Pintu lift terbuka. Jisoo bergegas menuju ruang kerjanya. Jantung lelaki itu tidak berhenti berdegup cepat. Ia menelan ludah dengan kasar sembari menghapus keringat yang menggantung di dahi. Pikirannya tengah kacau saat ini.
“Dr. Shin!”
Langkah Jisoo terhenti. Dia membalik badan dan mendapati Bora tengah tersenyum manis di ujung lorong. Gadis itu berjalan pelan menghampiri Jisoo. Ia lantas menyodorkan sebuah kotak makan bergambar kura-kura. Rona kemerahan terlihat samar di kedua pipinya.
“Aku buatkan ini untuk makan siangmu.”
Alis kiri Jisoo terangkat satu. Kendati begitu, ia tetap mengambil kotak makan itu. “Kamsahamnida, dr. Yoon.”
“Nde, sama-sama.”
“Di mana Lami dan Yohan?” tanya Jisoo setelah mengambil jeda sebentar untuk mengembuskan napas. Perasannya masih tak karuan.
“Mereka sedang ada kelas, dr. Shin. Tadi Lami bilang padaku, hari ini dia dan Yohan akan mengambil kelas siang.”
Napas Jisoo berembus sekali lagi. Kali ini lebih berat dari sebelumnya. Bora yang menyadari itu seketika mengernyitkan kening.
“Waeyo, dr. Shin? Kau kenapa?”
Mata teduh Jisoo menatap lurus ke depan. Pandangannya sedikit menajam dan berhasil menembus masuk ke dalam netra indah Bora. Gadis itu seketika bergeming. Ia mampu merasakan kesedihan mendalam yang Jisoo simpan di matanya.
“Dr. Shin ...?”
Jisoo menelan ludah. Tangan kirinya mencengkeram erat kotak bekal pemberian Bora. Dia menarik napas dalam sebelum akhirnya berujar, “Bisakah kau menolongku?”
“Tentu. Apa yang bisa aku bantu?”
“Tolong jemput Lami dan Yohan sekarang. Tiga puluh menit lagi kita akan melakukan operasi.”
Dahi Bora kontan mengerut dalam. Dia tidak mengerti dengan ucapan Jisoo. “Tapi, jadwal operasimu dimulai jam dua nanti, dr. Shin. Ini masih jam setengah sepuluh.”
Kepala Jisoo menggeleng lemah. “Aku akan membatalkan semua jadwal operasiku hari ini.”
“Mwoya? Kau tidak bisa membatalkannya begitu saja, dr. Shin. Keluarga pasien bisa menuntut rumah sakit karena tidak terima dengan keputusan itu.”
“Kita akan mengoperasi Nyonya Kim hari ini.”
Bora sontak terdiam. Bibirnya langsung terkatup rapat begitu mendengar nama Nyonya Kim disebut. Gadis itu membuang muka ke samping sembari menggigit bibir dalam. Jisoo tersenyum miris melihatnya.
“Operasi cangkok ginjal dan katup jantung. Apa kau sanggup melakukan operasi itu, dr. Yoon?”
“Dr. Lim yang harusnya melakukan operasi itu, Jisoo-ya. Bukan kita.”
“Jawab pertanyaanku dulu sebelum mengeluarkan argumen baru.” Bora menelan salivanya sekali. Jisoo benar-benar terlihat berbeda dari beberapa menit yang lalu. Nada suaranya bahkan berubah serius. Itu membuat rasa takut sedikit menguasai Bora.
“Aku ....”
“Jika kau tidak bisa, aku akan meminta bantuan orang lain.”
“Jamkkanman, dr. Shin!” Tangan Bora menahan lengan kiri Jisoo ketika lelaki itu hendak berbalik. “Setengah jam lagi, bukan? Aku akan menjemput Lami dan Yohan sekarang. Kau bisa meyakinkan keluarga pasien dan menukar jadwal dengan ahli bedah lain. Kau bisa mengandalkanku.”
Senyum Jisoo mengembang singkat. Mata teduhnya perlahan melembut. Ia melepas pegangan tangan Bora seraya sedikit membungkukkan badan. “Kamsahamnida. Aku mengandalkanmu, Bora-ssi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK
Fiction générale[Kim Jisoo x Jennie Kim x Park Chaeyoung] "Don't trust love. It will tears us apart." *** Kim Jisoo, seorang dokter bedah jantung jenius keturunan Korea Utara, harus rela diberi perlakukan tidak adil di negaranya sendiri. Dia mendapat perlakuan disk...