Tanya dan Mubaek bertemu lagi di Kuil Agung secara diam-diam.
"Bagaimana Karika Xabara?"
"Kami berhasil membantunya kabur dengan selamat."
Tanya menghela napas lega, "syukurlah."
"Tapi, di mana Yangcha?" Tanya bertanya lagi.
"Tagon Niruha menyuruh Mugwang, Bakyangpung, Mungtae dan Yangcha untuk mengawasi situasi di sana selama beberapa hari."
Tanya mengangguk mengerti. Sedikit lega karena itu berarti Yangcha masih hidup.
~~~
Beberapa kali Bakyangpung menghela napas berat.
"Kenapa? Kau lelah?" tanya Mugwang.
"Apakah dia akan baik-baik saja?" Gumam Bakyangpung yang tampak merasa cemas.
Mugwang terkekeh, "untuk apa kau mencemaskan bocah bisu itu?"
"Bukan dia, tapi si gendut itu. Kita semua tahu, Yangcha adalah Daekan terbaik dan calon pengganti Mubaek."
"Jangan sembarangan bicara, calon pengganti Kak Mubaek adalah aku, adik kandungnya!" Bentak Mugwang.
Bakyangpung mencibir sembunyi-sembunyi.
"Tapi kau benar juga, seharusnya Niruha tidak mengutus si gendut untuk membereskannya..." kata Mugwang.
.
.
☆☆☆Sehari sebelum hari penyerangan, Tagon memberi misi khusus kepada Mugwang. Jika Yangcha tidak mati terbunuh di medan perang, ia yang harus membunuhnya.
Tetapi tiba-tiba Mungtae menyela, "Niruha, biar saya saja yang menghabisinya."
"Hei, kau bukan apa-apa bila dibandingkan dengannya. Badanmu saja yang besar, tapi dia jauh lebih kuat daripadamu," tegur Mugwang.
"Aku akan menyerangnya ketika ia tidur," kata Mungtae keras kepala. "Dia telah melecehkan kepala suku kami, itu sama saja melecehkan kami."
"Baiklah," kata Tagon mengizinkan, "lakukanlah."
.
.
☆☆☆Palu Mungtae terayun menuju kepala Yangcha. Tiba-tiba Yangcha membuka matanya dan berguling, hingga palu itu hanya menghantam tanah.
Mungtae menyerang lagi, tetapi Yangcha berhasil mengelak. Yangcha berhasil meraih pedangnya saat merangkak keluar dari tenda yang roboh. Mungtae menyingkap kain tenda dan menghampiri Yangcha yang masih terduduk di tanah. Sekali lagi ia mengayunkan palunya, Yangcha menahannya dengan pedang.
"Kau... kau sudah mengambil kesucian Tanya," geram Mungtae.
Yangcha mengernyit tak mengerti.
"Kau sudah memperkosanya!"
Yangcha terbelalak sambil menggeleng.
"Tidak... aku tidak pernah melakukan itu..." Yangcha ingin mengatakan ini tetapi yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang tidak dapat terdengar dengan jelas.
Yangcha berhasil mendorong palu dengan pedangnya, serta menendang perut Mungtae. Pria gemuk itu jatuh terlentang. Mereka berdua berdiri dan saling adu besi. Namun akhirnya pedang Yangcha berhasil mematahkan kepala palu dari gagangnya. Dengan gerakan yang cepat dan lincah, Yangcha berputar ke belakang Mungtae, melompat, kemudian menyikut tengkuk pria itu dengan keras. Mungtae jatuh terjerembab dan tak sadarkan diri.
Yangcha melihat sekelilingnya, tidak nampak batang hidung Mugwang dan Bakyangpung, "Apa yang sebenarnya terjadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Idn-AC FF] Unspoken Love ✔
FanficRaja Tagon yang lalim memerintah Negeri Arth, menjajah berbagai wilayah termasuk desa suku Wahan. Tanya, anak kepala suku Wahan, berusaha untuk menyelamatkan sukunya dari perbudakan. Ia mengalami berbagai kesulitan hingga ia menyadari misi dan ambis...