Selepas magrib Vano dan Karin menjenguk Akbar, sebagai sesama perantau mereka berdua tau pasti jika Akbar sendirian.
"Assalamualaikum," ucap Vano dan Karin bersamaan saat memasuki kamar Akbar.
Akbar yang sedang berbaring menonton Tv menoleh kearah sumber suara.
"Waalaikum salam," jawab Akbar datar, ia sekilas menoleh kearah Karin namun segera ia buang tatapannya kearah lain.
"Nggak nyangka bro, bisa sakit juga kamu," canda Vano sambil duduk di kursi sebelah ranjang.
"Tau nih, padahal cuma flu aja, besok juga pasti udah boleh pulang,"
Karin hanya diam melihat dua sahabat itu berbincang, ia memilih mengupas apel dan jeruk yang dibawanaya tadi , menaruh di piring untuk disuguhkan kepada dua jagoan yang selalu melindunginya. Setelah selesai mengupas, Karin memberikan kepada Vano,
"Makan dulu gih, bro! Jangan bilang harus calon bini aku dulu yang nyuapin," goda Vano pada Akbar, namun Akbar hanya menanggapi dengan senyuman tipis.
"Ntar aja, aku masih malas,"
"Cieleh nih anak manja banget," gerutu Vano, "makan malam juga pasti belum ya?" Vano melihat makanan dari rumah sakit masih diatas nakas.
"Nanti," ucap Akbar.
"Sayang, tolong kamu suapin bayi besar ini, aku sih mau-mau aja kalo nyuapi, tapi tau sendiri kan pasti ntar jiwa usilku kambuh, aku nggak mau ambil resiko dia makin sakit kalau aku resek in," ucap Vano pada Karin yang sedang duduk di sofa.
Seketika Karin tertegun dengan ucapan Vano yang terdengar seperti perintah.
"Tapi,,,"
Vano mengambil makanan diatas nakas dan memberikan pada Karin, " please sayang, dia bayi besar yang manja, tolong suapin dia, aku mau nerima telepon dulu ya," ucap Vano sambil keluar dari kamar.
Karin berjalan perlahan kearah ranjang Akbar, " terima kasih," ucap Akbar.
"Kenapa?" tanya Karin,
"Terima kasih kamu menepati janji untuk mengunjungiku lagi," ucap Akbar sambil tersenyum, dan tanpa Akbar sadari pipi Karin memerah.
"Ayo buka mulut kamu dulu," ucap Karin dan tentu saja Akbar menurut.
Setelah makanan Akbar habis, Vano pun telah kembali, "tuh kan, bayi besar yang manja," goda Vano lagi, "makasih sayang, kamu mau bantu aku ngerawat anak manja ini," ucap Vano sambil memeluk Karin dari samping. Karin cukup terkejut dengan sikap Vano, lalu Karin menyingkirkan tangan Vano pelan, " aku ke toilet dulu," ucap Karin lalu segera pergi.
Setelah beberapa saat Karin akhirnya keluar dari toilet, ia kembali duduk di sofa dan membaca beberapa majalah di meja.
"Sayang, kamu aku antar pulang ya, habis itu aku mau nungguin bayi besar ini disini," ucap Vano.
"Aku bisa pesan taxi online saja," ucap Karin.
"Oh, gitu ya, nggak pa-pa nih?"
"Antarkan dulu Van, jangan biarin Karin malam-malam pulang sendiri," ucap Akbar.
"Iya juga sih, okelah, aku antar nyonya besar pulang dulu ya, bro," ucap Vano lalu beranjak pergi bersama Karin.
***
Tiga hari menginap di rumah sakit sudah cukup membuat Akbar kembali sehat, meski masih terlihat pucat dan diharuskan beristirahat namun ia malah nongkrong di kafe Vano.
"Aku antar pulang apa masih setia disini?" tanya Vano ketika ia tahu jika Akbar sudah empat jam ada di kafenya.
"Kamu mau keluar?" tanya Akbar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG NARAPIDANA
Hayran KurguSeorang perempuan bernama Karin terpaksa menjadi seorang narapidana karena telah membunuh suami dari kerabatnya, Riri. Namun, saat di penjara justru suami Karin berkhianat dengan Riri