Delapan Belas

3.9K 192 17
                                    

"Dimana pak Badri?" tanya bu Fatma,

"Tidak tahu bu, sepertinya tadi buru-buru ingin kembali ke rumah nya" jawab bu Andin,

Bu Fatma panik, ia menggigiti kuku-kukunya untuk meredam rasa panik namun hasilnya nihil.

"Eee... Irwan!" panggil bu Fatma,

Seorang pria berbadan tegap muncul dan menghampiri bu Fatma, dia adalah Irwan anak dari bu Fatma sekaligus suami dari bu Andin.

"Tolong kamu belikan dulu obat penurun demam untuk anak-anak!" perintah bu Fatma,

"Tapi bu, diluar tengah hujan, dan petir juga terus saja bersahutan!" sahut bu Andin,

"Lalu bagaimana? Anak-anak kondisi nya semakin parah" balas bu Fatma,

"Tenang bu, saya bisa kok lagipula masih ada apotik di dekat sini yang masih buka" jawab Irwan,

Irwan kemudian pergi mengambil kunci mobil dan menuju keluar, namun saat ia ingin keluar tangan nya ditahan oleh bu Andin.

"Mas, saya masih takut kamu akan pergi" ucap bu Andin,

"Tak usah berpikiran negatif, aku bisa jaga diri" jawab Irwan,

Irwan kemudian mengecup kening bu Andin dan pergi meninggalkan nya.

Bu Andin menatap kepergian Irwan dengan tatapan yang sedikit ketakutan sekaligus khawatir.

Irwan menaiki mobil, menyalakan nya, dan kemudian bergegas pergi.

Cuaca hujan, disertai petir dan angin membuat Irwan kesulitan untuk melihat kondisi di depan nya.

Beruntung ia sampai ke apotik dan segera ia bergegas untuk membeli obat tersebut.

"Mbak, ada obat penurun demam nggak?" tanya Irwan,

"Sebentar saya lihat dulu" jawab wanita di depan nya,

Wanita itu mencari-cari cukup lama, sambil sesekali menengok dan mengacak-ngacak lemari obat di depan nya.

"Waduh maaf mas, sepertinya stock obat demam kosong, coba cari di tempat lain" ucap wanita tersebut,

Irwan sontak panik, ia mengacak-ngacak rambutnya dan kemudian pergi dari apotek tersebut.

Ia kembali melajukan mobilnya dengan sangat kencang, berhenti pada apotek berikutnya dan kembali menanyakan hal yang sama, beruntung kali ini ia mendapatkan obat tersebut.

Irwan kembali kedalam mobil nya, dan kemudian menelepon bu Fatma sambil mengemudikan mobil nya.

"Ma, aku udah dapet obat nya!" seru Irwan,

"Cepat kembali Irwan, hujan nya semakin deras!" balas bu Fatma,

"Iya ma!" sahut Irwan,

Irwan kemudian menutup telefon nya, dan meletakkan handphone nya di bangku sebelah nya.

Irwan sangat fokus saat melajukan mobil nya, dan tiba-tiba Handphone nya kembali berdering, Irwan sontak melihat handphone nya dan melihat nama penelepon di handphone nya, istriku.

Irwan berusaha menggapai handphone nya tanpa melihat handphone nya dan fokus menatap jalanan.

Namun Irwan terus saja berusaha mengambil nya, hingga akhirnya handphone nya terjatuh, Irwan kemudian melihat dimana handphone nya jatuh dan berusaha menggapai nya, namun seketika.

Brakkkkk.....

Mobil Irwan tertabrak oleh sebuah truck box.

***

"Saya masih tidak percaya, kamu?" tanya bu Fatma dengan mata membelalak,

Asmara ikut menatap nya dengan tatapan geram.

Bu Andin yang ketakutan juga membelalak kan matanya, sambil sedikit demi sedikit memundurkan badan nya.

"Ternyata selama ini, kamu yang menyantet mereka, kamu juga yang membunuh Arzi dan Badri, dan kamu juga yang menyebabkan kita semua di hantui rasa takut!" seru bu Fatma,

Bu Andin hanya terdiam, ia menelan ludah nya dengan sangat cepat, dan mengeluarkan keringat dari pelipis nya.

"Kamu pembunuh Andin, kamu PEMBUNUH!" teriak bu Fatma,

Bu Andin terus memundurkan badan nya, dan kemudian tangan nya meraba sebuah panci dibelakang nya dan perlahan menggenggam nya.

"Kenapa Andin? Kenapa?!"

Tunggg.....

Bu Andin tiba-tiba memukul kepala bu Fatma dengan keras nya, dan kemudian bu Fatma jatuh tak sadarkan diri.

Bu Andin kemudian menoleh ke arah Asmara, dan kemudian berlari menghampiri nya.

Asmara yang sadar akan hal itu berusaha kabur, namun bu Andin terlalu cepat, ia berhasil memegang tangan Asmara dan memukul nya dengan panci yang dipegang nya beberapa kali dengan sangat kuat.

Asmara ikut tumbang, kemudian datang Andi yang berusaha untuk melemahkan bu Andin, namun tiba-tiba ada seorang pria dengan tampang menyeramkan memukul leher Andi, hingga Andi jatuh pingsan.

Bu Andin menoleh ke belakang, ia melihat pria di belakang nya dengan senyuman keji nan mengerikan.

"Urus mereka" lirih bu Andin,

Pria tersebut kemudian menyekap anak-anak, dimulai dari Sandi, Kiki kemudian Dimas.

Ketiganya tak bisa melawan karena satu Dimas masih terlalu lemah, sedangkan Sandi dan Kiki tak punya cukup tenaga untuk melawan dan Reza dan April keduanya masih tak sadarkan diri.

Setelah menyekap ketiga anak tersebut, pria tersebut menali badan mereka dan kemudian membawanya kesuatu tempat, sedangkan bu Andin, dia menali tubuh bu Fatma, Asmara dan Andi kemudian menggeret mereka mengikuti pria tersebut.

Keduanya puas, senyuman di wajah mereka terlihat jelas, senyum akan kepuasan akan dendam yang telah terbalas.

"Sebentar lagi, Trilo akan bangkit dan membuatku menjadi dukun santet paling sakti di jagat ini, hahahahaha....." ucap pria tersebut sambil,

Bu Andin tersenyum ke arah nya,

"Yahh itu urusan mu, urusan ku hanya ingin melihat mereka mati, seperti apa yang mereka lakukan kepada Irwan, anak-anak manja ini, dan si tua bangka ini serta si parasit ini harus musnah dari muka bumi" sahut bu Andin,

"Kita lihat saja nanti, bagaimana Trilo akan menghabisi nyawa mereka hahahahaha....."

Keduanya tertawa lepas, layaknya seorang psikopat yang berhasil mendapatkan korban.

***

Tanah TeluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang