bagian 2

3.1K 136 3
                                    

        Jam menunjukan pukul 09.00 ,sipir wanita yang kutaksir berusia 40 an menuju sel tempatku berada,dia memanggil namaku . Aku pun segera berdiri dan mengekori sipir itu.
        Tampak ketiga temanku menatapku seakan menginginkan namanya yang dipanggil.
        "Aku pergi dulu."Ucapku sambil berjalan keluar sel.Dalam hati aku bertanya-tanya,apakah mas Reno menjengukku lagi?
        Aku memakai rompi orange,lalu aku berjalan menuju tempat dimana para napi bisa bertemu dengan orang yang menjenguknya. Aku mengedarkan pandanganku keseisi ruang itu,ada yg sedang menangis,ada yang sedang tertawa,ada tatapan kekecewaan,ahh...entahlah,intinya semua yang berompi orange pasti tidak ingin mengenakan rompi ini dan berada di ruang ini.
        Di bangku pojok selatan aku melihat Riri,dia mengenakan dress selutut berwarna maroon,rambutnya yang lurus panjang itu digerai,tampak anggun sekali.
        Ketika melihatku dia segera berdiri dan memelukku,"Mbak Karin." Riri menghambur kearahku,tampak dia menahan tangis.
        Aku dan Riri berpelukan, "dimana Alena,Ri?"Tanyaku ketika kami sudah duduk berhadapan .
        "Tadi aku menitipkan Alena sebentar mba di penitipan bayi biasanya,setelah pulang dari sini aku akan menjemputnya,aku juga sudah memerah ASI dan memberikan pada baby sitternya."Riri menjelaskan semuanya padaku.
        "Aku sangat merindukan Alena,Ri." Ucapku sambil menahan tangis.
        "Aku paham mbak,makanya aku tadi membawa foto Alena yang kuambil kemarin."Riri menunjukan sebuah kertas padaku.
        Aku segera meraihnya,"Alena." Tangisku pecah.
        Riri mebiarkan aku menatap foto itu untuk persekian detik.
        "Mbak,ini pak Akbar ,kami tidak sengaja mengunjungi mbak bersamaan." Ucap Riri sambil menoleh ke Akbar pengacaraku.
        Aku yang dari tadi tak menyadari merasa sungkan,lalu aku menghapus air mataku,"Maaf pak,saya tadi tidak menyapa anda."Ucapku
        Laki-laki yang mengenakan kemeja biru laut berperawakan tegap dan bekulit putih itu mengangguk,"Nggak apa-apa bu Reno,saya paham jika anda masih sangat terpukul dengan kejadian ini."
        "Jadi bagaimana ,pak?"tanyaku,sebenarnya usiaku dan Akbar kurasa tak terpaut jauh,kutaksir kura-kira dia berusia 32 tahun,namun aku tidak mau tak menghormati orang yang berjasa padaku,dialah yang mengurus kasusku,sebenarnya aku divonis lebih dari 2 tahun,namun karena Akbar,vonisku menjadi satu tahun.
        Dia memang pengacara muda,namun kepiawaiannya bisa dinilai bagus.
        "Saya ingin tahu kondisi Bu Reno,saya tau pengadilan sudah memvonis 1 tahun,dan tugas saya sudah selesai untuk membela ibu" Ucapnya sambil menatapku.
        "Terima kasih pak,anda telah banyak membantu saya."Ucapku sambil tersenyum.
        "Saya kesini juga sambil mengabarkan pada Bu Reno,2  bulan lagi  adalah kemerdekaan RI,jika ibu berkelakuan baik,semoga saja dapat remisi."Kata Akbar.
        "Iya pak,semoga."Aku sangat berharap.
        Tak banyak percakapanku dengan pengacara muda itu,aku berlanjut bercakap dengan Riri,dia mengatakan jika Mas Reno hari ini bekerja ,sehingga tidak bisa menjengukku.
        Bel tanda kunjungan berakhir berbunyi, kami bertiga berdiri.
        "Semoga semuanya segera berakhir,bu Reno,"Ucap Akbar ,
        "Iya,terima kasih pak,panggil saja saya Karin pak,"Ucapku karena aku merasa terlalu resmi jika dia memanggilku Bu Reno.
        Akbar tersenyum,"Baiklah bu,,eh Karin."
        Aku memeluk Riri sekali lagi,aku pun memberi tahukan pada Riri agar dia meminta pada Mas Reno untuk kepentingan pribadinya juga,seperti baju ,sabun dan lain-lain.
     
        "Tidak usah  mbak,baju ku masih ada beberapa."Sanggah Riri
        "Atau kau memakai bajuku saja Ri,mintalah kuncinya di Mas Reno."Ucapku,tubuhku dan Riri kurasa sama ukurannya
        "Jangan mbak,itu milik mbak."ucap Riri,"Aku pamit,mbak."
        Sepintas kulihat Akbar terkejut dengan usulanku untuk memakai barang pribadiku untuk Riri.
        "Terima kasih karena telah menjaga Alena ya Ri,terima kasih juga karena membantu mas Reno untuk mempersiapkan keperluannya selagi tak ada aku disisinya."
        Riri menganguk dan ia berjalan menuju ruang keluar bersama Akbar.
       
       *********

SANG NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang