Acara peresmian resto baru Vano telah usai, Karin, Vano juga keluarga Reno kembali lagi ke Surabaya. Sementara resto di wakilkan anak buah Vano, dia masih harus menyelesaikan beberapa berkas untuk pernikahannya dengan Karin."Jadi kita semobil dengan mereka?" tanya Karin pada Vano saat sudah selesai berkemas.
"Tentu saja, biarkan Reno melihat betapa bahagianya dirimu saat ini, lagipula kamu bisa dekat-dekat dengan Alena juga kan?" Vano berjalan disisi Karin, kali ini Vano menggunakan mobil mini van agar bisa muat banyak.
Reno, Riri dan Alena sudah ada di depan resto menanti tumpangan, "oke, kita berangkat sekarang ya, sekalian Karin juga satu mobil dengan kita," ucap Vano pada Reno dan Riri.
Tampak wajah Riri dan Reno tegang mendengar penuturan Vano, namun mobil sudah tiba beserta sopir sehingga mereka segera naik mobil.
Reno dan Riri naik terlebih dahulu karena mereka duduk di kursi belakang, lalu disusul Karin dan Vano yang duduk di kursi tengah.
Suasana tampak canggung, hanya terdengar alunan music pop barat kesukaan Vano, Alena juga pulas tidurnya sehingga tak ada suara saat berkendara.
"Mbak Karin, apakah Mbak Karin berencana akan segera menikah dengan Pak Al?" tanya Riri tiba-tiba. Reno terlihat tak suka dengan ucapan Riri.
"Tentu saja, kami berencana sepulang dari sini akan segera mengurus acara pernikahan kami," jawab Vano. "Bukan begitu sayang?" Vano menatap Karin yang sedang memainkan gawainya.
"Hmm.. Iya,"
"Saya harap kedepanannya kita bisa bekerja sama dengan baik ya Pak Reno meski calon istri saya ini adalah mantan Pak Reno." Kali ini Vano menoleh le belakang.
"Eh,, oh iya, tentu saja pak, saya justru berbahagia jika kini Karin akhirnya menemukan pengganti saya," ucap Reno dengan penekanan pada kata pengganti.
"Oh tentu saja, Karin adalah wanita cerdas, cantik dan bijaksana, saya pikir pasti dia adalah pasangan yang tepat, saya juga berjanji pada diri saya sendiri agar saya tak akan membuat Karin sedih apalagi mengkhianatinya," ucap Vano tak mau kalah. "Bahkan resto tadi akan segera menjadi hak milik Karin, karena akan saya berikan padanya,"
"Saya yakin Karin bisa mengembangkan resto saya, saya juga sudah memberikannya ATM dengan nominal fantastis padanya, tapi karena memang Karin wanita sederhana, dia tak mau menggunakannya meski sudah saya paksa, tapi terserahlah, saya hanya ingin membuat dia bahagia, meski saya tahu jika materi berapapun tak setara dengan senyum Karin," Vano melemparkan senyum manisnya pada Karin.
Rahang Reno tampak mengeras, ia merasa terpojok dengan kata-kata Vano, apalagi kini ia tak memiliki apapun untuk di banggakan.
"Beruntungnya kamu mbak," ucap Riri takjub.
"Justru aku yang beruntung karena mendapatkan dia, bukan hal mudah untuk mendapatkan hati dan cintanya,"
Karin tampak risih dengan gombalan Vano, namun ia tak mengelak karena Karin tau jika Vano berniat membuat dua orang di belakangnya kesal.
Tiba-tiba tangis Alena terdengar, reflek Karin menoleh ke belakang, ia meminta Riri memberikan Alena padanya, "biar aku tenangkan ya, Ri." Riri memberikan Alena pada Karin, dengan hati -hati Karin meraih tubuh Alena.
"Anak cantik mama, yang tenang ya sayang, liat di luar ada apa itu, wah,, mobilnya besar-besar ya sayang," Karin membujuk Alena dengan berbagai hal sehingga tangis Alena berhenti, Alena pun bisa menikmati perjalanan dengan tenang.
Vano melihat kearah Karin dengan tersenyum kecil, inilah yang ia inginkan selama ini, ia ingin wanita di sampingnya bahagia, ia ingin menebus rasa bersalah di masa lalu yang ia tahu bahwa Karin sendiri tak tahu hal apa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG NARAPIDANA
FanfictionSeorang perempuan bernama Karin terpaksa menjadi seorang narapidana karena telah membunuh suami dari kerabatnya, Riri. Namun, saat di penjara justru suami Karin berkhianat dengan Riri