Perhatian semua orang teralih ketika pintu ruangan terbuka. Jennie sontak diam mematung di depan pintu. Mengangkat kedua alisnya seakan bertanya ada apa. Ketiga teman kerjanya langsung menggeleng dengan wajah polos. Taemin segera memalingkan wajah dan pergi ke tempat semestinya, sedangkan Baekhyun langsung pura-pura memeriksa beberapa berkas operasi di meja kerja Soojin.
“Ah, anyeonghaseyo, dr. Jennie,” sapa Soojin pada akhirnya untuk mencairkan suasana. Jennie hanya memberi anggukan sebagai respons. Gadis itu berjalan ke meja kerjanya untuk menyimpan tas. Mengeluarkan flashdisk dari sana lantas mendekati Soojin.
“Aku sudah merangkum semua data pasien seperti yang kauminta. Kau tinggal mencetaknya, Soojin-ssi.”
“N-nde. Aku akan mencetaknya nanti.” Soojin mengambil flashdisk dari tangan Jennie. Ia lantas menoleh pada Taemin dan Baekhyun yang terlihat enggan menatap gadis itu.
Rasa canggung seketika menyelimuti. Jennie mendesah pelan. Merasa ada yang aneh dari sikap mereka bertiga. Tangannya lantas bersedekap. Menatap Soojin dengan tatapan lekat. “Apa yang kalian coba sembunyikan dariku?”
“Ani. Kami tidak menyembunyikan apa pun,” celetuk Baekhyun sembari memutar kursi menghadap Jennie.
“Lalu, kenapa kalian diam saja?”
Mereka bertiga kembali bungkam. Sosok Jennie Kim yang dingin dan kejam kembali muncul ke permukaan. Gadis itu sangat mirip Presdir Kim jika sudah begini. Ia terus menatap Baekhyun dengan tatapan mengintimidasi. Membuat pria muda itu ketakutan setengah mati.
“Kita semua dibebastugaskan selama tiga hari.” Taemin akhirnya bersuara. Merasa tidak tahan dengan kecanggungan di antara mereka.
Alis Jennie seketika saling berdekatan. Merasa bingung dengan ucapan Taemin. “Apa ada masalah dengan Somi?”
“Aniya,” ucap Baekhyun sembari terus menunduk.
“Tolong jangan buat aku marah karena perkataan tidak jelas kalian.”
“Dr. Shin masuk ruang gawat darurat tadi malam.” Soojin berkata cepat sembari menutup mata. Ia mengulum bibir karena sudah melanggar janji pada Seulgi untuk tidak memberitahu Jennie. Perhatian Taemin dan Baekhyun sontak terarah padanya. Netra mereka berdua langsung membulat sempurna.
“Jisoo dirawat?”
Kepala Soojin terangguk sekali. Membuat Taemin kontan mendesah frustrasi. Begitu pun dengan Baekhyun. “Dia mengalami dua luka tembak di punggung. Seulgi-ssi bilang, dr. Shin butuh pendonor karena kekurangan darah.”
Tanpa ba-bi-bu lagi Jennie segera pergi keluar. Menuju lantai lima di mana ruang UGD berada. Jantung gadis itu entah mengapa berdetak lebih cepat dari biasa. Dahinya dipenuhi banyak keringat dingin. Bibir Jennie terus menggumamkan nama Jisoo. Berdoa agar tidak ada hal buruk menimpa lelaki itu.
“Aish, Soojin-ah! Kenapa kau memberitahu dr. Jennie semuanya?” seru Taemin kesal setelah Jennie pergi. Kepala Baekhyun mengangguk berulang kali pertanda setuju.
“Aku tidak punya pilihan lain! Kalian juga tadi diam saja, ‘kan? Jadi, jangan salahkan aku!” Soojin merajuk. Gadis itu mengentakkan kaki sebelum pergi ke meja kerjanya. Taemin kembali mendesah frustrasi. Ia mengerang tertahan sembari menjambak rambut kasar.
“Sudah, Hyung. Perempuan memang selalu benar. Percuma menyalahkan Soojin Noona.”
“Diam kau, Byun-ah! Aku sedang pusing!”
Mulut Baekhyun sontak terkatup rapat. Ia sedikit memajukan bibir sebelum akhirnya pindah duduk di sofa. Pria itu ikut merajuk karena dibentak Taemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK
General Fiction[Kim Jisoo x Jennie Kim x Park Chaeyoung] "Don't trust love. It will tears us apart." *** Kim Jisoo, seorang dokter bedah jantung jenius keturunan Korea Utara, harus rela diberi perlakukan tidak adil di negaranya sendiri. Dia mendapat perlakuan disk...