Bagian 11

3.7K 178 9
                                    

Pov Reno
          Aku berusaha mencari keberadaan Karin, bagaimanapun rasa cintaku untuknya masih ada, dia ibu dari Alena,putriku.
          Aku tahu jika aku sangat menyakitinya,namun bukankah poligami tidaklah salah, Riri saja memahami kedudukannya yang hanya sebagai istri keduaku,dia tak menuntut apapun selain menikah denganku. Dia juga mau menganggap Alena sebagai puterinya sendiri. Jika saja Karin mau menerima pernikahanku, semua ini akan lebih mudah, aku akan tetap bersamanya,rumah lama juga gaji biarlah dia yang membaginya,aku yakin Riri akan menerima berapapun yang Karin beri.
          "Cari mbak Karin,aku akan menjaga Alena dirumah."Kata Riri, ia justru yang mendorongku agar selalu mempertahankan Karin,dia tak pernah ingin merebutku dari Karin.
          Aku mengecup kening Riri,"Terima kasih sayang,aku akan membawanya pulang."
          Riri mengangguk,lalu aku beranjak meninggalkan Riri dan Alena.

***
     Hari demi hari aku mencari keberadaan Karin tak juga menemukan titik temu, aku merasa sangat bersalah dengan kepergiannya.
           Aku tau dia pasti sangat membenciku, tapi aku bisa apa? Aku juga tak menginginkan Riri awalnya.Namun takdir menyatukan kami.
           Berhari-hari juga aku sejak kepergian Karin aku memutuskan pulang kerumah lamaku,berharap Karin muncul dan memaafkan aku.
           Aku merebahkan tubuhku diranjang sambil memegang foto Karin,aku masih ingat jelas bagaimana aku mendapatkannya dulu, aku bertemu dengannya saat aku kuliah,dia bekerja di toko bunga di salah satu Mall di Semarang, aku membeli bunga untuk ucapan duka cita pada temanku yang ibunya meninggal, dengan telaten Karin memberiku saran berbagai macam bunga, lalu aku sempat bertemu dia lagi ketika ada pensi di kampus,dia mendekor gedung serba guna di kampusku dia menata berbagai bunga di gedung itu.
           Awalnya aku tak begitu ngeh dengan kehadirannya,namun aku melihat antusias teman-temanku begitu memujinya. Aku menjadi sedikit memperhatikannya.
           Dan nasib baik memang mempertemukan kami lagi,ketika ada acara baksos ke panti asuhan, aku bertemu dengannya lagi,ternyata ia juga tinggal di panti asuhan itu.  Ia membantu mengurus keperluan anak panti,setelah kuselidiki ternyata ia tinggal di panti sejak bayi,kini setelah lulus SMA ia bekerja menjadi florist dan tetap mengabdi di panti.
           Awalnya aku hanya merasa simpati dan kagum dengan kehidupannya yang begitu banyak kekurangan namun ia tetap tegar,Hingga rasa mencintainya muncul ketika aku dan Karin terlibat proyek kerjasama saat aku mulai bekerja membangun suatu perkantoran di Surabaya,klien yang kuhadapi meminta bernuansa alam. Tak kusangka Karin menjadi asisten desainer interior. Aku sering menghabiskan waktuku bersama Karin,sehingga rasa kagum dan simpatiku dimasa kuliah dulu menjadi rasa cinta.
           Dan dengan dorongan Karin juga aku berani mengambil kerjaan diluar tugas kantor,aku dan Karin pelan-pelan membuat usaha sendiri. Lalu kuputuskan untuk menikahinya, setelah menikah ia masih ikut membantuku,namun setelah melahirkan Alena, aku menyuruhnya fokus pada  Alena. Tak ada penolakan dari Karin,ia menuruti apa yang aku inginkan.
           Dia memang sosok wanita penurut dan tak banyak menuntut.
           Memang aku awalnya ingin dia hanya fokus pada keluarga,namun disisi lain aku tidak ingin Karin memiliki karir lebih bagus dariku,karena yang kulihat selama ini Karin berbakat dan juga cerdas,meski dia hanya lulusan SMA.
           Egois?? Aku tak peduli,karena aku adalah kepala keluarga,lagipula dari segi ekonomi kami dudah berkecukupan.
           ***
       Gawaiku berbunyi,aku terbangun dari tidurku,tak terasa aku tertidur sambil memeluk foto Karin. Kulihat nama Riri di layar gawaiku. Sedikit malas sebenarnya,karena hari sudah malam,aku malas jikaia menelponku hanya untuk menyuruhku untuk menemaninya.
       Kuabaikan telepon Riri,namun berkali-kali berbunyi, dengan malas aku menggeser gawaiku menjawab telepon Riri.
       "Halo."ucapku ketika menyambung dengan seluler Riri.
       "Mas,,mbak Karin disini."Ucap Riri.
       Mataku yang masih mengantuk seketika hilang kantuknya,"oke,aku kesana,"jawabku sambil berdiri ke kamar mandi untuk bersiap-siap bertemu Karin.
       ***
         Kupacu mobilku menuju rumah Riri,aku sangat ingun segera sampai agar segera berjumpa dengan Karin.
          Aku ingin memperbaiki hubungan dengan Karin,jika boleh jujur aku sebenarnya lebih mencintai Karin daripada Karin,Riri memang sudah menjadi istriku,namun ia hanya mengisi ruang kosong ketika Karin tak ada,dan bodohnya aku,aku sudah terbawa suasana sehingga aku telah menanamkan nyawa didalam tubuh Riri. Aku tak mungkin meninggalkan Riri karena perbuatanku.
          Ketika sampai dirumah Riri,aku segera turun dari mobil,aku bergegas masuk rumah.
          Kulihat Riri dan Karin diruang duduk diruang tamu,tampak begitu canti Riri dengan tunik warna hijau mint polos.
          Seketika aku merengkuh tubuh Karin,aku tak kuasa menahan kerinduanku pada istriku.
          Namun ia mendorong tubuhku dengan kasar."Jaga sikapmu Mas!" Karin berkata sinis.
          "Kamu masih istriku."Ucapku.
          "Istri?"Karin tampak sengaja meninggikan suaranya."Istri yang kamu abaikan kan mas?"
          "Aku akan memeperbaiki semuanya ma."
          "Dengan apa?dengan menerima penggoda seperti dia??"Karin melihat kearah Riri."Kalian benar-benar manusia menjijikan."
          "Ma,semuanya bisa diperbaiki."
          "Ceraikan aku!"Kata Karin membuat dadaku sakit.
          Aku bersimpuh didepan Karin,aku tak mempedulikan Keberadaan Riri."Kumohon jangan meminta cerai ma,aku ingin agar kita tetap bersama."
          "Kau ingin aku berbagi cintamu dengan wanita itu?!"Karin membentakku."Aku gak mau mas,aku gak mau  berbagi cinta,aku juga gak mau Alena memiliki 2 ibu."
          "Aku akan menceraikan Riri." aku tak dapat menahan kata-kataku.
          "Gila,gila kamu mas,aku bukan orang yang tega sepertimu,dia sedang mengandung anakmu." Ucap Karin
          "Jika begitu,cobalah bertahan dengan keadaan ini."
          "Egois kamu mas."Karin tampak menahan tangisnya.
          "Aku mencintai kalian berdua ma,namun jika kamu menginginkan Riri tak ada,maka aku akan meninggalkannya.Tolong Ma,terima Riri jika kamu juga menginginkan kita bersama,aku akan berusaha bersikap adil terhadap kalian berdua."
          Karin terisak,aku masih berduduk didepannya. Aku yakin jika ia masih mencintaiku, "Lagipula Alena juga mmenerima Riri,jadi kumohon agar kamu juga mau bertahan."
          "Maaf mas,aku gak mau,pantang bagiku membagi cintaku dengan yang lain." Karin menghapus air matanya,"Soal Alena,aku akan memaksanya ikut aku."
          "Gak,aku gak mengizinkan Alena kamu bawa."
          Karin berdiri,ia berjalan masuk kedalam. Ku ikuti dibelakangnya bersama Riri."Alena,ayo nak ikut mama." Karin berusaha menggendong Alena.
          Namun Alena yang sedang tidur itu tiba-tiba bangun dan menangis. Ia menolak digendong Karin.
          Dalam hati aku senang dengan sikap Alena kali ini,dengan begini Karin pasti luluh dan rela tinggal lagi denganku.
          "Ayolah sayang,mama akan membawamu pergi daei sini. "Karin mencoba memaksa Alena. Namun Alena makin menjerit menolak gendongan Karin.
      Karin menangis,ia tampak kesal dan sedih karena Alena tak mau dengannya,tak tega sebenarnya,namun aku biarkan karena aku berharap jika Alena tak mau maka Karin akan mau bersama Alena disini.
      "Sudahlah Ma, jangan buat Alena takut, tinggalah bersama Alena dirumah kita." ucapku namun malah dibalas dengan tatapan penuh amarah oleh Karin.
      "Kau begitu Kejam Ri,kau buat mas Reno mencintaimu dan kini Alena juga menganggapmu seperti ibunya."Karin berkata sambil melihat kearah Riri.
      Riri hanya diam sambil menggendong Alena.
      "Dan kau mas,kau pikir dengan cara seperti ini akan membuatku kembali padamu??"Karin melotot kearahku,"Aku akan tetap bercerai darimu."
          Aku meraih tangan Karin,"Jangan membuatku marah Karin." aku kesal dengan ucapan cerai yang diinginkan Karin.
          "Aku gak peduli!" Karin membentakku.
          "Aku mau kamu tetap menjadi istriku bersama Riri,gak ada cerai diantara kita semua." ucapku tegas.
          "Aku gak mau!" karin berteriak.
          "Kalau kamu ingin cerai dariku,maka tak akan ada harta juga anak untukmu."
          Karin menatapku tajam,"Aku tak akan meminta apapun darimu,juga Alena, aku akan mengambilnya suatu saat nanti." Ucap Karin sambil menatapku getir lalu beranjak pergi.
          Aku hanya tersenyum,aku yakin dia tak akan sanggup hidup tanpaku,uang kami juga Alena.
          Kali ini dia hanya mengancam,entah besok atau lusa,pasti dia kembali.
          Dia pasti akan memilih mengalah menuruti kemauanku.
          Egois??
          Entahlah,aku memang telah menikah lagi dengan Riri,tapi aku masih sangat mencintai Karin.
          Entahlah ada apa dengan diriku dan hatiku.
          Aku sendiri tak mampu bersikap dengan benar.
          Kepalaku tiba-tiba sakit, sakit yang selama ini aku rasakan beberapa bulan ini semakin menjadi rasanya. Ahhh,, sakit sekali. Aku memegangi kepalaku dan aku merasa sakit ini sangat hebat hingga aku tak sadarkan diri.
         
  
     
        
***
Pov Karin
       Gila,iblis, apa mau Mas Reno mempertahankan aku sementara dia telah bersama Riri? Apa yang dia inginkan dariku jika Riri saja sudah cukup membuatnya bahagia?
       Tidak,,aku tak mau bertahan dengan penghianat seperti dia,dia terlalu egois memaksakan semua keinginannya. Aku akan membuat pembalasan atas semua ini. Aku tak akan menuruti kemauannya, dunia tak akan berakhir meski dia bukan suamiku lagi.
       Aku menggerutu sambil menata piring di dapur kafe.
       "Hei,jangan melamun,nanti pecah piringnya."tegur seorang laki-laki yang baru saja dari ruangan Bela. Aku tak tahu dia siapa,namun aku pernah melihat dia beberapa kali dengan Bela.
       "I, iya."Ucapku sambil berusaha konsentrasi.Namun karena terkejut dwngan tegurannya,piring yang kupegang jatuh.
       PRANG..
       Laki-laki itu melotot.
       "Jangan mentang-mentang Bela baik padamu, kau bisa seenaknya bekerja."Ucap laki-laki berpawakan atletis itu ketus.
       Aku tak menjawab ocehannya,aku tak ingin berdebat dengannya saat ini,segera ku bersihan pecahan piring.
       Dia berlalu pergi,Nisa pelayan kafe lain mendatangiku."Sebaiknya jangan bersikap buruk terhadap Pak Vano." ucap Nisa berbisik."Dia itu kejam lho, kalau kamu sampai memecahkan 1 piring maka gajimu setengah hari akan di potong."
       "Hah??siapa dia?" aku tak ingin gajiku dipotong karena perbuatan dia sendiri yang mengagetkanku tadi.
       "Dia pemilik kafe ini."
       "Bela?bukankah kafe ini milik Bela?"
       "Nona Bela hanya penanam saham disini,tapi juga manajer.,sedangkan pemilik aslinya Pak Vano"
       "Memangnya siapa pak Vano itu?"tanyaku
        "Dia kakaknya nona Bela. Tapi memang jarang ke kafe, dia tinggal diluar kota. Oiya,beruntung gajimu tak dibahas tadi,biasanya kalau melakukan kesalahan akan dipotomg gajinya"
       "Potong gaji?"
       "Iya, pak Vano itu tipikal orang yang kejam, sedikit saja kita tak patuh dengan aturannya,maka potong gaji adalah solusinya."
      
       Aku tak menimpali kata-kata Nisa lagi,aku tak ingin bergosip.
      
       "Meja nomor 16." Teriak Sila, staf kafe.
       "Biar aku saja."Ucapku pada Nisa,lalu memgambil pesanan meja nomor 16 dan menyajikannya.
       Aku menyajikan beberapa menu andalan ini di meja nomor 16,ternyata Vano yang memesannya,dia sedang bersama seseorang.
       "Karin." Sapa orang yang bersama Vano yang tak lain adalah Akbar.
       Aku tersenyum
       "Kamu kerja disini?"tanya Akbar.
       "Kalian saling kenal?" Tanya Vano.
       "Iya Van,dia temanku."Ucap Akbar.
       Tampak Akbar sedikit heran melihatku,
       "Permisi."Ucapku berlalu pergi.
      "Sebentar Karin,aku ingin bicara denganmu."Ucap Akbar,seketika aku melirik kearah Vano. Aku tak mau berbuat sesuatu tanpa izinnya, karena ini masih jam kerja.
        vano seperti paham lirikanku "Sorry bro,mending pas kafe tutup aja, gak enak diliat ma karyawan yang lain."Ucap Vano.
      Aku pun segera masuk ke dapur lagi,tak ingin membuat masalah dengan vano,aku gak mau Bela malu karena ulahku.
      ***

SANG NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang