum sembari menunjuk ke depan. “Umji sudah datang.”
Seulgi ikut melihat ke depan. Senyumnya mengembang sempurna ketika menatap kedatangan Umji. Gadis itu dengan segera memakai jaket dan tas selempang yang sedari tadi sudah disiapkan.
“Aku duluan, ya,” ujarnya pada Yerin dan dibalas dengan anggukan. Ia segera berjalan menghampiri Umji yang terlihat terburu-buru. Gadis itu membawa sebuah kotak berukuran cukup besar di tangannya.
“Umji-ya—”
“Eonnie!” seru Umji menginterupsi. Dia langsung menyodorkan kotak itu ke arah Seulgi. “Lantai lima. Ruang obat. Tolong antar ke sana, ya. Jebal ... aku sudah tidak tahan!”
“Eh eh, tapi—”
“Aku minta tolong, Eonnie! Gomawoyo!”
Kedua bola mata Seulgi berputar searah jarum jam. Ia mendengkus kasar. Rekan kerjanya itu benar-benar keterlaluan. Seulgi kemudian berjalan mendekati meja resepsionis lagi. Bibirnya kontan melorot ke bawah. Dia memberi tatapan malas pada Yerin yang tengah menertawakannya.
“Mungkin Umji tidak tahan ingin ke kamar mandi, Eonnie.”
“Hah, merepotkan!” Seulgi mendengkus sekali lagi. “Kau tidak apa-apa aku tinggal sendiri, Yerin-ah?”
Yerin mengangguk mantap sembari tersenyum manis. “Nde, Eonnie. Gwaenchanayo.”
“Ya sudah, aku ke atas dulu.”
Kepala Yerin kembali terangguk. Seulgi melangkah malas menuju lift. Gadis itu tidak berhenti menggerutu sebal seraya mengucap sumpah serapah dalam hati. Kepalanya sedikit menoleh ketika melewati Jisoo. Lelaki itu masih tertidur dengan wajah tenang. Seulgi menghela napas sebentar lalu kembali melanjutkan langkah.
Pintu lift berdenting pelan tepat ketika Seulgi berhenti di depannya. Mata monolid gadis itu sontak melebar ketika melihat siapa yang keluar.
“Anyeonghaseyo, dr. Jennie,” ucap Seulgi sembari sedikit membungkukkan badan.
Jennie tersenyum singkat. Balas melakukan hal serupa. Ia pergi melewati Seulgi tanpa banyak bicara. Melihat itu, Seulgi sontak mendecih halus. Ia memasuki lift dan langsung menakan tombol menuju lantai lima.
Namun, tepat sebelum pintu lift tertutup, Seulgi bisa melihat Jennie diam mematung di hadapan Jisoo. Alisnya mengerut ketika gadis itu maju selangkah dan menatap lekat wajah lelaki di depannya. Belum sempat kebingungan Seulgi terjawab, pintu lift sudah lebih dulu tertutup sempurna. Ia kembali mendengkus seraya memukul pelan pintu besi itu.
Mata tajam Jennie memandang wajah tenang Jisoo tanpa berkedip. Ada sedikit perasaan aneh yang mengganggunya dari tadi sore. Kepala Jennie menggeleng sekali. Dia menatap sekeliling lantas pergi menuju meja resepsionis. Yerin sontak tersenyum sambil membungkukkan badan. Ia melontarkan sapaan ringan pada Jennie.
“Apa kau punya selimut?” tanya Jennie tanpa basa-basi. Yerin langsung mengangguk. Gadis itu mengambil sebuah selimut hangat dari bawah meja dan memberikannya pada Jennie. Bersamaan dengan itu, Umji datang dari arah berlawanan. Wajahnya terlihat berseri-seri.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK
Fiksi Umum[Kim Jisoo x Jennie Kim x Park Chaeyoung] "Don't trust love. It will tears us apart." *** Kim Jisoo, seorang dokter bedah jantung jenius keturunan Korea Utara, harus rela diberi perlakukan tidak adil di negaranya sendiri. Dia mendapat perlakuan disk...