part 18

4.1K 186 3
                                    


Pov Karin

Aku masih kesal dengan sikap Pak Vano yang ingin tahu tentang urusan pribadiku, aku tau dia memang atasanku, aku tau jika dia banyak menolongku, namun jika masalah pribadi ia ikut campur, rasanya itu sudah diluar batas.

Setelah pertemuanku dengan Mas Reno dan Riri, pak Vano terus-terusan mengintinidasiku dengan berbagai pertanyaan hingga beberapa hari selanjutnya.

"Rin, kamu bisa minta tolong aku jika kamu memang butuh bantuanku," ucap Pak Vano di suatu pagi.

"Terima kasih, tapi rasanya saya tidak perlu, toh yang saya butuhkan hanya Alena, saya rasa bapak juga tidak bisa memberikannya," ucapku sinis.

"Alena putrimu kan?"

"Iya, apa bapak bisa mengembakikan Alena pada saya?" tantangku.

"Beri aku waktu, aku akan membantumu mendapatkan Alena."

"Oke, kita akan lihat,  saya sendiri sudah pasrah karena bekas narapidana dan tunawisma pasti sangat susah mendapat hak asuh Alena."

"Rin, jangan menyerah!" Pak Vano menyemangatiku, dia memegang kedua lenganku.

"Terima kasih atas niat baik anda Pak, tapi saya sendiri tidak yakin."

Pak Vano menatapku, "aku akan membantumu, tapi aku juga ingin bantuanmu." Pak Vano menatapku.

"Apa?"

Pak Vano duduk di kursi kafe, aku mengikutinya, kulihat Pak Vano mengambik nafas panjang, sepertinya beban yang di hatinya begitu berat.

"Kamu tau keadaan Bemla sekarang?"

"Bela?" tanyaku

"Iya, Bela adik tiriku, kamu pasti sudah tau tentang aku dan Bela kan? Perasaan kami harus berakhir karena orang tua kami, tapi apa kamu tau? Bela masih saja ingin bersamaku, bahkan dia tak perduli dengan status  hubungan kami sekarang."

Aku hanya diam mendengar ucapan Pak Vano.

"Saat ini dia sedang ada di Jakarta, kamu pikir dia sedang apa? Dia sedang kuliah lagi karena perintahku, dan dia masih menginginkan bersamaku, jika saja kami tak bersaudara, aku pasti akan memperjuangkan hubungan kami meski perasaanku kepadanya sudah perlahan berganti dari kekasih menjadi seorang kakak terhadap adiknya."

"Jadi  Pak Vano hanya memberi harapan palsu terhadap Bela?"

"Karena aku gak mau terlalu lama Bela merasa kecewa, maka aku akan sudahi semuanya,"

Aku mengernyitkan dahi tanda tak mengerti.

"Bela memberiku satu pilihan jika memang aku tak bisa bersamanya, yaitu aku harus mempunyai hubungan dengan wanita lain, wanita pilihan Bela yang ia yakini mampu menjagaku dan mencintaiku sebagaimana yang Bela lakukan."

"Maksud anda?"

"Bukan perkara sulit jika aku harus menjalin hubungan dengan wanita lain selain Bela, tapi Bela ingin dia yang memilihkannya, karena dia tak ingin aku berada di genggaman wanita yang hanya melihatku dari segi materi."

Aku masih belum paham arah pembicaraan ini.

"Aku tau pasti kamu bingung dengan perkataanku, kenapa juga aku harus menuruti ucapan konyol Bela, tapi bagiku meski Bela kini hanya adik tiriku, namun dia pernah menjadi perempuan istimewaku."

"Jika tak bersamanya sudah sangat menyakiti hatinya, maka aku tak ingin menolak permintaannya."

"Lalu apa yang akan Pak Vano lakukan?"

Kali ini Pak Vano menatapku, "wanita pilihan Bela adalah kamu, Rin," ucap Pak Vano membuatku tersentak.

"Apa?"

SANG NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang