Dua

9.3K 325 17
                                    

Lagu Dont Stop Me Now, milik band Queen diputar keras ditengah riuhnya meja makan.

Pak Badri yang penggemar berat dengan band tersebut selalu memutar nya saat jam makan siang dan sarapan, supaya anak muda jaman sekarang memiliki semangat yang membara katanya seperti Fredy Mercury.

"Lagu ini terus yang diputar, tidak bosan?" Tanya April,

"Aduh April, kalo udah ngomong bosan dari tahun 80 sampe sekarang kamu tahu, telinga nya tiap hari dengerin lagu Queen, ibu saja yang mendengar nya sampai bosan" ucap Bu Fatma,

"Supaya kalian anak muda, tidak loyo dan selalu memiliki semangat seperti--"

"Fredy Mercury, ya ya setiap hari itulah kata-kata Mutiara yang bapak ucapkan kepada kami" potong April dengan cepat,

"Hahaha! Baiklah besok akan bapak putar lagu lain agar semangat kalian berbeda dari Fredy Mercury" kekeh Pak Badri,

Kala itu tawa mengisi ruangan tersebut, suasana hangat tergambarkan dengan sangat romantis, walaupun mereka memiliki latar belakang yang kelam namun dipikiran mereka itu hanya masa lalu, dan salah besar apabila kita manusia tidak bersyukur hanya karena masa lalu yang kelam dan menyedihkan, karena masa depan adalah milik mereka dan masa lalu hanyalah pengalaman yang bisa dicuil apabila kita membutuhkan pelajaran.

"April, dimana mereka?" Tanya Bu Andin,

April menoleh ke Arah bu Andin, dan kemudian bangkit dari duduknya,

"Sebentar saya panggilkan" balas April,

Ia pun pergi keluar dari dapur dan menuju kamar para laki-laki,

"Tidak usah, kami bisa berjalan sendiri" ucap Andi sembari melewati April,

April hanya diam sambil menutup matanya karena hembusan angin yang dibawa Andi,

"Ciee, dicuekin nih? Hihihi" kekeh Reza,

"Diam!" Bentak April sembari menyenggol lengan Reza,

"Hei! Hati-hati kalau memukul, kau pikir itu tadi tidak sakit?" Tanya Reza,

"Siapa yang memukul? Aku hanya menyenggol lengan mu!" Bentak April,

"Tapi sama saja itu sakit!" Balas Reza,

"Ya berarti kau yang lemah!" Sahut April,

"Apa? Aku tidak salah dengar? Lemah katamu?!" Tanya Reza dengan nada meninggi,

"Hei kalian" potong Dimas,

Mereka berdua menoleh ke arah Dimas, secara bersamaan.

"Tidakkah kalian pikir kalau ini musim pernikahan? Bukan musim berkelahi? Sudahlah ayo kita makan aku sudah lapar" ucap Dimas untuk melerai mereka berdua.

"Huh! Awas saja kau!" Ucap April,

"Dih" balas Reza,

April kemudian meninggalkan Reza dan Dimas di ruang tengah dan berjalan terburu-buru ke arah Dapur.

"Dasar perempuan aneh!" ketus Reza kesal,

"Hei, tidak usah sok membenci, kau menyukai nya kan?" sindir Dimas,

"Kumohon kau hanya bergurau tadi Dim, karena jika kau sungguh-sungguh sudah habis ku ratakan dirimu disini" ancam Reza,

"Silahkan saja, hahaha" kekeh Dimas,

"Sudahlah ayo! Aku sudah lapar" ucap Reza berusaha mengganti topik pembicaraan,

"Haha, ayo ayo" balas Dimas,

Keduanya kemudian pergi menuju dapur menyusul yang lain nya untuk makan siang.

***

"Manusia hanya bisa merusak dan menganggap semua baik-baik saja, kata-kata mereka lebih licik dari mantra setan, kini setelah mereka membuat ku kehilangan apa yang aku cintai, mereka harus menerima apa artinya kerusakan"

***

"Jadi bagaimana? Kamu masih ingin meminjam uang ke bank itu lagi?" tanya pak Badri,

Bu Fatma menggenggam tangan nya sambil berpikir,

"Lalu, aku harus bagaimana? Anak-anak di Panti asuhan ini adalah tanggung jawabku Dri, mereka semua adalah anak-anak yang aku percaya untuk merawatku di masa depan, lalu? Jika aku mengecewakan mereka, bagaimana dengan masa depanku?" ucap Bu Fatma dengan nada yang mengeluh,

Pak Badri yang mendengar nya hanya menatap nya, ia tak tega dengan penderitaan bu Fatma selama ini, baginya Bu Fatma adalah wanita yang kuat, setelah apa yang ia alami, ia masih tetap teguh pada pendirian nya.

"Fatma, kamu tahu? Aku ini sahabatmu, aku siap membantu mu, kapanpun dan dimanapun kamu membutuhkan bantuan aku siap membantu" ucap pak Badri,

"Ayolah, kumohon, aku masih memiliki sisa tabungan dan kamu bisa menjual rumah ini dan tinggal di rumah ku, di kampung sana" sambung pak Badri,

Bu Fatma hanya mendengarkan, ia tak bisa berkata-kata, pak Badri adalah sahabat terbaik baginya, semua yang ia butuhkan selalu pak Badri sediakan, setelah apa yang bu Fatma lakukan kepada pak Badri namun tetap saja, ia masih berbaik hati kepada bu Fatma.

"Aku tidak bisa berkata lagi kepadamu Badri, mengapa kamu masih melakukan ini kepadaku setelah apa yang aku lakukan kepadamu? Kenapa?" Tanya Bu Fatma,

Suasana malam itu terasa begitu dingin, ditambah obrolan pak Badri dan Bu Fatma yang benar-benar serius kala itu.

"Karena kita ini keluarga, kamu, Andin, aku, dan anak-anak kita ini keluarga, aku tidak memandang masa lalu, karena hidupku akan terus kedepan tidak kebelakang" ucap Pak Badri,

Bu Fatma diam, ia hanya diam sambil terus meremas rok nya.

"Aku masu--"

"Besok kita pindah, aku ingin hidup anak-anak lebih terjamin, dan menurutku di kampung anak-anak akan lebih bahagia dan Asmara akan lebih terhibur" potong pak Badri,

Bu Fatma hanya mengangguk, dan kemudian masuk ke dalam rumah, meninggalkan pak Badri sendiri di teras halaman belakang.

Pak Badri kemudian duduk di bangku tempat bu Fatma duduk tadi, kemudian menyeruput kopi dan memijat kening nya.

"Fatma... Fatma" lirih nya pelan,

Pak Badri mencoba tenang, suasana sepi malam membantunya tenang menghadapi sikap bu Fatma yang selalu berusaha bahwa ia bisa melakukan semuanya sendiri.

Pak Badri adalah sahabat bu Fatma sedari SMA, bu Fatma kenal dengan pak Badri lewat organisasi siswa intra sekolah atau bisa dikenal dengan nama OSIS, bersahabat selama 3 tahun namun mereka berdua hanya menganggap hubungan mereka sekedar sahabat dan tidak lebih, walaupun pak Badri sempat menyatakan perasaan nya namun bu Fatma selalu menolak nya hingga akhirnya suatu ketika ketika mereka telah lulus pak Badri harus menerima kabar bahwa bu Fatma telah menikah.

Kepahitan itu terasa sangat lama hingga akhirnya pak Badri berusaha melupakan masalah itu dengan menikahi seorang gadis dari kampung halaman bapaknya, dan memiliki anak cantik yang bernama Asmara.

Namun pak Badri tidak menganggap bu Fatma jahat, menurutnya itu sudah ditakdirkan oleh sang Pencipta supaya ia lebih tegar menghadapi hidup yang keras ini.

Pak Badri kemudian menghabiskan kopi nya dan kemudian bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam rumah, sembari membawa cangkir bekas kopi ditangan nya.

***

"Perangai manusia lebih busuk daripada perangai setan. Setan, jin dan iblis hanya memiliki satu perangai yaitu jahat, sedangkan manusia? Mereka lebih dari satu perangai dan terkadang perangai nya akan membawamu kedalam jurang tanpa dasar."

Tanah TeluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang