Airin Sembilanbelas

168 6 0
                                    

Happy reading

***
"Yakin udah nggak marah?"

Airin terkejut mendengar suara itu. Airin mendongak, menatap lurus ke arah Raka yang sudah sadar.

"Loh, lo kapan sadarnya?"

"Waktu lo masuk gue udah sadar" Raka mengubah posisinya menjadi duduk.

Airin hanya diam memperhatikan Raka.

"Lo beneran udah nggak marah sama gue?" tanya Raka memperjelas.

"Hm" Airin membalasnya dengan berdeham.

"Maaf udah bikin lo khawatir"

"Gue nggak khawatir sama lo" sanggah Airin.

"Masa? Tadi kayaknya lo khawatir banget sama gue sampe nangis-nangis gitu" kata Raka menggoda.

Airin melotot. "Diem lo! Gue cuma nggak mau tanggung jawab kalo lo sampe mati disini"

Sadis!

"Oh ya? Kok gue nggak percaya ya?"

"Kok lo nyebelin sih" kesal Airin.

Raka tertawa melihat wajah kesal Airin. Mereka sudah tidak canggung lagi karena kejadian kemarin.

"Lo kapan pulangnya?" tanya Airin.

"Lo ngusir gue?" Raka balik bertanya.

"Ya kurang lebih begitu" Airin menjawab dengan santainya.

"Lo tega gitu biarin gue pulang malem-malem gini? Mana dingin lagi" ucapnya.

"Lo itu cowok bukan cewek, jadi nggak usah manja" cibir Airin.

Sebenarnya Airin sangat ingin tertawa melihat wajah cemberut Raka tapi dia menahannya. Airin kembali memasang wajah datar.

"Lo kok jahat sih sama gue"

"Nggak usah drama, jijik gue. Nih ganti baju abis itu pulang" kata Airin dengan ekspresi datar.

"Beneran diusir gue" gerutu Raka yang masih bisa di dengar Airin.

Raka melangkah ke kamar mandi dan berganti baju milik Fikri. Airin masih menunggunya, dia mengukir senyum. Airin senang Raka tidak apa-apa.

Setelah beberapa menit, Raka keluar dari kamar mandi lalu menghampiri Airin yang duduk di tepi kasur.

"Lo nungguin gue?"

"Pede banget, gue cuma nggak mau lo pingsan lagi, ngerepotin tau" sanggahnya.

"Perhatian banget" ucap Raka tersenyum.

"Apaan sih lo, udah sana pulang"

"Iya ini juga mau pulang"

Pintu kamar diketuk lalu Vera masuk ke dalam membawa nampan yang berisi bubur.

"Eh Raka udah sadar, kamu mau kemana? Kan masih sakit"

Raka tersenyum. "Raka mau pulang tan, udah malem"

"Nginep aja pulangnya besok, tante nggak mau kamu kenapa-napa dijalan"

"Raka udah disuruh pulang sama Airin tan" kata Raka.

Vera menatap Airin. "Jangan disuruh pulang Raka nya, biar dia istirahat dulu disini"

"Biarin aja Bun, dia udah sehat kok"

"Nggak boleh gitu" Vera beralih menatap Raka. "Raka istirahat dulu disini ya"

"Kalo tante yang minta Raka nggak bisa nolak" ucap Raka sok pasrah.

Airin mendegus sebal. "Modus banget sih" batinnya.

Akhirnya Raka kembali duduk dengan bersandar di kepala kasur.

"Dimakan ya buburnya, tante keluar dulu" kata Vera.

"Iya tante, makasih" Vera mengangguk lalu keluar dari kamar Fikri.

Airin yang juga ingin keluar dicegah oleh Raka. "Sini aja temenin gue"

Airin kembali duduk di sofa, dia sedang tidak ingin berdebat dengam Raka.

"Suapin gue dong" pinta Raka.

Airin beranjak dari sofa dan duduk di samping kasur. Dia menyuapi Raka. Sebenarnya ini hanya modusan Raka saja agar bisa berlama-lama dengan Airin.

Selesai makan, Aitin menaruh kembali mangkuk bubur yang sudah habis di nakas. Dia menguap lalu berdiri berniat untuk tidur.

Airin berhenti ketika ada yang menahan tangannya. Dia berbalik.

"Mau kemana?"

"Mau tidur, ngantuk gue" Airin kembali menguap.

"Disini dulu temenin gue ngobrol"

Airin berdecak. "Ck, banyak mau lo ya, udah ah gue mau tidur"

Airin berbalik, namun ia kembali mengurungkan niatnya karna Raka masih menahan tangan Airin.

Airin menatap Raka dengan malas. "Lo ngobrol aja sama tembok, besok gue harus sekolah"

"Biasanya juga kalo nggak sekolah lo malah seneng"

Iya juga ya. Tapi Airin benar-benar mengantuk. Akhirnya Airin memilih duduk kembali dengan wajah dongkol.

Raka tersenyum lebar. Ia mengambil ponselnya lalu memainkan game di ponselnya. Airin menganga, jadi dia disuruh menemani Raka bermain game? Yang benar saja.

"Lo nyuruh gue temenin lo main game?"

Raka mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Kalo gitu mending gue tidur aja"

"Eh jangan, gue belum ngantuk jadi temenin gue dulu, ntar lo tidurnya sama gue" jawab Raka santai.

"Ogah gue tidur sama lo, lo kan mesum" Airin bergidik.

Raka menoleh ke arah Airin. "Mesum apanya? Lo tidurnya tunggu gue ngantuk, gue tidur sini lo tidur di kamar lo. Lo tuh yang otaknya mesum" Raka kembali bermain game.

Airin melotot dengan wajah yang memerah karena malu, namun dia tidak membalas. Airin pindah duduk di sofa kemudian merebahkan tubuhnya di sofa itu. Dia menatap Raka yang masih asik bermain game lalu Airin memejamkan matanya karna tidak bisa menahan kantuk.

***
Maaf ya baru bisa update sekarang dan terima kasih yang udah baca sampai part ini.
Semoga kalian suka

AIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang