part 16

3.9K 190 32
                                    


POV Riri

Namaku, Riri, aku adalah seorang wanita yang mempunyai suami seorang yang tempramental. Padahal ketika kami kenal dan berpacaran dulu Mas Anton adalah laki-laki yang baik, meski tidak kaya, tapi dia adalah sosok yang baik.

Namun sejak kami menikah dan menginjak usia pernikahan 3 bulan, Mas Anton yang kukenal kini berubah, dia menjadi kasar dan pemalas.

Dia yang awalnya seorang yang bekerja di salah satu show room motor, mendadak dia resign.

Awalnya aku tak tau alasannya kenapa berhenti bekerja, namun lama kelamaan akhirnya aku tau, karena Mas Anton telah menggelapkan uang pemilik show room.

Selama Mas Anton menganggur, aku membantu mencari nafkah dengan membuka laundry sekalian membuka usaha catering, namun selama aku membuka usaha itu, tak sekalipun Mas Anton membantuku, yang ada malah ia meminta uang padaku untuk rokok dan keluar yang aku tau pasti untuk mabuk atau berjudi.

Sering kali aku menegurnya, namun bukannya taubat justru dia makin menjadi dan tak segan memukulku.

Dan ketika pernikahan kami berusia satu tahun tiga bulan, aku diberi kepercayaan Allah untuk mengandung.

Ketika kuberi tahu pada Mas Anton, kupikir dia akan bahagia dan insyaf. Namun aku salah, Mas Anton justru marah-marah dan berujung memginginkan aku menjual bayiku saat lahir kelak.

Tentu saja aku menolak, namun justru berujung pada cek cok dan siksaan.

Sejak saat itu aku membenci Mas Anton, aku yang sejak kecil yatim bingung mengadu pada siapa, namun aku ingat, aku masih punya kerabat jauh yang juga tinggal di Jawa Timur.

Aku berusaha mencari nomor mbak Karin saat terakhir bertemu sewaktu bertemu di Semarang sebelum aku menikah dulu.

Tentu saja aku melakukan semuanya diam-diam tanpa sepengetahuan Mas Anton.

Lalu ketika aku menemukan nomor Mbak Karin, aku menghubunginya, dan ternyata tersambung.

Kuutarakan kisahku pada Mbak Karin, lalu ia menyuruhku pergi dari rumah kontrakan Mas Anton.

Rencanaku berjalan mulus, aku berhasil kabur dan tinggal dengan Mbak Karin.

Sungguh tak kuduga, Mbak Karin kini hidupnya begitu bahagia, dia mempunyai sebuah keluarga harmonis, anak yang cantik, suami yang mapanpenuh kasi dan juga kemapanan ekonomi.

Aku tinggal di rumah lama Mbak Karin yang digunakan sebagai gudang. Selama aku tinggal dengan Mbak Karin aku berusaha membantu pekerjaan rumah.

Setiap hari aku melihat kebersamaan Mbak Karin dengan suami dan anaknya begitu indah, kadang kulihat Mas Reno dan Mbak Karin bermesraan saat Alena tidur.

Apapun yang diinginkan Mbak Karin pasti langsung dikabulkan Mas Reno. Secapek apapun Mas Reno, diaa selalu menyempatkan waktu bersama Mbak Karin dan Alena. Sangat berbeda dengan sikap Mas Anton.

Jujur terbersit rasa iri melihat kebahagiaan Mbak Karin, karena sejak dulu aku dan Mbak Karin hidup serba kekurangan, namun saat dewasa Mbak Karin menemukan kebahagiaanya sedangkan aku masih menderita.

Namun, aku tak mempunyai perasaan buruk pada Mbak Karin, aku menganggap jika semua ini memang sudah suratan takdir jika nasib Mbak Karin lebih bagus dari nasibku.

Setidaknya saat ini aku sudah terbebas dari laki-laki berwujud manusia berhati iblis seperti suamiku.

Nasib buruk kembali menghampiriku, saat aku sedang keluar berbelanja kebutuhan lahiranku bersama Mbak Karin. Mbak Karin memang sangat baik, ia mencukupi semua kebutuhanku dan calon anakku.

SANG NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang