Cafe (Revisi)

304 31 4
                                    


Maaf yang sebelumnya sudah pernah membaca cerita ini, terus menemukan beberapa kata perubahan.

Cerita ini benar-benar aku revisi habis-habisan. Beberapa part ada yang aku ubah, bahkan aku hapus semuanya.

Disini aku hanya ingin membuat cerita lebih klop dan masuk ke hati pembaca. Karna seperti yang aku katakan seperti sebelumnya, tulisan aku kala itu benar-benar hancur.
Jadi harap di maklumi ya!

Keep enjoy❤️

🍭

Café All Star disinilah mereka berempat berakhir. Nadira dan Rian yang sedang asik mengerjakan tugasnya, menikmati wifi gratis, sesekali menyesap coffee late. Sedang yang hanya di lakukan Nabilla dan Satryo hanyalah melamun. Berulang kali kedua nya membuka gawai. Memeriksa apakah ada pesan yang masuk. Namun nihil, pesan dari operator pun tidak ada.

Yang membuat Nabilla menganga lebar sebab baru tahu, Café All Star ini terletak di bagian depan komplek. Harga yang tertera di dalamnya pun cukup murah dan pas di kantong anak muda-mudi.

"Itu salah Rian! Hapus dulu, nanti gambarannya jadi jelek!"

"Nggak. Itu bagus kok Nad, kayak ada kesan abstrak nya"

"Abstrak dari mananya sih?!"

Menoleh sekilas, Satryo menghela nafas pelan. Perdebatan yang dilakukan adik bersama temannya itu benar-benar mengganggu kegiatan. Satryo yang sedang memandang Nabilla dari balik layar sang gawai. Menggunakan kamera belakang pun dilakukan.

Dirinya benar-benar kehabisan akal.

Saat tangan yang dengan kurang ajarnya menekan tombol pencet di tengah. Menghasilkan bunyi bahkan blitz. Satryo memejamkan mata sebab dirundung rasa malu. Jari sialan, umpatnya!

"Kakak ngapain? Lagi foto-foto ya?" Itu Rian. Si adik bungsu yang sedang tersenyum mengejek.

"Lagi main ludo, tiba-tiba kepencet senter di handphone" bodoh. satu kata yang mewakili sikap Satryo saat ini. bagaimana bisa senter tiba-tiba muncul di saat ia sedang bermain game?

Sementara Nabilla terkekeh pelan. menyadari sikap absurd dari lelaki di depannya. "Sudah-sudah, cepat selesai-in tugasnya. Ini hampir menjelang sore, kalian juga harus pulang"

"Maaf-in Rian ya Nab, mulut nya memang begitu. Lemes" celetuk Satryo pelan. Berusaha menjadikan adik bungsunya sebagai kambing hitam. Yang disebutkan namanya hanya mendelik malas.

Tersenyum hangat Nabilla lakukan. Sembari mengangguk dengan mengibaskan tangan. "Nggak pa-pa kok, santai aja"

Hening kembali menemani.

Menundukkan pandangan kebawah sebab malu. Apa yang sedang Satryo lakukan saat ini?

"Kamu... nggak jalan-jalan?"

"Hah?"

Lagi. Satryo menghela nafas pelan, merutuki mulut yang suka asal nyeplos—bertanya tanpa berfikir. "Hari ini weekand, memang kamu nggak pergi jalan-jalan dengan temen kamu misal
nya atau—doi?"

"Mereka semua ada agenda tersendiri kalo weekand. Dan perihal doi—aku nggak punya. Bagaimana kalau kamu?"

"Sama. Rehan dan Aisyah lagi pergi berdua, tugas aku hanya nemenin dia ini nih!" tunjuknya pada Rian.

"Rehan dan Aisyah... pergi berdua? Kamu nggak cemburu?"

Tertawa pelan Satryo lakukan. Menatap Nabilla yang tiba-tiba memukul bibir sendiri. "Kenapa harus cemburu? Aisyah itu sahabat aku sedari kecil, dan juga... dia lagi deket dengan Rehan"

Mendadak pusing. Nabilla memegang kepala sendiri. Ada apa ini?! Rehan yang sedang dekat dengan Aisyah? Terus bagaimana nasib sepupu-nya nanti? "D-deket?" tanya ia memastikan. Maka saat anggukan menjadi jawaban dari sang puan. Nabilla menghela nafas berat.

"Tunggu aja berita besar saat kita masuk sekolah nanti"

Terdiam. Bahkan Nabilla sedang memikirkan reaksi yang di berikan Asha nanti. Apakah gadis itu akan menangis? Galau berhari-hari? Atau yang lebih parah nya enggan masuk sekolah?

"Billang, Adek!"

Teriakan serta panggilan di depan pintu café menyadarkan ia dari lamunan. Mendapati keberadaan sang kakak bersama sang kekasih lantas Nabilla tersenyum. "Kak izan?"

"Jadi ada kemajuan apa nih?"

Mengerutkan kening bingung. Crystal atau yang sering di sapa mbak ital oleh kedua adik Izan bertanya. "Kemajuan apa zan?"

"Nanti kamu tahu, sayang"

Bergidik ngeri. Nabilla memandang jijik sang kakak pertama. Mengapa gaya pacaran serta panggilan ala mereka begitu menggelikan? Satryo terkekeh. Melihat sekilas Nabilla yang sedang memperagakan orang muntah.

"Kalian berempat kesini jalan?" Ital yang sedang menatap Nabilla bersama Satryo secara bergantian. Keduanya mengangguk kompak.

"Kenapa nggak pake mobil atau motor aja sih lang? kulit kalian nanti bisa kebakar!"

🍭🍭🍭

Berulang kali menghela nafas berat.

Berulang kali pula Nabilla mengumpat berbagai macam kata kasar. Mendial nomor seseorang yang bahkan sekarang tidak di ketahui eksestensi nya dimana.

"Asha kemana sih anjir?"

"Lowbat mungkin handphone nya, sudah ah bil. Jangan di telfonin terus"

Umay—gadis keturunan arab itu berdecak malas. Menatap pantulan diri dari sang teman. Berjalan bulak-balik dari arah balkon. "Samperin rumah nya aja"

"Dia pergi Humairah!"

"Ya sudah. Tunggu Asha pulang aja. Ada masalah apa sih?"

"Penting. Tentang Rehan... dan Aisyah"

Ayu yang sedari tadi diam membuka mulut. Dengan kelima jari tangan yang berada di dalam toples makanan berisi keripik pisang coklat. Hasil oleh-oleh Jefrrey saat bertugas di luar kota, Lampung. Gadis itu mengerutkan kening heran. "Mereka kenapa? Lagi deket?"

Tebakan yang sempurna. Nabilla sampai bertepuk tangan heboh. Berjalan dengan langkah besar menuju kasur. "Kamu tahu?"

Menggeleng pelan. Ayu mengubah posisi duduknya. "Kelihatan aja dari cara mereka berdua saling pandang. Bahkan saat ada Satryo pun... kedua nya nggak sungkan untuk berpegangan tangan. Benarkan?"

Memandang gawai dengan tatapan nanar di tangan. Lagi, yang dilakukan ke tiga gadis itu hanya berdiam diri dengan posisi sama. Mereka ulang kejadian yang bersangkutan antar dua prince charming sekolah dengan satu tuan putri kebanggaan SMAN 3.

"Besok bakal jadi hari yang berat. Jadi persiapkan diri"


Tbc

Repost : 2 Desember 2020

Pengagum rahasia {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang