Mengumpulkan Anggota

1.7K 288 30
                                    

Senyum lemah Jennie tersungging begitu saja ketika mendengar ucapan Limario. Gadis itu menatap lelaki di depannya dengan pandangan meminta kesempatan. Limario mendesah pelan lantas berjalan mendekat. Memberi usapan pelan pada pipi gadis bermata tajam di hadapannya.

“Maaf, tetapi kali ini tidak bisa.”

Jennie mengangguk sembari menampilkan senyum miris. Jemari gadis itu bergerak ke atas. Menggenggam tangan Limario yang masih setia memberi usapan menenangkan.

Gwaenchana.”

Pintu ruang kerja Jennie tiba-tiba terbuka lebar. Memperlihatkan dr. Moon dan Jisoo yang tengah memajang wajah polos dengan alis terangkat satu. Pria paruh baya itu segera menghampiri Jennie dengan tergesa. Tanpa berpikir dua kali, tangan kanan dr. Moon segera masuk ke dalam saku jas gadis itu.

“Apa yang kau lakukan?!” Limario dengan cepat menahan lengan dr. Moon. Dia mencengkeram lengan kurus itu dengan kuat hingga membuat dr. Moon meringis kesakitan. “Keluarkan tanganmu dari saku jas Jennie!”

Jisoo tidak tinggal diam melihat adegan itu. Ia ikut melangkah dan memegang keras lengan Limario yang tengah mencengkeram tangan dr. Moon. Kepala Limario sontak menoleh pada Jisoo. Tatapan dingin nan mematikan segera lelaki itu terima begitu bertatapan dengan netra teduh tersebut.

“Aw! Aw!” Tangan dr. Moon bergetar karena cengkeraman Limario semakin menguat. Jisoo tersenyum simpul. Sedetik kemudian ia menarik tangan Limario ke atas hingga tangan dr. Moon ikut tertarik keluar dari jas.

“Tidak perlu bertingkah berlebihan seperti itu, dude,” ujar Jisoo sembari mencibir. Ia dengan santai melepas genggamannya dan menarik kasar tangan dr. Moon dari cengkeraman Limario. Pria paruh baya itu sontak berteriak kencang. Dia menggulung lengan jas hingga sebuah lingkar kemerahan terlihat kentara di sana.

“Aish! Apa kau gila?!” bentak dr. Moon sembari meniup-niup lingkar kemerahan itu. Wajahnya diliputi amarah mendalam. Ia melayangkan tatapan tajam pada Limario. Namun ketika Limario mendekat, dr. Moon segera berlindung di balik tubuh jangkung Jisoo. Meminta pertolongan dalam diam.

“Hey, calm down, Man. Sudah kubilang, tidak perlu bertingkah berlebihan.” Jisoo mendorong pelan bahu Limario yang ingin mendekati dr. Moon. “Dia hanya lelaki tua, apa yang kau takutkan darinya?”

Tatapan Limario semakin menajam. Kali ini sasarannya berpindah pada Jisoo. Senyum simpul tercetak lagi di bibir berbentuk hati milik lawan bicaranya itu. Jisoo lantas mengangkat kedua bahunya ringan sembari sedikit melirik Jennie. Gadis itu bergeming ketika menyadari pandangan Jisoo padanya.

“Kembalikan,” ujar Limario singkat. Itu berhasil mengalihkan fokus Jisoo.

“Kembalikan apa?”

“Barang yang dia curi dari saku jas Jennie.”

Jennie kontan meraba sakunya. Kartu berukuran 9 x 5,5 cm menghilang dari sana. Ia kembali mendongak memperhatikan Jisoo yang tengah terkekeh sembari mengambil benda berbentuk persegi dari tangan dr. Moon.

“Ini? Cih, ini punyaku. Untuk apa aku mengembalikan ini padanya?” Jisoo tertawa singkat sembari menyelipkan lisensi medis miliknya ke dalam saku celana. “Sudah, ya. Aku masih ada perlu.” Ia berbalik tanpa menghiraukan tatapan penuh makna dari netra teduh Jennie. Lelaki itu berjalan santai menuju pintu keluar diikuti dr. Moon yang mengekor di belakangnya.

Limario menoleh pada Jennie. Gadis itu masih terpaku pada kepergian Jisoo. “Kenapa benda itu ada padamu?”

Pandangan Jennie terarah ke bawah. Ia mengambil napas dalam sebelum kembali menatap Limario. Tersenyum singkat. “Jangan salah paham. Lisensi medis itu terbawa olehku. Dia yang kemarin menyelamatkanku.”

LOVESICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang