Airin Empatpuluh Lima

118 6 0
                                    

Happy reading...

***
Sesakit inikah rasanya mencintai orang yang mungkin saja belum melupakan masa lalunya? Inikah hukuman untuk dirinya karena dulu pernah melakukan hal yang sama?

Airin menghela napas berat, sejak tadi ia hanya mengaduk-aduk ice capuccino-nya tanpa berniat meminumnya. Dia masih memikirkan kejadian di belakang sekolah tadi. Airin tidak percaya Raka melakukan itu, dan cowok itu bahkan tidak mengejarnya.

Kenapa Airin harus terjebak dalam masalah seperti ini? Apa yang harus dirinya lakukan sekarang? Haruskah Airin memaafkan Raka? Atau justru membencinya?

"Sendirian aja" ucap seseorang lalu duduk di depan Airin.

Airin mengangkat wajahnya sekilas lalu kembali mengaduk-aduk minumannya.

"Gue denger lo berantem, ya, sama Raka?" tanya Aldi.

Airin mengangguk singkat.

"Dari yang gue liat, Raka itu sayang banget sama lo"

"Kalo dia sayang sama gue, dia gak mungkin ciuman sama cewek lain"

"Mereka ciuman atau Raka yang di cium?"

Airin terdiam, dia tidak tau mereka ciuman atau Raka yang di cium. "Kalaupun Raka yang di cium harusnya dia nolak dong, tapi nggak. Raka biarin Arvey nyium dia"

"Nggak mudah buat ngelupain cinta pertama kita. Itu juga, kan, yang lo rasain saat kehilangan Fandi?"

Airin menatap Aldi. "Lo tau Fandi?"

"Raka yang cerita"

Airin hanya ber-oh singkat. "Ya beda lah, kalo gue sama Fandi kan gak ada masalah apa-apa sebelum Fandi meninggal jadi gak salah dong kalo gue masih sayang sama dia bahkan setelah dua tahun. Tapi kalo Raka, dia, kan, udah putus sama Arvey, putusnya suatu hubungan pasti kan ada masalah yang membuat mereka harus berpisah"

"Meskipun lo nggak ada masalah apa-apa, tapi kalo seseorang udah meninggal berarti lo harus bisa mengiklaskannya dan membuang perasaan itu jauh-jauh. Raka juga pasti ngelakuin hal yang sama setelah putus dari Arvey"

Airin mencoba merenungi ucapan Aldi, ucapan Aldi ada benarnya juga. Raka juga pasti sedih setelah putus dari Arvey. Bagaimanapun juga Arvey cinta pertamanya Raka.

"Gue kenal Raka udah lama, jauh sebelum dia pindah ke jakarta" ucap Aldi. "Dulu gue temenan sama Raka saat SMP, tapi orangtua gue pindah ke sini karna Papa dipindahkerjakan ke jakarta. Dan mau nggak mau gue juga ikut, sesekali gue balik ke Bandung, ke rumah nenek saat liburan"

Airin mulai tertarik dengan cerita Aldi

"Terakhir gue liat Raka saat dia balapan sama Jovan, dan Jovan hampir buat Raka meninggal"

Mata Airin membulat. "Kok bisa?"

"Jovan main curang, dia buat rem mobil Raka blong dan itu buat Raka jatuh ke jurang. Jovan emang sengaja ajak Raka balapan di tempat yang nggak memungkinkan, di deket jurang"

Airin tidak menyangka Jovan sekejam itu. Tapi sebentar, kenapa Aldi bisa kenal dengan Jovan?

"Eh bentar deh, lo kenal Jovan?"

"Iya, gue sepupunya Jovan"

Airin menganga, dia baru tahu kalau Aldi itu sepupunya Jovan

"Gue nggak tau apa yang terjadi sama Raka setelah kecelakaan itu. Dia nggak ada kabar sama sekali.

Yang gue tau dari Raka itu kalo dia udah sayang sama satu orang, dia nggak akan pernah main-main, dia itu tulus tapi kadang ketulusannya dimanfaatin sama orang lain"

AIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang