Bagian 10

3.5K 185 4
                                    

#Sang_Narapidana
Part 10

        Tanganku gemetar memegang kardus susu hamil,aku gak menyangka jika Riri hamil."Ini punya kamu kan Ri??" tanyaku dengan berteriak."Siapa yang menghamilimu?"
        Air mata Riri berjatuhan, aku benar-benar tak menyangka jika di tubuh gemuk Riri ternyata ada sebuah nyawa.
        Aku berjalan mendatangi Riri,kuguncangkan bahunya,"katakan padaku Ri,anak siapa di perutmu ini!"Ucapku membentak."Aku dan Mas Reno akan mencari laki-laki itu."
        Riri hanya menangis,ia tak menjawab.Mas Reno juga tampak bingung, ia tampak meremas rambutnya. Ia pasti juga tak menyangka jika Riri hamil.
        "Katakan Ri!" bentakku lagi.
        "A...aku... ber..su..a..mi... Mbak."Suara Riri bergetar.
        "Bersuami? siapa suamimu Ri?Anton sudah meninggal,siapa suamimu?kenapa kamu tak memberi tau aku?" cercaku sambil menatap Riri tajam.
        Air mata Riri makin deras,aku benar-benar tak tahu apapun tentang pernikahan Riri.
        "Ada apa ini?apa yang kamu sembunyikan dariku?" rasa kecewa karena aku sama sekali tak dianggap Riri begitu sakit rasanya.
        Riri tak menjawab,hanya deraian air mata yang jatuh tanpa bisa ditahan.
        Aku berjalan kearah mas Reno,"Katakan padaku,jika mas tau sesuatu!" Ucapku sambil menatap mas Reno.
        Diam..Mas Reno hanya diam,sedang Riri masih tergugu dengan tangisannya.
        "Apa Riri tak mengatakan padamu jika ia menikah Mas?"Tanyaku lagi pada Mas Reno.
        "Aku tahu ma." jawab Mas Reno lirih,ia menunduk tak mau menatap netraku.
        "Siapa?Siapa suami Riri mas?aku hanya tidak ingin Riri mendapat suami brengsek seperti Anton."Ucapku.
        Kali ini mas Reno menatapku,ia memegang kedua pipiku, kulihat kedua netranya basah, aku makin tidak paham dengan keadaan ini.
        "Siapa dia mas?"aku tak sabar ingin tahu siapa laki-laki yang menjadi suami Riri.
        "Sudah saatnya kamu tahu sayang."Ucap Mas Reno terbata,"Riri sudah menikah, dan,,,, suaminya adalah,,, AKU."  Ucap mas Reno dan membuat tubuhku seakan tak memiliki tulang. Seketika kakiku tak bisa menopang tubuhku,aku terduduk di lantai.
        Aku tak percaya dengan ucapan Mas Reno barusan
        Aku menangis tanpa suara,kututup mulutku karena keterkejutanku. Aju tak menyangka jika belahan hati ku menyakitiku dengan sungguh kejam.
        Mas Reno mengikutiku duduk didepanku,ia menaruh kepalanya di atas pahaku, "Maafkan aku Ma."Tangis Mas Reno tak terbendung lagi.
        Aku tak sanggup berkata apapun, aku benar-benar shock.
        Riri memelukku,ia menangis sambil memelukku.
        Aku hanya diam, aku berharap semua ini hanya mimpi.
        Rasa sakit dihatiku sungguh parah, aku merasa dibohongi,di kecewakan,di permainkan.
        "Apa salahku?"Tanyaku sambil berderai air mata,"katakan apa salahku pada kalian!"Aku berteriak.
        Mas Reno mengangkat wajahnya,ia menggeleng,"kamu gak salah ma,aku juga sudah berusaha meredam perasaanku pada Riri,tapi aku gak sanggup Ma."Ucapnya
        "Sejak kapan?sejak kapan cinta dihatimu kau berikan padanya?"aku memukul dada Mas Reno untuk meluapkan rasa sakitku.
        "Aku tak tahu Ma,aku tak tahu sejak kapan rasa cintaku tumbuh untul Riri."
        Sekarang aku menatap tajam pada Riri," kenapa Ri?kenapa kau mencintai suamiku?kenapa kau mengambil milikku?"aku mencoba menahan tangisku,namun sia-sia rasanya,air mata ku turun begiti deras.
        "Maafkan aku."hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Riri.
        Aku berdiri,diikuti oleh mereka berdua.
        "Kalian jahat!kalian tega!" Teriakku,"ku korbankan hidupku di penjara demi kamu Ri! Aku rela berpisah dengan suamu dan anakku demi kamu Ri! Ini balasanmu????"aku berteriak dan menunjuk-nunjuk wJah Riri.
        "Dan kau Mas Reno,kenapa begitu mudahnya cintamu kau berikan pada wanita lain?kenapa begitu tipis cinta yang kau berikan padaku?setelah sekian lama cinta kita bersama,begitu mudah kau abaikan??"Aku menunjuk-nunjuk wajah Mas Reno.
        "Brengsek kalian berdua."Aku menghancurkan segala barang didepanku."Bajingan!!!!" Teriakku sambil menangis.
        Mas Reno berusaha merengkuhku,namun aku menghindar, ingin kuluapkan segala amarahku.
        "Setan kalian berdua,setaaaaan!" aku tak bisa mengontrol ucapan maupun perbuatanku.
        Aku merasa sangat sakit,aku yang selama ini berusaha baik,namun dengan tega mereka menghianati aku.
        Kupecahkan Vas,perlengkapan dapur dan segala yang ada didepanku.
       
        Prang...  Prang..!!
       
        Ingin kuhancurkan seisi rumah ini.
        "Kalian membuatku kecewa,kalian berhasil mencabik-cabik hatiku" Aku berkata lalu aku berlari keluar rumah. Seperti orang kesetanan aku berlari tanpa arah,Riri dan Mas Reno mengejarku, namun aku tak mau menoleh sedikitpun.
        Aku berlari sekencang-kencangnya keluar dari perumahan Riri.
        Lalu kulihat ada taksi, segera kuhentikan lalu kunaiki.
        "Mau kemana mbak?"Tanya sang supir.
        "Jalan aja dulu pak."ucapku sambil menahan tangis.
        Teringat aku akan ucapan dan pemberian dari Bu Santi, setidaknya bisa kugunakan untuk saat ini.
        Tunggu dulu. Apakah bu Santi sudah mengetahui masalah ini?
        Ya Allah,berarti aku begitu bodoh!
        Aku marah pada diriku sendiri.
        Aku memang naif,bisa-bisanya mempercayai suamiku dengan kerabatku.
        Sudah berulang kali orang-orang sekitar mengingatkanku,namun aku tak pernah percaya.
        Dan juga soal Akbar ingin merahasiakan kebebasanku,apakah dia juga sebenarnya sudah tau?
        Tidak!!!
        Hanya aku yang tidak tahu disaat semua orang sudah mengetahui hubungan Mas Reno dengan Riri.
        Bodoh..bodoh.. Bodoh...
        Aku bingung harus kemana,aku yatim,aku tak punya apapun.
        Aku merasa kacau.
       "Berhenti disini saja pak." Aku meminta berhenti di sebuah masjid. Aku keluar dari taksi setelah membayar dengan hampir habis semua uang pemberian bu Santi, lalu aku memandangi masjid didepanku.
      
       Ya Allah, hambaMu ini telah hilang arah,hanya engkau lah yang dapat menunjukkan jalan pada hambaMu ini. Ucapku dalam hati,lalu aku memasuki masjid di pinggiran kota Surabaya.
   
       Aku hanya berdiam dipinggir masjid karena aku sedang datang bulan.
       Ingin sekali aku bersujud dan memohon ampun kepada Allah, agar aku lebih tenang,namun aku tak bisa karena aku sedang berhadast besar.
       Ada beberapa mata memandangku aneh ketika melintas didepanku.
       Entahlah apa yang mereka pikirkan,aku tak mau ambil pusing.
       Aku hanya ingin sendiri. Setidaknya aku merasa nyaman berada di dekat rumah Allah.
      
       "Hei mbak.. Mau mencuri ya?" giba-tiba seseorang menanyaiku dengan kasar.
       Seorang ibu-ibu gendut bertubuh pendek.
       Aku terkejut atas pertanyaannya.
       "Tidak bu,saya sedang beristirahat."Kataku pelan.
       "Hallah.. Ga usa sok polos,banyak kok wajah polos hati nya kotor." Ucap wanita itu sinis.
       "Tapi bu,,saya bukan pencuri,,saya hanya..." Ucapku belum selesai
       Tiba-tiba tangan kasar ibu tadi menarik lenganku."ayo pergi!"
       Dengan kasarnya ia mendorongku hingga aku terjatuh di tanah.
       Lutut dan telapak tanganku memar, karena aku hanya memakai dress selutut,aku meringis menahan sakit.
       Aku segera berdiri meski tertatih.
       "Cepat pergi!" Teriak ibu itu, aku tak membalas,aku beranjak pergi meski jalanku tertatih.
       Ya Allah, bahkan ditempat sucimu aku tidak Engkau terima. Batinku dalam hati.
       Aku harus apa ya Allah?aku sudah tak memiliki siapapun. Aku berjalan sambil terisak.
       Beberapa mata memandangku jijik,mereka berbisik seakan mencemoohku.
       Aku terus berjalan meski sakit dan malu,tak ada pilihan lagi. Meski aku hanya memiliki  uang dari pemberian bu Santi sisa kembalian taksi yang hanya cukup untuk membeli nasi sepiring.
       Dosa apa yang telah kulakukan sehingga aku harus mendapat adzab seperti ini?
       Aku berjalan tanpa melihat depanku,aku menunduk karena rasa malu juga sakitku. Entah berapa lama aku berjalan,matahari makin terasa terik, rasa lelah hati dan ragaku membuat tubuhku lemas, namun aku tak peduli,aku terus berjalan meski aku tak tau akan kemana.
       Tiba-tiba aku sudah tak tahan,mataku terasa berat,tubuhku terasa berat,tubuhku ambruk di tepi jalan.
      
       ***
       Ruangan putih dan berbau obat kurasakan saat aku membuka mata. Aku menyadari jika aku berada di rumah sakit.
       "Kamu sudah sadar?" ucap seseorang,saat kutoleh ternyata seorang wanita yang kutaksir usianya dibawahku sedikit.
       Namun ia tampak sangat cantik juga terlihat seperti sosialita.
       "Aku dimana?"aku tahu jika aku sedang berada di rumah sakit namun ingin memastikan berada di rumah sakit mana.
       "Di rumah sakit dong mbak,masak di pasar sih."Ucap perempuan itu seakan serius namun bercanda.
       "Saya harus pergi."Ucapku sambil berusaha bangun."Aw.." lututku terasa sangat pedih.
       "Duh.. Mbaaaaak..uda deh istirahat aja dulu,tuhh masih sakit kan?"ucapnya sambil duduk di tepi ranjang tidur yang kutempati.
       "Tapi..tapi saya gak punya uang mbak."Ucapku lirih.
       "Uda deh.. Nyantai aja,ntar aku yang bayar."Kata perempuan itu santai."Kenalin,namaku Bela."Ucap perempuan itu sambil mengulurkan tangan.
       Aku berusaha menjabat tangan perempuan itu."Karin."
       "Oke Karin,kamu istirahat dulu,aku ada perlu bentar,udah jangan mikirin biaya."Ucapnya sambil tersenyum lalu berlalu keluar ruangan dirawatku.
       Siapa perempuan itu sebenarnya? kenapa dia mau menolongku? ah..masih ada orang baik ternyata. Gumamku.
      
     Alena, Bagaimana mungkin kita berpisah lagi nak, jika papa mu sudah dimiliki wanita lain,namun kamu tetap menjadi anak mama.
     Bagaimana ini? Alena berada disana dan juga ia belum bisa menerimaku sebagai mama kandungnya.
     Mas Reno,semudah itu kamu melupakan cinta kita,setelah sekian lama kita bersama,kenapa kau menjadikan dia bagian dari rumah tangga kita?
     Dan Riri, entah setan ataukah memang iblis menjelma menjadi manusia, aku yang sudah melakukan banyak hal untukmu,justru kau tikam aku seperti ini. Semua yang kumiliki kau ambil tanpa ada rasa belas kasih padamu padaku.
     Aku begitu sakit menerima kenyataan ini, pengkhinatan ini tak boleh dibiarkan,aku harus berbuat sesuatu.
     Aku harus bangkit. Aku harus membuktikan jika aku bukanlah wanita yang lemah

SANG NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang