Tujuh Belas

4.1K 203 12
                                    

Mobil pick up berjalan pelan, masuk ke dalam desa.

Suasana sepi nan sunyi malam itu membuat semua yang berada di dalam pick up sedikit takut.

Bu Fatma terus mengusap kepala April sambil sesekali meniup dan menahan darah yang keluar dari lukanya.

Mobil berjalan masuk kedalam desa, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah jalan yang sedikit menurun dengan pohon-pohon cemara yang gagah menghiasi sekitaran jalan itu.

Dan kemudian, mereka sampai di rumah Asmara, tempat bermula nya teror ini.

Bu Fatma berjalan terburu-buru untuk menemui Asmara, ditemani bu Andin dan Andi yany mengekor.

"Bu! Bu! Sabar bu!" ucap bu Andin,

Bu Fatma tak menghiraukan bu Andin, ia terus berjalan dengan tergesa-gesa hingga kemudian bu Andin menahan tangan bu Fatma.

"Apa?! Kamu mau mereka mati?!" teriak bu Fatma,

"Bu, kita bisa bicarakan ini baik-baik, jangan terlalu cepat dalam mengambil tindakan!" balas bu Andin,

Bu Fatma terdiam, dengan matanya yang menitikkan air mata, Andi yang berdiri di sana hanya diam, menyaksikan pertikaian itu.

Bu Fatma kemudian berbalik dan mengetuk pintu rumah Asmara.

Tokkk... tokkk... tokk...

"Asmara!" panggil bu Fatma,

Bu Fatma celingak-celinguk, melihat kondisi di dalam.

Tokkk... tokk... tokk..

Bu Fatma kembali mengetuk pintu itu, kali ini ia sedikit keras mengetuk nya.

"Asmara keluar kamu!" teriak bu Fatma,

"Bu sabar...." lirih bu Andin pelan,

Agak lama mereka menunggu, dan akhirnya terlihat siluet bayangan Asmara yang tengah berjalan mendekat ke pintu.

Asmara kemudian membuka pintu dan melihat wajah bu Fatma dan bu Andin dengan wajah yang sedikit bingung.

***

"Ada apa bu?" tanya Asmara lugu, wajah nya sedikit kebingungan saat ini.

Bu Fatma dan bu Andin terus menatap nya dengan tatapan tajam sekaligus mengintimidasi.

"Apa yang terjadi di desa ini sebenarnya?!" tanya bu Fatma dengan nada yang sedikit tegas.

Asmara sedikit bingung, ia tak mengerti apa yang dimaksud bu Fatma.

"Saya tidak tahu bu, maksud ibu apa?" tanya Asmara,

"Setan penyebar maut dan pintu merah di desa ini, semua yang ada di desa ini pasti berkaitan dengan kejadian yang menimpa anak-anak? Iyakan!" bentak bu Andin,

Asmara sedikit tersentak, ia mulai paham dengan kedatangan bu Andin dan Bu Fatma serta yang lain nya.

"Turunkan anak-anak dari mobil dan bawa mereka kedalam, ada yang harus dibicarakan!" tegas bu Fatma,

"Tapi bagaimana dengan April dan Reza? Tidak kita bawa saja mereka ke--"

"Tidak usah!" potong bu Fatma tiba-tiba,

Bu Andin yang mendengar nya hanya terdiam, kemudian mengikuti apa yang bu Fatma perintahkan kepadanya.

Ia membantu anak-anak turun, dibantu dengan Andi yang membantu kedua teman nya, Dimas dan Reza turun.

Tanah TeluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang