Airin Limabelas

194 5 0
                                    

Happy reading

***
"Namanya Fandi" ucap Raka.

Aldi berpikir sejenak "Kayak pernah denger nama itu"

"Yee, nama Fandi kan banyak" jawab Raka.

"Iya juga ya. Ya udah lanjut, terus gimana si Fandi Fandi itu, ganteng nggak? Gabtengan mana sama gue?"

Raka menoyor kepala Aldi "Dasar narsis lo"

Aldi mengusap kepalanya.

"Gue nggak tau gimana wajahnya, soalnya Fandi udah nggak ada"

"Serius?"

"Iya, waktu itu gue pernah diajak ke makamnya, gue nggak mau maksa Airin buat lupain Fandi dan menuntut dia buat suka sama gue, biarin dia sadar sendiri"

"Kalo saran gue sih ya, langsung aja tembak dia, jadiin dia milik lo, tadi lo bilang banyak yang deketin Airin kan? Nah, jangan sampe lo keduluan yang lain" saran Aldi.

"Tapi dia kan masih cinta sama Fandi? Apa nggak egois kalo gue ngorbanin perasaannya demi milikin dia?"

"Itu namanya bukan egois, Fandi kan udah meninggal jadi nggak salah dong kalo lo nembak dia, lambat laun dia juga bakal jatuh cinta juga sama lo"

Raka terdiam mendengarkan penjelasan Aldi. Haruskah dirinya memperjuangkan cintanya? Atau merelakannya demi hati yang telah mati?

                          ***

Raka duduk termenung di jendela. Ia kembali memikirkan kata-kata Aldi. Haruskah dirinya melakukan itu?

Fandi memang sudah meninggal, tapi hati Airin masih untuknya. Jika dia memaksakan perasaannya, Raka takut Airin menjauhinya.

Tapi jika dia tidak melakukan sesuatu, bagaimana jika Airin selamanya tidak akan menyadari perasaannya? Bagaimana jika orang lain sudah lebih dulu merebutnya? Pertanyaan-pertanyaan itu semakin membuat dirinya bingung.

Mungkin Raka harus mencoba saran dari Aldi. Ingatlah satu hal! Raka adalah orang yang mudah dipengaruhi dan juga mudah percaya dengan ucapan orang lain. Waktu itu saja saat Canda mengatakan Airin sudah punya pacar Raka langsung percaya. Apakah kali ini dia juga mempercayai sahabatnya itu? Apakah Raka benar-benar akan menjalankan saran dari Aldi?

                          ***

Raka memasuki kelasnya dengan perasaan tidak tenang. Dari semalam ia terus saja bergelut dengan hatinya. Ia melihat Airin sedang tertawa riang bersama dua sahabatnya dan... Angga?

Ah iya, Raka lupa kalau Angga juga sangat dekat dengan Airin, itu membuat Raka bertambah takut kehilangan Airin. Raka tidak suka jika Airin tertawa bersama laki-laki lain.

Raka mengatur napasnya yang naik turun menahan amarah agar tidak meledak. Entah kenapa melihat kedekatan mereka membuat Raka emosi.

Aldi menepuk pundak Raka "Kendaliin emosi lo, jangan gegabah dalam mengambil tindakan"

Raka mengangguk lalu bangun dari duduknya.

"Rin, ikut gue bentar yuk, gue mau ngomong sama lo" ajak Raka.

"Kemana?"

"Udah ikut aja" Raka menarik tangan Airin.

"Gue ikut" ucap Angga.

"Nggak, gue cuma ngajak Airin bukan lo" dingin Raka.

"Pokoknya gue harus ikut" keukeuh Angga.

Raka tidak menjawab dan langsung menarik Airin pergi dari sana. Angga ingin mecegah mereka namun ditahan Keisya.

"Biarin mereka pergi" ucap Keisya.

Angga hanya menurut.

                          ***

Raka membawa Airin ke rooftop. Airin bingung kenapa tiba-tiba Raka mengajaknya kemari.

"Lo mau ngomong apa?"

Raka mengatur detak jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Ia merasa gugup.

"Rin, gu-gue... gue mau..."

"Lo ngomong apa sih nggak jelas banget, gue tinggal nih"

"Bentar" tahan Raka.

Dalam sekejap Raka sudah mengunci tubuh Airin. Airin terkejut melihat raut wajah Raka yang tampak tidak tenang namun wajahnya memerah.

Raka tidak suka dengan keadaan ini. Ia sangat tidak tahan jika bertatapan sedekat ini.

"Gue mau lo" ucap Raka serius.

"Mak-maksud lo a-apa?" tanya Airin sedikit takut.

"Gue mau lo jadi milik gue, hanya milik gue"

Airin kaget mendengar nada bicara Raka yang dingin dan tidak ada lagi kelembutan.

"Nggak, gue nggak mau"

Setelah mengucapkan itu Airin bisa melihat mata Raka yang menatapnya nyalang penuh amarah. Airin menunduk takut.

"Kenapa nggak mau?" tanyanya dingin.

"Lo egois" Airin berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

Raka tersenyum smirk lalu mengangkat dagu Airin agar menatapnya.

"Liat gue, jangan nunduk!" bentak Raka.

Ini pertama kalinya Raka membentak Airin. Airin tidak mengerti jalan pikiran Raka. Sikapnya selalu susah ditebak.

"Gue nggak peduli lo mau atau nggak, lo harus jadi milik gue" ucap Raka.

Raka mendekatkan tubuhnya ke arah Airin membuat Airin semakin takut.

Semakin dekat sampai akhirnya bibir Raka menyentuh bibir Airin lembut. Disaat itu juga Air mata Airin jatuh. Airin menutup matanya rapat-rapat, tak menyangka Raka akan berbuat seperti itu. Ia kecewa dengan Raka. Sangat kecewa.

Ciuman itu lama-lama jadi lumatan. Airin mengepalkan tangannya kuat. Air matanya terus mengalir dengan deras. Raka terlalu menikmati ciuman itu hingga tidak sadar dengan kesalahannya.

Raka melepaskan ciumannya, diusapnya bibir Airin yang basah karna ulahnya tadi. Hatinya tergores saat melihat Airin menangis dalam diam. Raka menyadari kesalahannya, dia menjauh dari Airin. Tubuh Airin merosot, ia menangis hebat.

"Aarrgghhh... apa yang udah gue lakuin!" teriak Raka frustasi.

Raka kembali menghampiri Airin lalu dipeluknya tubuh yang sudah bergetar hebat itu.

Airin terisak, sangat tidak menyangka bahwa Raka akan melakukan ini.

"Airin" panggil Raka lembut.
***
Tbc

Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman
Makasih udah baca cerita aku

Sampai ketemu di part selanjutnya...

AIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang