Airin Empatpuluh Empat

114 7 1
                                    

Ini update-an kedua untuk hari ini yaa..

Happy reading...

***
Raka dan Airin masuk ke dalam kelas yang di sambut dengan tatapan bingung seisi kelas. Bahkan Arvey pun bingung melihat kedekatan mereka.

Cewek itu menghampiri Raka dan menjauhkannya dari Airin. "Gue udah pernah bilang sama lo, jangan racunin cowok gue, lo nggak tuli, kan? Mending lo jauh-jauh deh dari cowok gue" Arvey mendorong bahu Airin kencang membuat gadis itu terhuyung ke belakang.

Dengan sigap Raka menarik tangan Airin dan mendekapnya. Astaga, melihat Airin hampir jatuh saja membuat jantung Raka berdetak cepat, ia sungguh tak ingin gadisnya terluka.

Tatapan Raka beralih pada Arvey yang juga menatapnya tak percaya.

"Gue udah bukan cowok lo lagi jadi sebaiknya lo ngejauh dari gue, karna mulai sekarang sampai seterusnya gue akan jadi milik Airin" ucap Raka dengan tegas.

Diam-diam Airin tersenyum di pelukan Raka, hatinya sungguh hangat mendengar penuturan cowok itu. Sedangkan Arvey tak terima dengan apa yang dilihatnya.

"Lo bercanda, kan? Ka, gue masih sayang sama lo" Arvey berusaha membuat Raka kembali padanya.

"Tapi rasa sayang gue ke lo udah hilang bertepatan saat lo khianatin gue"

"Tapi gue nggak bermaksud--"

"Ada maksud ataupun nggak tetep aja lo udah nyakitin hati gue dan udah buat gue nggak bisa percaya lagi sama lo"

Arvey menangis terisak, dia tahu hanya dengan cara itu dia bisa meluluhkan hati Raka.

"Simpen aja air mata buaya lo dan balik sono ke kakak lo, urusan kita udah selesai"

Raka menarik tangan Airin keluar dari kelas, berniat mengajak Airin bolos di pelajaran pertama.

"Apa lo lupa kalo lo udah ambil keperawanan gue? Lo nggak tanggung jawab sama apa yang lo lakuin dan malah pergi ninggalin gue" ucap Arvey lantang.

Sontak seisi kelas tercengang. Selama ini mereka mengenal Raka yang baik dan ramah pada semua orang, sampai beberapa waktu kemarin mereka melihat sisi lain Raka, itu sudah cukup membuat mereka terheran dan apa yang dikatakan Arvey tadi sungguh membuat satu kelas terkejut bukan main, terutama Airin.

"Apa yang di bilang Arvey itu bener?" tanya Airin dengan ragu.

Raka hanya diam, namun tangannya terkepal kuat dan matanya menyorot tajam.

"Semua itu benar. Raka ninggalin gue dalam keadaan gue hamil anak dia, dan dia sama sekali nggak mau mengakui anaknya"

"CUKUP!" bentak Raka.

"Gue berjuang mati-matian buat ngelahirin anak dia sementara dia--"

Belum sempat Arvey menyelesaikan ucapannya, dirinya sudah di buat bungkam dengan tatapan tajam milik Raka. Cowok itu mencengkeram tangan Arvey kuat membuat gadis itu meringis. Namun Arvey masih sempat-sempatnya menyeringai pada Raka seolah puas dengan apa yang dia lakukan.

"Diem lo! Gue nggak sebrengsek itu"

"Bukannya lo sendiri yang bilang kalo lo emang brengsek?" Arvey masih menangis seakan dia yang terluka. "Kalo nggak, lo nggak mungkin merkosa gue"

"Terserah lo mau bilang apa" Raka berbalik badan untuk mengajak Airin pergi, namun yang dilihatnya adalah Airin yang menatapnya dengan tatapan terluka serta mata yang sudah berkaca-kaca.

"Rin, semua yang diucapkan Arvey itu bohong" ucap Raka.

Airin menggeleng lalu berlari keluar kelas dengan air mata yang sudah berderai.

AIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang