Raja Tagon yang lalim memerintah Negeri Arth, menjajah berbagai wilayah termasuk desa suku Wahan. Tanya, anak kepala suku Wahan, berusaha untuk menyelamatkan sukunya dari perbudakan. Ia mengalami berbagai kesulitan hingga ia menyadari misi dan ambis...
Sudah 10 tahun pernikahan Tagon dengan Taealha, tetapi mereka belum juga dikaruniai keturunan. Sebenarnya mereka tidak pernah mempermasalahkan hal itu, selama mereka masih saling mencintai. Tetapi meskipun sudah memiliki lima orang cucu dari Danbyok, Sanung Niruha tetap menginginkan cucu yang berasal dari darah dagingnya. Asa Ron menyarankan untuk menjadikan salah satu anaknya sebagai selir Tagon. Tetapi sebenarnya niat Asa Ron tidak tulus, ia ingin mempergunakan anaknya untuk memata-matai gerak-gerik Tagon yang mencurigakan.
Asa Saenarae, nama gadis itu. Ia baru saja menginjak usia 17 tahun. Ia menangis selama tujuh hari tujuh malam ketika mengetahui dirinya akan dijadikan selir oleh pria yang usianya dua kali lipat usianya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pada hari ia masuk ke rumah Tagon, ia jatuh cinta. Bukan kepada Tagon, melainkan kepada Saya, asisten pribadi Tagon. Sebaliknya Saya juga jatuh cinta padanya. Dan hubungan terlarang pun terjadi. Hingga pada suatu hari...
"Aku mengandung..."
Saya tersenyum bahagia, lalu memeluk Saenarae. Tapi kemudian tiba-tiba ia melepas pelukannya dan raut wajahnya menegang.
"Tidak bisa... kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi. Kita harus pergi dari Arth."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saya menyuruh Saenarae untuk berkemas secukupnya dan bertemu di gerbang pada tengah malam. Saenarae menunggu di gerbang dengan pakaian serba hitam. Ia melihat seseorang bertudung hitam yang mendekat. Ia tersenyum, tapi kemudian senyumnya menghilang, karena yang datang bukan Saya, melainkan Taealha.
--
"Kau mengandung?"
Saenarae diam saja. Mereka berdua kini sedang berada di ruang bawah tanah rahasia milik Taealha.
"Anak Tagon?"
"Bukan, ini bukan anak Tagon-nim."
"Dari mana kau tahu kalau itu bukan anaknya? Kau berselingkuh? Dengan siapa?"
Saenarae kembali diam.
"Baiklah, aku tidak ingin mengambil resiko. Silahkan pilih..." Taealha menunjukkan dua buah botol, "kau ingin anakmu saja yang mati, atau kau ingin mati bersama anakmu?"
"Sudah kubilang ini bukan anak Tagon-nim. Kumohon lepaskan aku..."
"Kalau begitu anak siapa itu? Jawab!"
"Anakku..." kata Saya yang tiba-tiba masuk ke ruangan itu.
"Bagaimana kau bisa masuk kemari?" tanya Taealha terkejut.
"Anak itu adalah anakku. Jadi lepaskan dia," kata Saya.
Saenarae menatap Saya sambil menggeleng dan menangis. Ia tak ingin Saya terkena masalah karena dirinya.
Taealha tertawa terbahak-bahak, "Aku tidak menyangka, berani-beraninya kalian berselingkuh di rumahku! Tapi... bagaimana, ya? Kalau Tagon tahu, dia pasti akan sangat marah. Istri mudanya berselingkuh dengan asisten kepercayaannya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Astaga... adik sepupuku yang malang..." Taealha memegang pipi Saya dengan kedua tangannya, lalu mengusap bibir Saya dengan telunjuknya, "Aku ingin kau menutup mulutmu ini terhadap apapun yang telah maupun akan kulakukan kepada Tagon. Maka aku akan menutup mulutku rapat-rapat akan apa yang telah kalian lakukan."
Tiba-tiba Hae Tuak masuk dengan wajah panik, "Taealha-nim... Ayahmu... Ayahmu..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ada apa?"
"Tagon-nim menangkapnya..."
Taealha terperangah. Ia hendak menyusul Hae Tuak, tetapi di depan pintu, ia menoleh kepada Saenarae yang sedang dibukakan ikatan tali di tubuhnya oleh Saya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.