Airin Sebelas

212 11 0
                                    

Happy reading

***
"Gue ngelakuin itu karena lo temen gue. Jadi tolong jangan salah paham" ucap Airin mengingatkan.

Seakan terdapat ribuan jarum yang tertancap dihatinya, rasanya sangat sakit.

"Kenapa? Lo belum bisa lupain Fandi? Lo masih cinta sama dia?" tanya Raka.

Airin mengangguk pelan. Sedetik kemudian Raka tertawa, tawa hambar yang jarang Raka tunjukkan pada semua orang. Airin bingung, ada yang lucukah dengan ucapannya?

"Santai aja kali, gue nggak bakal suka sama lo, gue nganggep lo temen kok nggak lebih" ucap Raka berusaha menutupi kesedihannya.

Airin tersenyum lega karena Raka juga menganggapnya teman. Airin belum bisa melupakan Fandi, dia juga belum siap untuk jatuh cinta lagi.

"Sorry ya, gara-gara sikap gue kemarin lo jadi di bully gini" ucap Raka merasa bersalah.

"Santai aja, yang penting kan gue udah nggak kenapa-napa"

"Ya udah gue pulang dulu ya" pamit Raka.

"Iya, makasih udah nolongin gue, gue nggak tau apa yang bakal terjadi sama gue kalo lo nggak dateng tadi" ucap Airin.

"Iya, sebagai temen yang baik gue akan selalu jagain lo"

Airin tersenyum "Udah sana ah, katanya mau pulang"

"Tuh kan mulai lagi nyebelinnya, selalu aja diusir. Baru juga berapa jam disini, gimana kalo gue nginep sini" gerutu Raka.

Airin melempar Raka dengan bantal "Pulang sana lo, ngelantur aja ucapannya"

Raka tertawa karena berhasil membuat Airin kesal. Raka keluar dari kamar Airin, meninggalkan Airin yang masih kesal dengannya.

Sebelum pulang, Raka berpamitan dengan Vera.

"Tante, saya pamit pulang ya"

"Eh iya, kamu hati-hati ya..."

"Raka tante" ucap Raka menjawab kebingungan Vera.

"Oh Raka, kamu hati-hati ya Ka pulangnya. Makasih udah jagain Airin" ucap Vera.

"Sama-sama tante, Raka pulang dulu ya, assalamu'alaikum" Raka menyalim tangan Vera.

"Wa'alaikumsalam"

Raka melajukan mobil menuju rumahnya.

                            ***

Eza baru saja keluar dari kamar mandi, dia duduk di tepi ranjang. Dia mengingat sesuatu kemudian bergegas keluar kamar.

Eza menuju ke kamar Keisya lalu mengetuknya. Tidak ada balasan dari dalam. Eza mengetuknya lagi lumayan keras.

"Kei! Kei! Keisya buka! Buset lama banget buka pintu doang! Woy buka elah jamuran nih gue"
Teriak Eza.

Tetap tidak ada jawaban dari Keisya. Eza menyenderkan tubuhnya di pintu, lelah karena tadi teriak-teriak.

Tiba-tiba pintu kamar Keisya terbuka dan...

"KYAAAA!!!"

Buk

"HUWAA.... PANTAT GUE!!" teriak Eza karena pantatnya berciuman dengan lantai.

"Ngapain lo Bang tiduran di situ?" tanya Keisya.

"Tiduran puser lo muter, nggak liat lo gue jatuh gini"

Eza berdiri dan menatap kesal ke arah Keisya.

"Oh lo jatuh, gue kira lagi ngepel"

"Nggak nyambung bego"

Keisya tak memperdulilan Eza, dia duduk di atas ranjang.

"Ngapain lo ke kamar gue? Ganggu gue lagi tidur aja, mana berisik banget lagi"

"Ada yang mau gue tanyain sama lo" ucap Eza.

"Raka deket banget ya sama Airin? Apa mereka udah pacaran?"

"Kenapa? Lo masih ngarep jadi pacarnya Airin?" tanya Keisya balik.

"Iyalah, gue suka dia udah lama, nggak bakal gue lepasin gitu aja"

Keisya mendegus kesal, selalu kalimat itu yang Eza katakan.

"Udahlah lepasin aja, lagian lo nggak serius suka kan sama dia? Lo kan playboy, cewek lo dimana-mana. Dulu aja waktu lo ditolak Airin malemnya malah jalan sama cewek lain, atau mungkin udah pacaran? Gimana Airin mau percaya sama lo kalo sikap lo aja kayak gitu" cerca Keisya.

"Gue nggak pernah pacaran ya, gue nganggep mereka cuma temen, gue nggak pernah serius suka sama mereka, sumpah"

"Nah ini nih, lo aja sukanya mainin perasaan cewek gimana nanti kalo pacaran sama Airin, bisa-bisa tiap hari Airin sakit hati. Dan lo tau kan dia itu sahabat gue, siapapun yang nyakitin dia bakal berurusan sama gue, termasuk lo" tunjuk Keisya pada Eza.

Eza terdiam, berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan Keisya.

"Jadi Raka itu pacar Airin atau bukan?" ulang Eza

"Bukan" singkat Keisya.

"Tapi gue ngedukung kalo Airin sama Raka daripada sama lo" lanjutnya.

"Kok gitu? Gue kan Abang lo, kenapa lo malah dukung Raka sama Airin?" kesal Eza.

"Gue nggak dukung lo sama Airin bukan tanpa alasan. Pertama karna lo playboy dan kedua karna gue liat Airin nggak pernah suka sama lo, tatapan mata dia ke lo nggak pernah mancarin cinta. Dan bukannya dia benci sama lo, tapi lo abang gue, dia juga nganggep lo sebagai abangnya. Lo pikirin lagi kata-kata gue barusan" ucap Keisya.

Eza keluar dari kamar Keisya setelah mendengarkan ceramah panjang lebar dari adiknya.

Harus bagaimanakah ia sekarang? Haruskah dirinya melepaskan Airin? Tapi dia tidak bisa. Eza tulus mencintai Airin, tapi ia kembali mengingat ucapan Keisya. Adiknya itu benar, Airin tidak pernah menyukainya dan tidak ada pancaran cinta dari matanya.

Atau mungkin.. itu hanya ambisinya semata? Tapi Eza benar-benar mencintainya. Eza mengacak rambutnya lalu memilih untuk tidur saja.

                            ***

Airin duduk termenung di meja belajar, memikirkan sikapnya akhir-akhir ini. Ia takut dirinya akan jatuh cinta dengan orang itu. Airin sudah coba membuang perasaan itu jauh-jauh, tapi semakin ia menghindar semakin besar pula perasaan yang ia miliki.

"Fan, aku bingung, aku takut kalo aku jatuh cinta lagi, aku masih sayang sama kamu, aku takut nyakitin dia" monolog Airin.

"Fan, dia mirip kayak kamu. Senyumnya, sikapnya, nyebelinnya" Airin terkekeh.

"Gimana aku bisa lupain kamu kalo aku selalu liat kamu di diri dia. Kalian mirip"

"Fan, aku.... aku nyaman kalo deket dia, dia kayak pelindung bagi aku. Aku nggak mau kehilangan dia"

"Boleh nggak kalo aku suka sama dia? Aku bisa liat ketulusan dimatanya, aku nggak bisa nyakitin hati dia. Kamu nggak marah kan?"

Airin terus berbicara sendiri. Tanpa sadar matanya mulai mengantuk dan akhirnya Airin tertidur di meja belajarnya.

Tbc

Hai!! Aku balik lagi nih. Segitu dulu ya update nya nanti lanjut di part berikutya.

See you

AIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang