Enam

5.7K 288 8
                                    

Dimas kembali berjalan ditengah kegelapan, ia berada di tengah lorong dengan banyak pintu merah disamping nya.

Ia kemudian berjalan pelan menyusuri lorong gelap tersebut, dengan langkah yang hati-hati.

Sesekali Dimas menoleh ke kanan dan ke kiri melihat pintu berwarna merah pekat tersebut.

Saat ia berjalan, seketika di depan nya salah satu pintu merah tersebut terbuka dengan dua orang, wanita dan pria menggendong anak bayi dan lari terburu-buru.

Dimas hanya menatap nya, ia berusaha tetap santai walaupun sebenarnya ia terkejut.

Dimas kembali berjalan, dan disamping kanan nya tiba-tiba salah satu pintu merah terbuka secara perlahan.

Dimas mengamati bagaimana pintu itu tergeser dengan sendirinya, kemudian di dalam pintu tersebut terdapat 4 orang dengan 1 wanita tengah berbincang.

Terlihat bayi yang digendong tadi diserahkan kepada 2 pria yang memakai tuxedo hitam dilengkapi kacamata hitam.

Sementara itu 2 pria tersebut menyerahkan sebuah koper dan kemudian berjabat tangan dengan 2 orang yang memberikan bayi tersebut.

Dimas menatap nya lamat-lamat, kemudian bayangan 4 orang tersebut seketika hilang, dan pintu merah yang tadinya terbuka kembali tertutup secara perlahan.

Dimas mundur beberapa centi dari tempat nya berdiri, dan dibelakang nya terdapat pintu merah yang kembali terbuka secara perlahan.

Dimas menoleh kebelakang dan mendapati pintu tersebut sudah terbuka, namun tidak ada apa-apa di dalam pintu tersebut.

Dimas mencoba mendekati pintu tersebut dan saat ia mendekat, pintu tersebut menutup dirinya sendiri dengan kerasnya.

Sontak Dimas terkejut dan kemudian dari ujung kanan, kegelapan kembali memakan semuanya.

Dimas kemudian berlari, menghindari kegelapan tersebut, namun kegelapan tersebut semakin cepat, seperti mengejar Dimas.

Dimas berlari sekuat tenaga, dan kemudian ia berhenti seketika.

Ia melihat, semua anak panti.

Tapi, yang ia lihat berbeda.

Anak-anak panti kali ini.

Wajahnya hancur.

Sontak Dimas terkesiap, dan mendapati dirinya di atas ranjang sekarang.

Yah dia bermimpi buruk lagi, wajahnya berkeringat, serta nafasnya tidak beraturan.

Ia memegangi dan memijit pelan kepalanya, mencoba menenangkan diri.

Ia melihat ke jendela, hari sudah pagi ternyata, segera ia beranjak dari ranjang nya dan kemudian pergi keluar kamar.

"Pagi!" Sayup-sayup terdengar keriuhan, di atas sana.

Dimas berjalan sambil tersenyum dan sesekali merenggangkan tubuhnya yang masih kaku.

Dimas menaiki tangga dan kemudian berpas-pas an dengan Andi.

Tanah TeluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang