Happy reading
***
Airin mendorong tubuh Raka sampai Raka terjatuh. Airin bangkit dan menatap Raka penuh amarah."Brengsek lo" ucap Airin dengan suara serak.
"Lo egois, lo kasar, gue benci sama lo" lanjutnya.
Raka berdiri dan menggenggam kedua tangan Airin "Rin, maafin gue, gue tau gue salah, gue khilaf, maafin gue Rin"
Airin menghempaskan tangan Raka "Nggak guna Anjing. Lo udah ambil first kiss gue dengan cara biadab lo itu, jangan harap gue mau maafin lo. Gue benci sama lo!"
Airin turun dari rooftop menuju kelasnya.
Raka menghela napas gusar lalu menjambak rambutnya "Aarrrgghhh.... Bodoh! Gue udah buat Airin marah! Gue udah buat dia benci sama gue!!"
Airin sampai di kelasnya dengan air mata yang terus saja menetes. Airin mengambil tasnya lalu keluar kelas tanpa bisa dicegah oleh sahabatnya.
"Airin kenapa?" tanya Aurel.
"Perasaan gue nggak tenang, gue kejar dia dulu" ucap Angga lalu pergi mengejar Airin.
***
Airin duduk di tepi danau, pikirannya sedang kacau. Airin marah, Airin kecewa. Kenapa Raka melakukan itu? Dan kenapa harus Raka yang melakukannya? Airin sedikit tidak rela. Lalu ia harus apa? Memang seperti itulah adanya.
Airin sedikit merasa tenang karena hembusan angin yang menerpa wajahnya. Airin memejamkan mata menikmati angin yang berhembus itu.
"Di sini lo ternyata"
Airin membuka mata mendengar suara itu. Ia menengok dan melihat seorang pria duduk di sampingnya. Dia Eza. Bagaimana Eza tau Airin ada di sini?
"Bingung ya kenapa gue bisa tau lo di sini?" tanya Eza.
"Gue tadi ngikutin lo waktu lo keluar dari area sekolah sambil nangis, gue pikir lo lagi nggak baik-baik aja jadi gue ikutin deh" lanjutnya.
Airin tidak menjawab, ia kembali menatap lurus ke depan.
"Lo ada masalah?" tanya Eza.
"Bukan urusan lo" ketus Airin.
"Emang bukan urusan gue, tapi nggak ada salahnya kan lo cerita ke gue, siapa tau gue bisa bantu"
Airin diam, bingung harus mengatakannya atau tidak.
"Gue nggak pa-pa Bang" ucap Airin.
"Lo nggak bisa bohongin gue, gue tau lo lagi ada masalah kan?"
"Sok tau banget sih, udah ah gue mau pulang"
Airin berdiri dan hendak pergi namun tangannya dicekal oleh Eza.
"Gue anterin pulang ya"
Airin berpikir sejenak. Boleh juga, lagipula tubuhnya sudah sangat lelah.
"Ya udah buruan" Eza mengangguk semangat.
***
Airin duduk di balkon sambil menenteng gitar milik Fikri. Ia mulai memetik senar gitarnya lalu mengalunkan lagu.
Air mata Airin menetes, ia kembali mengingat kejadian pagi tadi. Airin amat sangat kecewa.
Airin mengakhiri lagunya, disenderkannya gitar itu pada tembok.
"Aarrggghhh... Bangsat! Gue benci sama lo!" teriak Airin.
Airin tidak pernah semarah ini. Airin menutup matanya dengan telapak tangan, ia menangis tersedu-sedu.
"Ririn"
Airin mendongak dan mendapati Angga di depannya dengan wajah khawatir. Airin langsung memeluk Angga, menumpahkan kesedihannya di pelukan pria itu.
"Angga... hiks... Raka jahat... dia... hiks... kasar, dia.. hiks nyium gue, dia.. dia egois" adu Airin pada Angga.
Angga mengepalkan tangannya, jadi ini alasan Airin menangis. Raka yang membuatnya menangis. Dan apa katanya tadi, Raka menciumnya? Angga saja tidak pernah melakukannya. Ia tidak setega itu mengambil first kiss Airin.
"Ririn, udah ya jangan nangis lagi" ucap Angga menenangkan Airin.
"Gue benci sama dia hiks... dia jahat"
"Iya iya, lo tenang ya" Angga melepaskan pelukannya.
"Gue bakal habisin dia karena udah bikin lo nangis"
"Jangan, nggak usah Ga, biarin aja, gue udah nggak pa-pa kok" ucap Airin.
"Gue nggak bakal biarin dia lepas, gue bakal bales perbuatan dia ke lo" Angga pergi meninggalkan Airin.
Fikri yang baru masuk pun bingung melihat Angga keluar dengan wajah yang sudah merah padam.
"Rin, Angga kenapa kayak marah gitu?"
"Abang..." Airin memeluk Fikri
"Loh Dek, kamu kenapa kok nangis? Ada yang nyakitin kamu?" Fikri mengusap punggung Airin lembut.
Airin menggeleng "Airin nggak papa, cuma pengen nangis, Airin cengeng ya Bang hiks..."
"Nggak kok, adik Abang ini kuat, sekarang kamu tidur ya, jangan nangis lagi" Airin mengangguk.
***
Tbc..Semoga suka sama ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
AIRIN
RandomAirin, seorang badgirl yang punya masa lalu menyedihkan. Karena kejadian di masa lalu dia menutup pintu hatinya serapat mungkin. Dia tidak mudah untuk jatuh cinta. Namun sikap bar-bar nya itu menutupi seluruh kesedihan yang Airin rasakan, dan tidak...