Presdir Kim

2.1K 309 32
                                    

Decakan bangga terdengar ketika Jisoo mematut dirinya di cermin. Dia mengenakan topi lalu sedikit bergaya di depan kaca besar itu. “Tampan! Aku sudah terlihat seperti G-dragon Big Bang saja. Bang Bang Bang—aw aw, sakit!” Ia merintih ketika merasakan perih menjalar di pundak kanannya saat memperagakan salah satu gaya andalan boy group tersebut.

Ketukan ringan di pintu berhasil mengalihkan perhatian Jisoo.  Lelaki itu kembali tersenyum kemudian berjalan pelan untuk membuka pintu. Senyumnya semakin melebar ketika mendapati Rose sudah berdiri di depan sana.

“Ji?” tanya gadis itu setelah menatap Jisoo dari atas sampai bawah berulang kali.

Nde?”

“Apa kau serius?” Mata monolid Rose sedikit melebar. Itu membuat jarak antar kedua alis Jisoo seketika memendek. Rose langsung memutar bola matanya malas. Ia kemudian menerobos masuk ke dalam kamar. Membuka lemari dan mencari kemeja putih khas seseorang yang akan melamar pekerjaan.

Jisoo lagi-lagi hanya memberi tatapan polos dengan satu alis terangkat ke atas. “Kau sedang apa, Rosie?”

“Ini. Pakai ini. Rentangkan tanganmu.”

Lelaki itu menurut saja dengan apa yang diucapkan Rose. Kekasihnya tersebut tengah memasangkan kemeja polos berwarna putih dengan hati-hati di badan Jisoo. Ia berusaha setengah mati agar sang kekasih tidak merasa sakit atau perih karena lukanya.

“Jangan dikancing!”

Gerakan tangan Rose kontan terhenti. Gadis itu mendongak menatap Jisoo. “Tidak. Ini harus dikancing.”

“Ah, Rosie. Jangan dikancing ....” Jisoo mulai merengek. Jemarinya menggenggam lembut pergelangan tangan Rose agar gadis itu tidak melanjutkan aktivitasnya. Ia berbalik lalu berjalan menuju lemari kaca. Rose kembali memutar bola matanya malas.

“Kau ini akan melamar kerja, Jisoo-ya. Lihat pakaianmu. Kaos, ripped jeans, sabuk kulit, topi bisbol. Bagaimana mereka akan mendapat kesan baik jika kau saja berpakaian seperti itu?”

“Aku tidak berharap kesan pertama mereka akan baik ketika melihatku.” Jisoo tersenyum menatap pantulan Rose di cermin. “Itu rumah sakit gila, Rosie. Mereka bahkan hanya mengirim satu ambulans dengan empat petugas medis ketika kecelakaan terjadi. Aku tidak yakin akan diterima di sana.”

Rose mendesah pasrah kemudian berjalan mendekati Jisoo. Berdiri di sebelahnya. “Terus, kenapa kau menerima tawaran dr. Moon kemarin?”

“Hanya mencoba peruntungan?” tanya Jisoo lebih seperti pada dirinya sendiri. Lelaki itu lantas menghadap Rose. Gadis di sampingnya juga melakukan hal serupa. Mereka terdiam beberapa saat. Saling menatap dengan pandangan penuh cinta sampai segaris senyum terpampang indah di wajah cantik Rose. Pipi gadis tersebut mulai memerah.

“Kau ke sana naik apa?” Satu tarikan napas lolos dari bibir Rose. Ia mulai merapikan kemeja putih Jisoo. Diam-diam Rose mengancingkan tiga kancing terbawah di baju kekasihnya. Jisoo seketika berdecak kesal.

“Rosieee.” Bibir kekasihnya itu melorot ke bawah, tetapi belum sempat Jisoo mengeluarkan rengekan lain satu kecupan tiba-tiba mendarat di bibirnya. Itu tentu membuat deretan gigi Jisoo seketika terlihat. Ia tersenyum lebar.

“Jangan naik bus. Aku takut.”

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” Jisoo menggenggam hangat jemari Rose. “Aku akan naik bus lain. Mengambil jalan memutar.”

Kepala Rose menggeleng dua kali. Ia menatap Jisoo dengan tatapan dalam. “Naik taksi saja.”

“Uangku tidak cukup, Rosie.”

LOVESICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang