Part 27- End

7.8K 268 23
                                    

#Sang narapidan 27

Sesaat setelah menidurkan Arumi, Karin memeriksa kamar Alena, ia merindukan Alena karena beberapa hari ini ia jarang bertemu dengan Alena. Setelah mengecup kening dan membenarkan letak selimut Alena. Karin segera keluar kamar dan berniat membersihkan diri untuk istirahat.

Baru saja tubuhnya ia baringkan di ranjang, Karin belum bisa tidur, ada perasaan tak nyaman yang ia rasakan. Ia berusaha tenang namun rasa cemas makin menjadi,"ada apa ini?" batin Karin.

Drrrttttt...

Gawainya bergetar, nama Akbar tampak di layar gawainya, mendadak hatinya menjadi damai mendengar suara Akbar.

"Wa alaikum salam, iya aku uda dirumah," ucap Karin. "Hati-hati, ya," ucap Karin sambil menutup gawainya. Ada perasaan berdebar karena mendengar Akbar akan menemuinya, Memang hari belum terlalu larut, adzan isya baru saja berakhir.

"Ada apa ya? Kenapa dia terdengar sangat bersemangat?" gumam Karin, lalu ia ke dapur menyiapkan minuman untuk Akbar.

Namun hingga satu jam sejak Akbar menelpon Akbar belum juga muncul, ada perasaan kesal pada diri Karin, merasa Akbar sedang mempermainkannya, namun di sisi lain ia juga khawatir.

Ingin mencoba menelpon namun ia takut jika Akbar mengetahui jika memang dirinya sedang menantinya. Karin melelahkan gawainya lagi. Berharap jika Akbar lebih dulu menelpon dan mengatakan apa alasannya tak datang.

Karin berkali-kali melihat kearah gerbang rumahnya, berharap ada mobil berhenti. Namun hingga beberapa kali ia melihat, yang ditunggu belum juga muncul.

********

Akbar dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh beberapa warga sekitar di tempat kejadian. Ia belum siuman hingga sampai di rumah sakit.

Perawat menemukan gawai Akbar, dan mencoba menghubungi beberapa orang di kontak gawai Akbar. Hal ini tentunya untuk memberi kabar dan mencari orang yang bertanggung jawab akan tindakan di rumah sakit.

"Selamat malam, apa anda kerabat atau keluarga Pak Akbar? Pak Akbar telah mengalami kecelakaan dan sedang berada di rumah sakit," ucap perawat saat nomor Akbar menyambung ke nomor Karin. tentu saja perawat tak dapat menanggap apakah Karin ini adalah istri Akbar, namun panggilan terakhir Akbar memang ke nomor Karin, dan di kontak Akbar di namai 'nyonya masa depan'.

Tak butuh waktu lama, Karin tiba di rumah sakit, ia cukup terkejut dengan kecelakaan Akbar. Di jalanan ia hanya bisa menangis dan berdoa, berharap tak ada hal buruk terjadi pada Akbar.

"Jangan sampai kamu kenapa-napa,Mas, meski kamu bukan milikku, tapi aku nggak mau kamu menderita," ucap Karin sambil menyetir mobil.

Anak-anaknya ia titipkan pada pembantu sebelum ia berangkat, tentu saja ia tak ingin hal-hal buruk juga terjadi pada anak-anaknya, apalagi Arumi sedang masa pemulihan.

Sesampai di rumah sakit ia segera mencari ke keberadaan Akbar,  Karin melihat tubuh Akbar masih berdarah berbaring diatas ranjang.

"Mas, kamu harus bangun.kamu bilang kan kalau mau ngomong sesuatu ke aku, ayo mas, kamu harus ngomong langsung ke aku!"ucap Karin sambil meninggal tangan Akbar.

Air mata Karin berderai tanpa bisa berhenti menatap wajah Akbar yang belum dibersihkan.

"Kamu harus bangun Mas, aku juga mau ngomong ke kamu, aku mau kita ngobrol."

"Karin, sudah, sudah, biar Akbar ditangani dulu." Bela tiba-tiba muncul di belakang Karin bersama Vano. Bela memeluk Karin dan mengajak Karin keluar ruangan.

"Mas Akbar tadi mau kerumahku, Bel, tapi dia kenapa jadi disini dalam keadaan seperti ini?" ucap Karin sesegukan.

"Sudah cukup aku jadi yatim. sudah cukup aku disakiti Mas Reno, sudah cukup aku menghabiskan beberapa waktuku di penjara,  kali ini aku hanya mau melihat Mas Akbar hidup dan bahagia." Tangis Karin tak juga berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SANG NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang