Airin Duapuluh Satu

173 5 0
                                    

Happy reading

***
"Halo bro, apa kabar?"

Raka menegang, ia tau betul suara itu. Tangan Raka terkepal kuat menahan emosi yang siap meledak.

"Kalo lo mau adik lo selamat--"

"Dimana adik gue?" tanya Raka dingin.

Cowok diseberang sana tertawa. "Sans bro jangan buru-buru, adik lo aman sama gue. Lo cuma perlu kesini sendiri, dateng ke rumah tua yang ada di dalam hutan buat nyelametin adik lo"

"Bangsat lo"

Raka mematikan teleponnya lalu mengambil kunci motor dan segera mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Rahangnya mengeras, matanya memerah menahan tangis. Adiknya harus ikut terjerat ke dalam masalahnya.

                           ***

Ifa perlahan membuka matanya, kepalanya pusing, tangan dan kakinya diikat. Ifa mencoba melepaskan ikatannya tapi sia-sia. Dia diikat sangat kuat.

"Tolong!! Kak Raka tolong!!" teriak Ifa.

Dua orang yang tadi menculik Ifa menghampiri gadis itu.

"Lo berisik banget sih, udah di kasih obat bius juga, mau dibuat pingsan lagi?" ancam salah satu cowok itu.

"Kalian siapa? Kenapa nyulik gue? Salah gue apa?" tanya Ifa menahan tangis.

"Kalo lo mau nanya entar deh nunggu bos kita dateng"

Tak lama seorang cowok bertubuh tinggi, berkulit putih dan berlesung pipi masuk ke dalam.

Kayak pernah liat batin Ifa.

Cowok itu tersenyum devil. "Lo masih inget sama gue?" tanya cowok itu.

Ifa membulatkan matanya saat berhasil mengingat siapa cowok itu.

"Lo.."

"Iya, gue yang hampir bunuh kakak lo" kata cowok itu.

Air mata Ifa jatuh mengingat kejadian itu, ketika dirinya hampir kehilangan Raka.

"Apa kali ini lo juga mau bunuh kak Raka?" tanya Ifa takut.

"Gadis pintar, gue sengaja nyulik lo biar Raka muncul dan kali ini gue bener-bener akan buat dia mati"

Ifa terisak. "Kenapa lo jahat banget sama kak Raka?" tanya Ifa disela-sela tangisnya.

"Lo nggak perlu tau kenapa gue jahat sama kakak lo, lo cuma perlu nikmati kematian kakak lo di depan mata lo sendiri"

Cowok itu tertawa mengerikan membuat Ifa semakin takut. Dalam hati ia terus berdoa semoga Raka tidak datang kesini, biarlah dia disekap daripada harus kehilangan Raka.

Tapi dia melupakan satu fakta bahwa Raka sangat menyayangi dirinya, dia rela mengorbankan nyawanya demi adiknya.

Pintu didobrak, Raka masuk ke dalam dengan wajah memerah. Ia menatap tajam pada cowok yang disebut bos itu.

"Banci lo, beraninya ngancem pake cewek" umpat Raka marah.

Cowok itu tertawa, Raka masih sama seperti dulu, mudah tersulut emosi.

"Gue kira lo nggak berani dateng"

"Lepasin adik gue"

Cowok itu menggeleng. "Nggak semudah itu"

Cowok itu membelai pipi Ifa membuat Raka semakin emosi.

"JOVAN! SINGKIRKAN TANGAN LO DARI ADIK GUE BRENGSEK!!" teriak Raka lalu menendang tangan Jovan yang memegang pipi Ifa.

Raka langsung menghajar Jovan habis-habisan. Dia tidak akan membiarkan cowok itu menyakiti adiknya. Saat Jovan sudah terkulai lemah, Raka mendekati adiknya lalu melepaskan ikatannya.

"Kamu nggak pa-pa kan? Maafin kakak ya" sesal Raka.

"Kak, tinggalin tempat ini, mereka semua orang jahat, mereka mau bunuh kakak, kakak nggak usah peduliin aku" ucap Ifa masih terus menangis.

"Kamu ngomong apa sih?! Kakak nggak akan ninggalin kamu sendirian disini"

"Kakak awas!!"

Terlambat. Balok kayu itu mengenai punggung Raka membuat cowok itu seketika terjatuh. Jovan tersenyum puas sedangkan Ifa semakin histeris.

Kedua teman Jovan mengangkat tubuh Raka lalu Jovan memukul perut Raka bertubi-tubi. Tak hanya itu, wajah Raka juga babak belur. Matanya sayu, bibir kirinya robek, pipinya lebam dan dahinya berdarah.

"Jangan sakiti kak Raka! Berhenti!!"

Teriakan Ifa tak dihiraukan oleh ketiganya.

Kedua teman Jovan tersungkur saat seseorang menendang punggungnya. Raka ikut ambruk karena sudah tidak bertenaga lagi.

"Siapa kalian?" tanya Jovan.

Angga menghampiri tiga cowok itu sedangkan Airin membantu Ifa memindahkan Raka ke tempat yang aman.

"Beraninya main keroyokan sama orang yang udah lemah, cuih" cibir Angga.

"Sini lawan gue kalo berani" tantang Angga.

"Tiga lawan satu, boleh juga"

"Bukan tiga lawan satu tapi tiga lawan dua" Airin maju untuk membantu Angga.

Revan--salah satu teman Jovan tertawa meremehkan. "Lo cewek, mana bisa ngelawan kita" katanya.

Airin melotot. "Wah ngeremehin gue lo ya. Ayo sini maju" Airin sudah ancang-ancang.

"Ga, lo lawan yang dua itu gue mau ngelawan cowok ngeselin ini" ucap Airin.

Angga mengangguk lalu terjadilah perkelahian.

"Tadi lo ngeremehin gue, sekarang rasain nih tonjokan gue"

Airin mengepalkan tangan kanannya lalu mengarahkannya ke Revan, namun meleset. Lalu dia mengepalkan tangan kirinya yang juga diarahkan ke Revan dan sekali lagi dia meleset.

Melihat itu Revan tertawa mengejek. Saat Revan tertawa Airin menendang anu nya Revan hingga cowok itu meringis sambil memegangi anu nya. Inilah kesempatan Airin. Dia mengeluarkan jurus yang pernah diajarkan Fikri membuat Revan kewalahan dan akhirnya mengalah.

Sementara Angga sedang berhadapan dengan Jovan, satu teman Jovan sudah ia kalahkkan. Angga terjungkal ke belakang saat Jovan menendang perutnya. Jovan hampir saja menginjak perut Angga kalau saja Airin tidak memukul Jovan dengan balok kayu yang tadi Jovan gunakan untuk memukul Raka.

Airin menghampiri Angga lalu membantunya berdiri.

"Kita harus cepet bawa Raka ke rumah sakit"

Mereka bertiga membawa Raka ke dalam mobil Angga lalu mereka melaju ke rumah sakit.
***

Sampai sini dulu ya
See you

AIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang