Lembaran baru

127 18 4
                                    

Inilah saat nya bagi nabilla membuka lembaran baru. Dibandung, dengan Chandra tentunya.

Lelaki itu selalu siap siaga, perhatian yang ia berikan bahkan melebihi kaizan yang notabade nya kakak kandung dari nabilla sendiri.

Tanpa hubungan status, walau pernah kecewa dan patah hati karna perasaan yang pernah tertolak. Chandra tetaplah Chandra.

Baginya nabilla lebih penting ketimbang perasaannya sendiri.

"Semua keperluan nya sudah ada kan nak?" tanya sang ayah, Jeffrey datang dari arah luar kamar bersama sang istri.

Nabilla mengangguk lantas tersenyum "Iya, sudah ada semua kok"

"Baik-baik disini ya, bunda sama ayah setiap bulan bakalan dateng buat nengokin kamu, perihal Chandra...bunda dan ayah percaya kok sama dia. Dia anak yang baik"

Nabilla lagi lagi tersenyum, ia memeluk bundanya. Menghirup aroma tubuh sang ibu yang mungkin akan sangat ia rindukan. "Hati-hati dijalan ya bun, yah"

Jeffrey mengangguk "Kami pamit ya, untuk satryo kamu pasti udah tau kan dia bakal pulang besok lusa?" tanya ayah nya.

Ah iya!

Ia lupa, kekasihnya—satryo bahkan ikut ke bandung hanya untuk mengantarnya.

"Iya yah"

Nabilla membuang nafas pasrah dengan sedikit genangan air mata setelah melihat kendaraan milik ayahnya sudah pergi melesat dengan jauh meninggakan pekarangan rumah barunya.

Tangan milik seseorang tiba-tiba saja berada dibahunya. Satryo yang kini selalu dengan senyum menawannya sedang berkata "Semangat, aku tau kamu bisa!"

Gadis itu terkekeh lalu mengangguk "Kamu juga, terimakasih karna selalu ada"

Chandra memang ikut nabilla pindah kebandung. Rumah yang hanya bersampingan membuat ia lebih mudah untuk memandang atau mengontrol gadisnya—bukan adik dari temannya.

Ia tersenyum pahit saat melihat satryo dan nabilla yang sedang berada di depan pintu rumahnya. Gadis itu Tersenyum, tertawa dan bercanda ria. Keputusan yang ia buat begitu besar. Hanya untuk menjaga seorang gadis tanpa ada hubungan ataupun status, Chandra patut di acungi jempol.

Ia sadar, ia bukan siapa-siapa. Hanya ingin melihat orang yang disayanginya selalu bahagia. Tak perduli dengan keadaan hatinya yang entah bahagia atau banyak menggores luka.

Tanpa sadar nabilla menoleh ke arahnya. Chandra tersenyum tulus, lagi dan lagi hatinya merasakan perih yang teramat dalam ketika melihat nabilla tersenyum seperti itu.

"Mas Chandra ngapain diem disitu? Ayok sini!" panggilnya.

Satryo ikut mengangguk lalu melambaikan sang tangan. "Iya bang, sini aja!"

///

"Kamu nggak capek ya dari tadi jalan terus" gerutu nabilla.

Pasalnya kaki gadis itu terasa akan copot. Seharian penuh ini satryo sudah mengajaknya berjalan keliling kota bandung.

Ingat hanya berdua!

Tanpa Chandra tentunya. Lelaki keturunan jawa itu sedang ada urusan dikampus barunya.

Satryo mengernyit tak suka "Kan sore ini aku harus pulang, pengen ngabisin banyak waktu sama kamu. Nggak suka ya?"

Gadis bermarga tandean itu menggeleng "Suka, tapi apa kamu nggak capek? Udah hampir tiga jam an loh kita jalan kaki, Cuma untuk keliling aja"

"Lagian, sore ini kamu harus pulang dan dari tadi belom istirahat sekalipun ryo" tambahnya.

Satryo kini mengangguk lesu "Ya udah kita pulang aja. Maaf ya...pasti kamu capek"

Pengagum rahasia {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang