Airin Empatpuluh Enam

128 5 0
                                    

Happy reading...

***
Pulang sekolah, Raka mengajak Airin makan bakso di pinggir jalan. Tadinya Airin menolak karena masih marah dengan cowok itu, tapi Raka berhasil membujuk Airin. Bagaimana tidak? Raka merengek seperti bayi membuat Airin tidak tega sekaligus malu karena saat itu mereka sedang ada di kelas.

Bakso pesanan mereka datang, Airin langsung memakannya karena kebetulan dia lapar sekali. Raka hanya tersenyum melihat Airin yang makan bakso dengan lahap.

"Rin, gue mau jelasin soal ucapan Arvey kemarin"

"Ya udah jelasin aja"

"Tapi janji, ya, lo nggak boleh motong ucapan gue?"

"Hm"

"Bener? Janji?"

"Iya ah, bawel"

"Kalo lo motong nanti gue cium"

"Iya" ucap Airin tanpa sadar. "Eh?"

Airin mendelik pada Raka yang kini tersenyum puas. "Lo udah janji, ya"

"Apaan, tadi itu refleks"

Raka tak memperdulikan protesan Airin. "Gue emang dulu sayang banget sama Arvey, tapi gue bukan cowok brengsek yang akan ngerusak cewek yang gue sayangi" Raka memulai cerita.

Airin mendengarkan sambil makan, meskipun sedikit kesal saat mendengar nama Arvey.

"Gue nggak ngehamilin dia"

Airin menghela napas lega, artinya Raka masih perjaka.

"Tapi hampir" lanjut Raka.

Airin yang mendengar kelanjutan ucapan Raka tersedak kuah bakso. "Jadi lo hampir merkosa dia?" tanya Airin dengan suara agak keras, untung saja saat itu sedang sepi. Kalau tidak pasti sudah malu.

Raka mengangguk pelan. "Tapi cuma hampir, kok, beneran. Gue nggak sampe masukin punya gue ke dia" ucap Raka dengan polosnya.

Airin melotot pada Raka. "Ya tetep aja mau lo hampir merkosa dia juga lo pasti udah pegang-pegang dia, kan?"

Raka menggaruk belakang kepalanya, tidak tau harus menjawab apa.

"Gila, ya! Lo mesum banget ternyata. Padahal--" Airin menghentikan ucapannya saat jari telunjuk Raka menempel di bibir Airin.

"Perjanjiannya, kan, kalo lo motong cerita gue, lo gue cium. Emang lo mau gue cium?" tanya Raka lembut sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Airin menggeleng. "Oke, gue nggak akan motong lagi, lanjutin lanjutin" ucap Airin mempersilahkan.

Raka tersenyum gemas lalu menurunkan jari telunjuknya. "Saat itu gue marah banget karna Arvey udah bohongin gue kalo sebenernya dia itu adiknya Jovan" Airin sempat terkejut namun tidak berkomentar apa-apa.

"Gue udah bilang kalo gue sayang banget sama dia, gue emang sempet marah karna dia adik dari musuh gue sendiri, tapi gue nggak akan mempermasalahkan itu lagi. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Arvey nunjukin sifat aslinya. Dia bilang kalo dia nggak pernah cinta sama gue, dia bilang kalo dia pacaran sama gue cuma buat dapetin informasi yang berguna buat kakaknya" ucap Raka dengan suara parau.

Airin jelas terkejut mendapati tatapan Raka yang terluka, ini pasti berat untuknya. Airin menggenggam tangan Raka yang ada di meja. "Ka, kalo lo nggak kuat buat cerita nggak usah--"

"Nggak, Rin, gue harus ceritain semuanya biar nggak ada kesalahpahaman lagi"

Airin hanya tersenyum lalu menunggu Raka melanjutkan ceritanya.

AIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang