Sebulan sudah aku menjalani masa tahanan ini, beruntungnya aku Mas Reno masih seminggu 2 sampai 3 kali menjengukku.
Masa tahanan yg kujalani masih tersisa panjang,jika mengingat semuanya rasanya batinku ingin menjerit karena rasa rinduku pada puteri semata wayangku yang masih berusia 4 bulan.
"Bagaimana kondisi Alena ,Mas?" Tanyaku sambil menggenggam tangan Mas Reno dan menahan tangis.
Dengan penuh kasih mas Reno mengusap rambutku,"Seperti yang kukatakan tempo hari,dia merindukanmu ,Ma,"
Tangisku tak dapat ku bendung,"Ya Allah,aku sangat merindukannya mas,aku ingin memeluknya,aku ingin menimangnya,ingin menyusuinya,""Apa sebaiknya Alena kuajak kesini?"
"Jangan!"Aku menatap mata mas Reno dengan tajam namun tetap memohon."Aku tidak ingin dia mengenal tempat ini,aku tidak ingin dia mengenal mamanya sebagai pembunuh,aku..aku.."Aku tak dapat melanjutkan kata-kataku lagi.
Mas Reno memelukku didepan banyak pengunjung Lapas,dia menenangkanku."Tidak ,Ma!kamu bukan pembunuh,kamu hanya tidak sengaja,"Ucap mas Reno."Sekarang,kamu makan dulu ma,Riri menitipkan masakan lagi untukmu."Ucap Mas Reno sambil membuka Kotak makan berwarna hijau dan menyuapkan isinya padaku.
Aku sebenarnya enggan makan,namun Mas Reno terus memaksaku untuk membuka mulut dengan berbagai alasan.
"Lalu bagaimana soal ASI Alena ,Mas?"Tanyaku setelah memakan hampir sebagian makanan masakan Riri,Mas Reno masih berusaha menyuapiku.
"Soal itu,sesuai dengan anjuran kamu ma,Riri bisa memberikannya."
Aku tersenyum,"Alhamdulillah,Lagipula Riri juga kehilangan sosok bayinya mas,aku jg yakin jika dia bisa menyayangi Alena seperti putrinya sendiri."
"Iya Ma,Riri tampak begitu menyayangi Alena,tidak seperti perkiraanku dulu,"
Aku memegang kedua pipi Mas Reno dengan tersenyum,Riri satu-satunya kerabatku disini Mas,kita disini tak punya siapa-siapa,aku mengenal Riri sejak kecil,aku rasa dia bisa sebagai sosok ibu pengganti bagi Alena,"
Mas Reno tampak kaget mendengar ucapanku,,"Kamu ga akan terganti,Ma!"Ucap suamiku dengan tegas.
"Maksudku,selama aku berada disini,Mas."Ucapku sambil meyakinkan Mas Reno."Aku tidak ingin Alena kehilangan kasih sayang,apalagi ASInya ."
Bel pertanda waktu berkunjung berbunyi.
"Aku masih merindukanmu,Ma."Mas Reno memelukku,dia tak perduli meski banyak mata memandang kami.Aku berusaha tampak tegar,"Mas harus berangkat kerja,"Ucapku sambil menahan air mata."Alena pasti nyaman dengan Riri sekarang,"
Mas Reno melepaskan pelukannya,"Aku pamit dulu Ma,semoga masalah kita secepatnya selesai,aku sangat ingin kita bersama-sama lagi."Ucap suamiku parau dan tampak menahan kesedihannya.
"Iya Mas,sampaikan salamku pada Riri ya Mas."Ucapku sambil tersenyum dan meraih tangan Mas Reno untuk menyalaminya sambil kucium punggung tangannya.
**********Aku kembali ke kamarku,bukan kamar impian,namun sel BUI,aku meluapkan tangisku yang kutahan sejak kepergian Mas Reno tadi.Aku terisak sambil duduk dilantai tanpa alas yang sudah ku tempati sebulan lalu.
"Sudahlah,kau akan terbiasa nanti,ini masih menyenangkan bagimu, lakimu masih mengunjungimu,tapi lihatlah 2 atau 3 bulan lagi,dia pasti sangat jarang mengunjungimu."Ucap Yona ,sang narapidana berambut ikal bertumbuh gendut itu tanpa melihat kesedihanku."Bisa diam ga sih kau Yon,apa kau tidak kasihan melihan Karin seperti itu,dia berada disini juga bukan murni kejahatannya,dia hanya tidak sengaja dan membela diri saja."Timpal Rika ,salah satu napi yang kurasa berusia hampir 50 tahunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG NARAPIDANA
FanfictionSeorang perempuan bernama Karin terpaksa menjadi seorang narapidana karena telah membunuh suami dari kerabatnya, Riri. Namun, saat di penjara justru suami Karin berkhianat dengan Riri