Jisoo bergumam riang. Menyanyikan salah satu lagu Big Bang sembari bersenandung kencang. Ia menatap cermin seraya mengedipkan sebelah mata. Melakukan beberapa gaya andalan grup tersebut sembari berdecak senang. Kekehan ringan terdengar setelahnya.
“Ternyata aku tampan juga, ya,” ujarnya sembari mencondongkan badan ke depan. “Aku yakin Rosie akan jatuh cinta lagi padaku.” Tawa Jisoo menggema memenuhi sudut kamar mandi. Dia kembali menegakkan badan sembari mengusap kepala dengan handuk. Rambutnya masih sedikit basah akibat hujan-hujanan bersama Jennie di taman.
Jisoo keluar dari kamar mandi setelah rambutnya benar-benar kering. Ia bersiul ringan sembari menutup pintu toilet. Betapa terkejutnya dia saat berbalik dan mendapati wajah Miyeon tepat berada di depan wajahnya. Tubuh Jisoo terkesiap. Matanya membulat sempurna. Bibir berbentuk hatinya bahkan terbuka lebar. Siap mengeluarkan berbagai macam cacian.
“Anyeong, Kim Jisoo-ssi!”
“Ya! Kenapa kau tiba-tiba muncul di hadapanku?!”
Miyeon terkekeh. Senyum manisnya keluar tak lama kemudian. Ia tersenyum begitu lebar hingga membuat mata sipitnya menghilang. Itu tentu membuat Jisoo bergidik ngeri. Sudut bibir lelaki itu terangkat canggung. Dia beringsut ke samping sambil menatap figur Miyeon dengan alis terangkat sebelah.
“Sedang apa kau di ruanganku, Miyeon-ssi?”
“Apa aku tidak boleh mengunjungi ruanganmu?” tanya Miyeon enteng. Gadis itu berjalan menuju meja kerja Jisoo. Duduk di kursi tamu sembari meletakkan sebuah kotak kecil di atas meja. “Aku membawakanmu macaroon.”
Tangan Jisoo bergerak ke atas untuk mengusap tengkuk. Ia menelan saliva sembari terus memandang Miyeon dengan tatapan heran. “Kenapa kau tiba-tiba bersikap manis seperti ini?” Jisoo bertanya seraya duduk di depan Miyeon.
“Hm?”
Kedua bola mata Jisoo berputar searah jarum jam. Dia memilih diam daripada mengulang pertanyaan yang sama dua kali. Miyeon hanya tersenyum. Gadis itu membuka kotak kecil berisi macaroon dan meletakkan sehelai tisu di sebelahnya.
“Silakan dicoba. Aku sendiri yang membuatnya di dapur kantin tadi siang.”
“Apa ini beracun?” Jisoo mengambil satu macaroon berwarna ungu. Mencobanya dalam satu gigitan dan langsung terkejut dengan rasanya. “Wah, kau pandai memasak ternyata. Ini enak, Miyeon-ssi. Aku harus membuat ini di rumah bersama Rosie. Boleh aku minta resepnya?”
“Kau ternyata lebih cerewet dari yang aku bayangkan, Jisoo-ssi.” Senyum Miyeon mengembang ketika melihat Jisoo memakan makanannya dengan lahap.
“Aku yakin ini tidak gratis,” ujar Jisoo setelah selesai memakan warna lain.
Kepala Miyeon mengangguk pelan. “Tentu. Tidak ada yang gratis di dunia ini, Kim Jisoo-ssi.”
“Berapa yang harus kubayar?” Jisoo menepuk pelan tangannya untuk menghilangkan remahan macaroon. Ia kemudian menenggak air di sisi lain meja hingga tersisa setengah.
Miyeon menyodorkan sebuah catatan kecil pada Jisoo. Raut wajahnya berubah serius. “Itu rencana Lim untuk operasi hari ini.”
“Wah, baik sekali kau memberitahuku tentang i—” Perkataan Jisoo terhenti seketika. Sebelah alisnya terangkat saat membaca deretan kalimat di sana. Ia kembali menatap Miyeon seakan meminta penjelasan.
“Kau ingat kejadian lima belas tahun lalu ketika sebuah keluarga miskin menuntut rumah sakit ini karena kasus malapraktik?”
Jisoo terdiam sebentar. Mengatur posisi duduk agar lebih nyaman. Matanya menatap kertas putih runyam itu sembari mengingat kejadian yang Miyeon sebutkan. “Nde. Aku ingat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK
Narrativa generale[Kim Jisoo x Jennie Kim x Park Chaeyoung] "Don't trust love. It will tears us apart." *** Kim Jisoo, seorang dokter bedah jantung jenius keturunan Korea Utara, harus rela diberi perlakukan tidak adil di negaranya sendiri. Dia mendapat perlakuan disk...