Airin Sepuluh

220 9 0
                                    

Happy reading

***
Airin membuka matanya perlahan lalu mengedarkan pandangan ke sekitar. Dia berada di kamarnya, tapi siapa yang membawanya kemari? Airin mencoba untuk duduk lalu pandangannya jatuh pada seorang pemuda yang sedang tertidur di sofa. Airin terkejut, pemuda yang beberapa hari ini membuatnya uring-uringan, ia menunggunya.

Airin turun dari ranjang meski kepalanya masih pusing. Ia menghampiri Raka dan berjongkok, memandangi wajahnya yang tertidur pulas.

Setelah puas memandangi wajah Raka Airin berdiri lalu berbalik hendak kembali menuju ranjang. Namun tubuhnya oleng, Airin tidak bisa menjaga keseimbangan. Ia merasa tubuhnya mau ambruk.

Tapi Airin tidak merasakan sakit. Airin membuka mata, terlihatlah Raka sedang menahan tubuh Airin agar tidak jatuh dengan mata yang masih setengah terbuka. Entah sejak kapan Raka bangun.

"Makanya kalo belum kuat berdiri itu nggak usah sok-sokan berdiri" cibir Raka.

Airin tersadar lalu menegakkan tubuhnya. Ia kembali ke ranjang dan mendudukkan tubuhnya dengan bersender di kepala ranjang.

"Masih pusing?" tanya Raka.

"Sedikit"

"Makan ya, gue suapin" bujuk Raka.

Airin hanya mengangguk.

Raka mengambil makanan yang ada di nakas tempat tidur lalu menyuapkannya pada Airin. Di tengah makannya Airin membuka suara.

"Ka, lo benci ya sama gue?" tanya Airin menunduk takut.

"Kenapa bilang gitu?" tanya Raka balik.

"Sikap lo ke gue beberapa hari ini yang bikin gue mikir kalo lo benci sama gue" ucap Airin.

"Gue tau kok kalo gue itu bar-bar, kalo ngomong juga nyelekit banget terus--"

"Gue nggak benci sama lo, gue cuma kesel sama lo" potong Raka.

Airin mengernyit bingung "Kenapa gitu?"

"Katanya lo udah punya pacar, yang namanya Eza Eza itu" cerita Raka.

Airin terkejut. Jadi ini alasan Raka bersikap dingin dan mendiamkannya beberapa hari ini.

"Kata siapa?"

"Canda"

Airin menggeram kesal. Lagi-lagi ulah Canda.

"Terus kenapa lo mau nolongin gue kalo lo lagi kesel sama gue?" tanya Airin.

"Jadi gini ceritanya"

Flashback on

Raka sudah siap berangkat sekolah. Namun saat mau menaiki mobil hp Raka bergetar. Raka mengambil hp di kantong celananya. Ada nomor asing yang menelponnya. Raka mengangkat panggilan itu.

"Halo"

"Halo Ka, ini gue Fikri Abangnya Airin"

"Oh Bang Fikri, kenapa Bang?" tanya Raka ramah.

Meskipun kesal dengan Airin tapi tetap saja ia harus sopan dengan Abangnya.

Kenapa Fikri bisa punya nomor hp nya Raka? Anggap saja sudah pernah memintanya.

"Lo bisa tolong jagain Airin nggak, gue khawatir, kayaknya dia lagi nggak sehat deh, tadi juga dia nggak sarapan gue takut dia kenapa-napa" jelas Fikri.

"Kenapa nggak minta sama pacarnya aja?" tanya Raka tidak bisa menahan kekesalannya.

"Pacar? Airin nggak punya pacar kok"

"Dia punya pacar Bang, namanya Eza"

"Oh Eza, dia Abangnya Keisya, dia emang suka sama Airin tapi mereka nggak pacaran kok, Airin nya juga nggak suka" jelasnya.

Raka menegang. Benarkah Airin dan Eza tidak berpacaran? Jadi sikapnya selama ini kepada Airin salah?

