Part 25

4.4K 192 7
                                    

Sudah satu bulan Akbar berada di Surabaya, ia berencana menghabiskan akhir tahun di Surabaya, setelah itu ia akan kembali ke Australia. Selama sebulan itu juga Akbar berusaha menghindari area rumah Karin  dan kafe milik Vano.

Di sebuah play ground di kawasan mall ibukota Jawa timur, Akbar mwnghabiskan waktu bersama Andrew. Ia memperhatikan Andrew yang sedang asyik bermain sambil mengecek pekerjaannya dengan laptop dan gawainya.

"Daddy, ayo ikut main," teriak  Andrew dari dalam arena play ground.

Akbar tersenyum, "maaafkan daddy jagoan, daddy harus menyelesaikan tugas daddy dulu," ucap Akbar setengah berteriak karena jarak mereka agak jauh.

Inilah kehidupan Akbar yang baru, ia harus menemani Andrew setiap waktu, sebisa mungkin ia tak menitipkan Andrew pada orang lain. Sehingga ia harus melakukan pekerjaannya bersama Andrew bermain, bukanlah hal yang jarang dilakukan.

Setelah merasa pekerjaannya selesai, Albar segera merapikan laptopnya. Ia segera menghampiri jagoannya.

"Hai, jagoan daddy, ayo kita pulang," ucap Akbar.

"Oke, daddy," Andrew memang anak yang manis, ia selalu menurut apa kata Akbar, sehingga Akbar tak susah merawat Andrew seorang diri.

"Daddy akan belikan kamu buku cerita, ayo kita ke toko buku di bawah sana," ucap Akbar sambil menunjuk toko buku di lantai dasar mall.

Mereka pun berjalan menuju toko buku dengan riang.

"Daddy, aku ingin membelikan mommy sebuah buku memasak, aku yakin mommy pasti suka," ucap Andrew sambil melihat buku memasak di depannya saat sudah di dalam toko buku.

"Tentu saja, kamu bisa membelikan mommy, nanti kita akan berikan padanya," ucap Akbar.

Mereka memilih buku untuk mommy Andrew, setidaknya ada tiga buku yang mereka pilihkan.

"Andrew akan memberikan ini pada mommy," ucap Andrew sambil mengamati buku pilihannya.

"Dan nanti mommy harus memasakkan kita yang enak," goda Akbar disambut tawa Andrew.

Tawa mereka yang lepas tak terasa membuat hati seseorang yang tak sengaja mendengar cerita mereka menjadi merasa sakit. Sakit yang tak berdarah tentunya.

"Mommy Andrew paling pintar memasak," ucap Andrew bangga.

"Tentu saja, sayang," Akbar membelai pucuk rambut Andrew penuh kasih.

Tak terasa tetesan air mata menetes di balik rak yang Akbar dan Andrew tempati, seorang wanita berhijab yang tak sengaja datang ke toko buku disaat ada Akbar dan Andrew.

"Andrew rindu mommy, dad," ucap Andrew lagi.

"Mommy masih sakit sayang, kita akan menemuinya saat kondisi mommy sudah membaik," ucap Akbar.

"Nanti kita telepon mommy ya,"

"Tentu saja," ucap Akbar.

Setelah menemukan buku untuk Andrew dan mommynya , Akbar dan Andrew meninggalkan toko.

"Beruntungnya mommy kamu, Andrew, mempunyai anak yang pintar dan ayah yang baik," gumam wanita berhijab itu sambil menatap kepergian Akbar dan Andrew. " Astaghfirulloh, dia suami orang, kenapa aku masih memikirkannya," wanita itu mencela dirinya sendiri.

Setelah menemukan buku yang diinginkannya, wanita itu pun segera beranjak pergi, sebentar lagi waktunya menjemput anaknya. Dengan tergesa-gesa ia berjalan menuju parkiran. Ia berpikir pasti Akbar sudah pergi lebih dulu, sehingga mereka tidak akan bertemy di parkiran.

Wanita cantik itu segera menyalakan mesin mobilnya dan memecah jalanan kota Surabaya, ia segera meluncur ke sekolah kedua putrinya.

Namun, wanita yang tak lain adalah Karin itu tak menyadari jika ia sejak berada di parkiran telah di awasi oleh seseorang, bahkan orang dalam mobil itu mengikuti Karin hingga ke sekolah anaknya.

SANG NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang