Bu Fatma perlahan membuka matanya, ia melihat bu Andin yang tengah berdiri menatap nya dengan menyilangkan kedua tangan nya di dada.
Kemudian ia melihat seorang pria tua yang tengah duduk menyila sambil mengkomat-kamitkan mantra.
Bu Fatma berusaha bangkit namun ia melihat dirinya, tangan dan kaki nya sudah terikat.
Bu Fatma kemudian melihat sekeliling, sebuah tempat yang lumayan besar dengan beberapa pintu merah mengelilingi nya dan juga sebuah lingkaran besar berada di tengah-tengah ruangan tersebut.
Bu Fatma mencoba melepaskan diri, namun ikatan yang mengikat tangan dan kaki nya begitu erat.
"ANDIN! LEPASKAN SAYA!" teriak bu Fatma,
Bu Andin sontak menoleh ia melihat bu Fatma dengan tatapan kejam nya.
"Oh sudah bangun bu? Bagaimana tidur nya? Nyenyak kan?" tanya bu Andin,
Bu Fatma menatap nya dengan tatapan tajam dan geram,
"Tidak usah basa-basi kamu, saya tidak menyangka ternyata selama ini kamu dalang dari semua, dibantu dengan pria tua bangka itu!" gerutu bu Fatma,
"Ah... hei, jangan salahkan saya, ini semua salahmu juga anak-anak manja itu!" balas bu Andin,
"Apa salah mereka Andin?! Sampai-sampai kamu tega membunuh dan menyiksa mereka!" tanya bu Fatma,
"AHHH!!! Dasar bodoh! Harusnya setelah aku lakukan ini semua harusnya kalian sadar!" bentak bu Andin,
"Memang apa salah kami hah? Sampai-sampai kamu melakukan ini semua, percaya dengan setan!" balas bu Fatma,
"Kalian telah membunuh suamiku, dan saya harus ikhlas? Tidak! Saya tidak akan pernah ikhlas kecuali kalian merasakan apa yang aku rasakan!" jelas bu Andin,
Bu Fatma sontak membelalak, ia tak percayambahwa ternyata Irwan anaknya adalah alibi bu Andin untuk menyiksa anak-anak panti asuhan.
"Saya masih tidak percaya, hanya gara-gara itu kamu menyakiti mereka?" tanya bu Fatma,
"Hei! Dasar manusia biadab, apa kamu bilang? Hanya begitu saja?..." tanya bu Andin,
"KARENA KEMANJAAN MEREKA, SUAMIKU MATI TERTABRAK!" teriak bu Andin,
Bu Fatma menatap bu Andin sejenak sebelum membalas ucapan bu Andin yang terus-terusan membentak nya.
"Kalau kamu tidak menelfon nya terus-menerus Irwan tidak akan bernasib seperti itu Andin!" seru bu Fatma,
"AAAHHHH! Cukup! Ini semua salah kalian! Bukan salahku, karena sikap manja kalian suamiku mati mengenaskan, dan sekarang saat nya kalian menyusul mereka di Neraka" ucap bu Andin dingin,
"Jangan lakukan itu Andin! ANDIN!" teriak bu Fatma,
"Ah.... mbah Darmijo?" tanya Asmara tiba-tiba,
Bu Andin menoleh ke arahnya dan pria yang tengah duduk menyilang yang Asmara panggil Mbah Darmijo ikut menoleh ke arah nya.
"Wah, kelihatan nya ini akan menjadi balas dendam yang sangat dramatis" ucap bu Andin,
Bu Andin kemudian menoleh ke arah mbah Darmijo sambil memberinya isyarat dengan menundukkan kepalanya.
Mbah Darmijo membenarkan posisi duduknya, kemudian mulai mengkomat-kamitkan mantra.
Tangan mbah Darmijo meraba-raba pinggiran sesajen yang tengah terbakar di depan nya, sambil sesekali menaburkan sesuatu di sesajen tersebut.
Bu Fatma menatap nya dengan penuh rasa ngeri, kemudian ia melirik ke arah anak-anak panti, anak-anak panti masih tak sadarkan diri.
"Ibu mohon, apapun yang kamu lakukan, lepaskan mereka Andin!" seru bu Fatma,
"Hei... pikir pakai otak, mereka yang menyebabkan ini semua, kalau saya lepaskan yang kami siksa siapa?" tanya bu Andin,
"Dasar Iblis!" teriak Asmara,
"Heii... bapakmua juga yang menyebabkan ini semua, kalau dia ada malam itu mungkin seharusnya dia yang mati, tapi malah suamiku yang mati!" ucap bu Andin,
Asmara hanya menangis, sambil menatap bu Andin dengan tatapan yang mengintimidasi.
"Hei jin-setan penyebar maut, bangkitlah dari neraka tempat kau tinggal, bangkitlah.... bangkitlah...." ucap mbah Darmijo dengan suara berat nya,
Bu Andin hanya menatap mbah Darmijo yang tengah membaca mantra, dan sesekali pandangan nya menatap bu Fatma dan Asmara.
"Apapun yang kamu lakukan, lepaskan mereka Andin! Lepaskan mereka!" rengek bu Fatma kepada bu Andin,
Bu Andin yang mendengarnya memutar bola matanya, kemudian ia menghampiri bu Fatma dan,
Bukkk....
Bu Andin menendang perut bu Fatma,
"Diam atau aku buat isi perutmu hancur!" teriak bu Fatma,
Bu Fatma terbatuk-batuk, Asmara yang melihat nya sedikit tak tega, Asmara kemudian menatap bu Andin, wajahnya terlihat sangat puas.
Asmara mencoba mencari cara untuk kabur, ia mencoba menggerak-gerakkan tangan nya berusaha mengendurkan tali yang mengikatnya.
"Heee... jin-setan penghuni neraka, kami memanggilmu setan penyebat maut Trilo! Bangkitlah!" seru mbah Darmijo,
Seketika suara gemuruh mulai terdengar, lingkaran di tengah ruangan tersebut tiba-tiba bergetar dan perlahan retak dan terbuka.
Sebuah sinar berwarna merah kecoklatan keluar dari sana, disusul dengan suara erangan yang benar-benar mengerikan.
Dan erangan tersebut sekaligus membangunkan anak-anak panti yang sedari tadi tak sadarkan diri.
Anak-anak panti yang melihatnya sangat ketakutan, mereka harus dihadapkan dengan pemandangan neraka seperti ini.
Mata mereka membelalak terkecuali Reza dan April yang masih tak sadarkan diri.
Lalu sebuah tangan raksasa muncul dengan cairan yang menempel di tangan tersebut, perlahan tangan tersebut keluar sedikit demi sedikit, hingga akhirnya muncul lah, sesosok setan dengan darah dan serangga-serangga yang mengelilinya, matanya merah menyala dengan sayap kelelawar di punggung nya dan tanpa tanduk.
Bu Fatma yang melihat makhluk tersebut hanya bisa menahan rasa takut, makhluk mengerikan itu bak tokoh antagonis dalam sebuah dongeng.
"Akhirnya kamu bangkit!" seru mbah Darmijo,
Makhluk tersebut hanya menunduk, dan kemudian mbah Darmijo mulai mengkomat-kamitkan mantra dan kembali menaburi sesajen di depan nya dan kemudian ia mengambil keris dari bagian belakang baju nya dan mendekatkan keris tersebut ke dekat sesajen yang terbakar tersebut.
Makhluk itu kemudian mulai mendongak, sedikit demi sedikit, matanya yang merah menyala serta wajahnya yang menyeramkan perlahan mulai terlihat.
Wajahnya hitam seperti arang, matanya merah seperti darah, dan sayap kelelawar di punggungnya serta kepalanya yang botak dan tubuhnya yang kurus, makhluk itu adalah salah satu dari anak iblis, Trilo.
Setan yang menguasai kekuatan Ilmu Hitam.
Pelet, Santet, dan Teluh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Teluh
Mystery / ThrillerKarena kondisi keuangan yang semakin hari semakin memburuk. Bu Fatma terpaksa menerima tawaran pak Badri dan membawa anak-anak asuhan nya ke rumah orang tua pak Badri di sebuah daerah yang terkenal dengan sejarah kelam yang mengerikan. Awalnya semua...