"Raka"

Raka tersadar "Eh iya iya Bang, nanti gue jagain"

"Thanks ya"

"Sama-sama Bang"

Raka menutup panggilannya. Namun ia masih belum percaya dengan ucapan Fikri. Raka harus menemui Eza. Raka harus menyelesaikan semuanya hari ini.

Raka masuk kedalam mobil lalu melajukan mobilnya ke sekolah. Sampai disana Raka memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju kelas. Sikapnya masih dingin, ia akan meminta penjelasan pada Eza saat istirahat nanti.

Di kelas Raka terus saja memperhatikan Airin. Benar kata Fikri, Airin terlihat tidak sehat, wajahnya pucat. Tapi Raka berusaha untuk tidak peduli.

Saat bel istirahat Raka melihat Eza masuk ke dalam kelasnya dan mengajak Airin ke kantin, namun Airin menolak. Airin malah keluar kelas sendiri.

Raka menghampiri Eza.

"Ikut gue, ada yang mau gue bicarain sama lo" ucap Raka pada Eza.

Eza bingung kenapa tiba-tiba Raka mengajaknya bicara. Eza hanya mengangguk mengiyakan.

Mereka berdua tiba di rooftop.

"Lo pacarnya Airin?" tanya Raka to the point.

"Kalo iya kenapa kalo nggak kenapa?" tanya Eza balik.

Raka memcebikkan bibirnya kesal.

"Tinggal jawab iya apa enggak aja ribet amat lo"

"Sans bro, gue bukan pacar Airin, masih calon hehe" ucap Eza diakhiri kekehan.

Raka terdiam, tiba-tiba merasa bersalah atas sikapnya kepada Airin.

"Kenapa lo nanya gitu? Lo suka sama Airin?" tanya Eza.

"Nggak" bohong Raka.

"Oh baguslah, jangan coba-coba buat dapetin Airin karna gue nggak bakal tinggal diam" peringat Eza.

"Halah, udah ditolak masih aja ngarep jadi pacarnya Airin" ejek Raka.

Eza melotot "Wah! Lo bener-bener ya. Ayok gelut sini gue ladenin" Eza melipat lengan bajunya.

"Males ah, gue mau nyamperin Airin aja" ucapnya lalu berjalan turun dari rooftop.

Eza menghadang jalan Raka membuat Raka berhenti.

"Enak aja, nggak boleh, biar gue yang nyamperin dia lo nggak usah"

"Emang Airin dimana?" tanya Raka.

"Di taman belakang" ucap Eza polos.

"Makasih" ucap Raka sambil tersenyum puas.

Raka kembali melanjutkan jalannya, meninggalkan Eza yang masih belum menyadari kesalahannnya. Sedetik kemudian Eza melotot.

"Woi Ka! Lo ngibulin gue ya. Sialan lo, woi Ka Raka, awas lo ya" Eza teriak-teriak tidak jelas.

Flashback off

"Jadi gitu" ucap Raka.

Airin menganggukkan kepalanya mengerti.

"Tapi gue bingung kenapa lo kesel pas denger gue sama Eza pacaran? Lo cemburu?" tanya Airin.

"Eng-enggak kok, gu-gue nggak cemburu" jawab Raka sambil memalingkan wajahnya karena malu.

"Masa? Kok muka lo merah gitu? Lo blush on an? Hahaha" tawa Airin meledak saat melihat wajah Raka yang memerah dan ekspresi Raka yang sedang kesal.

Airin meredakan tawanya lalu menatap Raka serius.

"Ka, gue mohon sama lo jangan anggep sikap gue ke lo selama ini karena gue suka sama lo. Gue ngelakuin itu karena lo temen gue. Jadi tolong jangan salah paham"

Tbc

Hai hai hai!!
Aku kembali nih, maaf ya updatenya lama

Udah ya cuma itu yang bisa aku sampein

AIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang