Sebelas

4.6K 189 3
                                    

Warga desa mengerumuni panti Asuhan.

Mereka sama-sama membantu bu Fatma, dan yang lain nya mengurus jenazah Pak Badri.

Asmara yang masih bersedih ditemani bu Andin yang mencoba menguatkan nya, sementara itu Bu Fatma ia terbaring lemah di atas ranjang nya dan ditemani oleh April.

Suasana duka yang berturut-turut menyelimuti panti asuhan membuat sebagian warga desa sedikit curiga.

Pasalnya kematian mereka jelas-jelas bukan karena penyakit ataupun faktor lain nya melainkan mereka dibunuh bahkan diguna-guna.

Pak Darto selaku kepala desa, meminta anak-anak panti agar ia dipertemukan dengan bu Fatma, ditemani rekan nya Karyo cicit dari tetuah di desa ini.

Tokk... tok... tok...

Pak Darto mengetuk pintu kamar bu Fatma, dan kemudian April membukanya.

"Bisa bicara dengan bu Fatma?" Tanya nya,

"Silahkan!" Balas April,

April membuka pintu dan mempersilahkan pak Darto dan Karyo masuk, terlihat bu Fatma yang terduduk lemas merebahkan badan nya di sebuah bantal.

"Bu..." ucap pak Darto pelan,

Bu Fatma menoleh ke arah pak Darto dan kemudian menoleh ke arah Karyo secara bergantian.

"Kami disini ingin tahu sebenarnya dengan apa yang terjadi di panti asuhan ini" sambung pak Darto,

Bu Fatma yang mendengarnya sempat menoleh ke arah April dan memberikan kode untuk menyuruh April keluar.

April yang melihatnya hanya mengangguk kemudian keluar dan menutup pintu.

"Silahkan duduk pak..." ucap bu Fatma pelan,

Pak Darto kemudian mengambil kursi dan duduk di atasnya sementara itu Karyo enggan untuk duduk dan tetap berdiri.

"Saya sendiri tidak tahu pak" sambung bu Fatma,

Pak Darto dan Karyo sontak sedikit terkejut mendengar ucapan bu Fatma,

"Bagaimana ibu bisa tidak tahu? Jelas-jelas ibu ini adalah pemilik panti asuhan ini, bagaimana mungkin ibu bisa tidak tahu?" Tanya pak Darto,

Bu Fatma mulai merasa sedih, ia sedikit ragu untuk melanjutkan ceritanya.

"2 hari sebelum ini, anak panti saya namanya Riri, tiba-tiba mengeluarkan ular dari mulutnya..." jawab bu Fatma,

Pak Darto dan Karyo mulai membelalakkan matanya, ekspresi mereka terlihat seperti menunggu kelanjutan penjelasan bu Fatma.

"Tapi beruntung nya dia masih selamat, dan setelah itu esoknya anak saya Shania melukai dirinya sendiri dan mengeluarkan banyak sekali serangga dari tubuhnya..." sambung bu Fatma,

Wajah pak Darto dan Karyo mulai berubah, sepertinya mereka tahu apa yang terjadi di panti asuhan ini.

"Dan saat kami pulang dari pemakaman, kami sudah disambut dengan Badri yang tergeletak dilantai dengan pisau yang menancap diperutnya" ucap bu Fatma,

Bu Fatma mulai menangis, ia tak kuasa menahan air matanya, ia takut sekaligus bingung.

Pak Darto kemudian membisikkan sesuatu kepada Karyo, dan setelah itu Karyo mengangguk-anggukan kepalanya.

"Bu Fatma..." ucap pak Darto,

Bu Fatma menyeka air matanya dan kemudian menoleh ke arah pak Darto.

"Rupanya Sejarah kelam desa ini agaknya terulang kembali..." sambung pak Darto,

Bu Fatma sontak bingung, sejarah desa apa yang dimaksud pak Darto.

Tanah TeluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang