part 17

3.9K 214 19
                                    


Pov Riri

Semakin hari sikap Mas Reno semakin membuatku sedih dan terluka, tak tahukah dia jika aku cukup terluka dengan pandangan membenci dan kesal dari orang sekitar padaku?

Tak cukupkah dengan melayani Alena dan dia selama ini bisa membuat cintanya hanya padaku?

Ini tidak adil!

Tidak  adil!

Dulu saat dengan Mbak Karin Mas Reno begitu romantis dan penuh kasih sayang, sering meluangkan waktu dengan keluarga.

Dan sekarang?

Bisa sarapan bersama adalah suatu keajaiban.

Meski Mas Reno tak pernah membentak atau melukaiku, namun aku tak suka jika dia mengabaikanku. Tak pernah dia mengajakku  bercengkerama mesra.

Berbeda saat dengan Mbak Karin, bahkan di ruang kerja saja mereka masih bisa berbincang dan bermesraan.

Rasa cinta Mas Reno seakan menghilang perlahan saat perceraian itu terjadi. Aku hanya merasakan sedikit kebahagiaan saat aku masih jadi istri simpanannya. Bukan ketika dia bebas merajut hubungan denganku setelah bercerai.

Kenapa?

Apakah dia tak pernah mencintaiku?

Apakah aku begitu naif jika bermimpi bisa sebahagia Mbak Karin dulu?

Apakah aku tak layak mendapatkan cinta Mas Reno?

Aku harus mengadu pada siapa?

Aku tak punya keluarga disini?

Aku tak punya teman dekat disini.

Hanya Mbak Karin satu-satunya orang yang bisa mengerti aku dulu, namun apakah aku harus mengeluh padanya?

Tidak!

Dia bisa menertawakanku, lagipula bukankah aku yang sudah memenangkan hati Mas Reno ?

Lalu jika aku mengeluh pada Mbak Karin, apakah sama saja itu menunjukkan jika aku kalah darinya?

"Mas, nanti antarkan aku periksa ya," ucapku pada Mas Reno saat sarapan, aku sengaja membuat anakku sebagaumi senjata agar Mas Reno mau menemaniku.

Bahkan kadang, aku berbohong ngidam ini itu agar dia mau menemaniku. Biarlah aku berbohong sedikit, ini demi keutuhan rumah tangga kami.

"Maaf, nanti ada tamu di gudang sepatu, dia mau memborong sepatu-sepatu Mas," ucap Mas Reno sambil memakan nasi goreng buatanku.

Aku mencebik, kesal rasanya sikap Mas Reno begitu acuh padaku. Kenapa ia menikahiku jika setelah menikah dia tak membahagiakan aku?

Mbak Karin, ini salah kamu, kenapa kamu muncul lagi di hidupku. Katamu sudah ikhlas tapi masih saja belum rela. Munafik!

"Mas, tidak bosan kah kamu bekerja terus? Aku juga ingin jalan-jalan meluangkan waktu bersama kamu," ucapku sedih, kutahan air mata agar tak menetes namun terasa susah.

Aku yakin dengan bersikap seperti ini, Mas Reno akan iba dan menurutiku.

"Aku ingin punya waktu bersama-sama kamu, Mas. Sejak menikah kita tak pernah meluangkan waktu untuk jalan-jalan bersama."

Mas Reno berdiri lalu merengkuh tubuhku. Benar bukan, dia paling nggak bisa melihat kesedihanku.

"Besok ya, besok kita keluar bersama, sekarang biarkan Mas menyelesaikan pekerjaan Mas,"ucap Mas Reno sambil memelukku.

Senyum kemenangan ku ukir dalam diamnya lisanku.

**

Hari yang kunanti tiba, rencana jalan-jalan dengan Mas Reno yang kutunggu tak terealisasikan dengan sempurna.

SANG NARAPIDANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang