Hope and please

112 17 3
                                    

Hello, im here!

Dont forget untuk votment nya ya!
Enjoyed this book, saran aku jangan sampe emosi ya, lagi puasa soalnya!

Sama dengerin lagu Judika -  Tak Mungkin Bersama, soalnya feel nya ngena banget!

"Kan panas badannya, masih mau main hujan-hujan nan lagi nanti?!" itu asha, gadis itu menggerutu sebal tak lupa sang tangan yang masih aktif bergerak mengganti kain kompres yang ada dikepala husen. Iya husen, masih ingat kan?

Lelaki yang sejak jaman dulu mendekatinya tapi sampai sekarang belum terikat hubungan apapun. Husen dengan segala tingkah lakunya, rela terbang ke bandung disaat sedang pandemic begini hanya untuk menemui asha.

Lelaki itu sampai kemarin sore, dan berniat tinggal ditempat rumah Chandra untuk sementara waktu. "Maaf gak lagi deh" gumamnya pelan.

"Ya nggak lah! Orang diluar lagi panas begini cuacanya!" ngegas sekali bukan?

Sabar, dan kebal sudah menjadi santapan makanan untuk seorang husen setiap harinya. Alhasil ia hanya terdiam dan tersenyum, memandangi gadis itu dengan bibir yang tak berhenti mengomel.

"Masih pusing gak sekarang?" tanya nya lembut. Walaupun galak begini asha masih memiliki hati. Bagaimana pun juga husen mempunyai peran besar didalam hidupnya.

Gelengan lemah lelaki itu berikan "Nggak lagi kok"

🍭🍭🍭

Nabilla berdecak pelan tak lama kemudian gadis itu memaki menatap sang gawai dengan diiringi senyum di wajahnya. "Anjir umay, beneran belagak eh?"

(Belagak : Ganteng)

Seorang gadis di ujung sambungan mengangguk semangat "Beneran lah, namanya jafar" ucap umay memberi tahu dengan wajah yang bersemu.

Ah, ngomong-ngomong kedua gadis itu sedang melakukan video call. Mengingat rencana pernikahan umay yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Gadis itu meminta kedua temannya untuk pulang hanya untuk melihat prosesi ijab Kabul.

"Gak nyangka diantara kita berempat kamu duluan yang nikah" celetuk nabilla membuat umay semakin bersemu alhasil gadis itu menyembunyikan wajahnya di bawah bantal.

"Asha mana?" baru menyadari salah satu temannya yang hilang, kening umay berkerut.

Yang ditanya menjawab "Lagi dirumah mas Chandra, ngobatin kak husen. Lagi demam dia karna kemarin main hujan-hujan nan"

Obrolan tak sampai disitu, keduanya larut dalam sebuah perbincangan panas. Membahas segala persiapan pernikahan hingga apa yang harus dilakukan pengantin baru saat malam pertama.

Huh dasar anak muda!

Hingga tatapan nabilla jatuh tepat pada seorang pria di depan rumahnya. Gadis itu menghela nafas kasar, berpamitan kepada umay untuk menghentikan acara pergosipan dan akan dilanjutkan nanti malam.

Melangkah dengan gontai, ia menghampiri satryo yang sedang terduduk manis didepan teras. "Mau ngobrol dimana?" dingin sekali, satryo sampai meringis mendengar nada bicara sang kekasih.

"Ke braga yuk, mumpung masih sore" jawabnya disertai senyuman. Nabilla mengangguk malas "Tunggu sebentar, aku ngecek kedalem dulu"

🍭🍭🍭

Semilir angin menerpa tubuh keduanya. Seperti biasa cuaca dibandung sangat sejuk walau panas membentang sekalipun. Sore yang sangat ramai juga memenuhi jalan braga.

Berusaha menghilangkan euphoria canggung yang masih melekat, satryo berdehem. "Mau makan dulu?". Gelengan serta senyum nabilla paksakan untuk hadir "Nggak aku udah kenyang, mau ngomong apalagi?"

Sekali lagi, tenggorokan milik satryo terasa tercekat "Maaf, aku tau kamu masih kecewa dan marah sama aku. Makanya kamu bersikap kaya gini" suaranya terlihat bergetar.

Hening lagi lagi mengisi keduanya, tak ada yang menanggapi ucapannya barusan. Bibir milik satryo terbuka hendak mengucapkan kata kata maaf yang sudah sangat enggan gadis itu dengar, ketika pelukan hangat ia rasakan. Nabilla pelakunya. Ah ia rindu pelukan gadisnya.

Dirasakan kaos miliknya basah. Sudah pasti itu air mata milik sang kekasih. Bahu nabilla bergetar merasakan hawa panas dari tubuh satryo. Lelaki itu sedang demam. Bahkan terlihat wajahnya sangat terlihat pucat. "Jangan minta maaf lagi" lirihnya.

Katakan satryo jahat. Melakukan hal bodoh yang bisa saja menghancurkan kepercayaan seseorang pecah dalam sekejap. Dari awal seharusnya ia berpikir apa konsekuensi yang akan ia dapatkan dari tawaran bodoh teman-temannya itu.

Tangan nabilla menepuk kepala belakang satryo lembut, membagi kenyamanan seperti yang sering ia lakukkan. Dirinya juga tak bisa terus menerus berada dalam situasi ini. "Sudah aku maafin..."

Satu kalimat terakhir barusan membuat air mata lolos tanpa permisi diwajah satryo. Perasaan lega mengisi dadanya, ia bersyukur kekasihnya masih sama. Si baik hati yang selalu membuat semua orang disekitarnya nyaman.

Pelukan melonggar, serta tepukan pelan di bahu lelaki itu rasakan. "Tapi kita sampai sini aja ya" bisiknya lemah.

Mata satryo membulat seketika, seolah beban berat kembali menimpanya. Senyum yang sempat hadir sirna seketika bak ditelan bumi.

"Nabilla, kamu bercanda?!"

Nabilla menggeleng, masih dengan senyuman yang ia paksakan hadir. Membuat dirinya terlihat semakin menyedihkan. "Aku memang udah maafin kamu, aku seneng dan berterima kasih untuk tiga tahun ini. Itu bukan waktu yang lama.

Aku seneng akhirnya kamu balas perasaan aku, bukan karna taruhan bodoh itu. Aku sayang kamu..." ucapnya dengan suara bergetar. Satryo menggeleng pelan "Nab..."

"Kebenaran yang selama ini kamu sembunyiin dari aku berefek besar untuk perasaan aku, ryo. Walaupun kamu balas perasaan aku sekarang, tapi aku gak bisa lupa kalau kebenaran yang kamu ucapkan bener-bener menyakitkan buat aku..." katanya menahan segala isakan.

Satryo salah, ia kira keberuntungan akan berpihak kepadanya hari ini. Dan sekali lagi ia salah, nabilla benar-benar awam soal cinta, soal rasa, dan soal hati. Gadisnya belum pernah ditemukan dengan arti kata pacaran dalam hidupnya.

"Kita sampai sini aja ya" pintanya lembut, tangan milik nabilla meraih punggung tangan satryo. Wajah lelaki itu berpaling enggan menatap barang sedetikpun. Matanya menelisik mencari suatu objek yang bisa ia lihat.

"Terimakasih untuk semuanya ryo. Tetap bersinar, aku akan merhatiin kamu dari jauh ya. Dan sekali lagi... aku pergi"

Sudah, runtuh sudah pertahanan satryo. Lelaki itu menangis dengan keras, tak menghiraukan tatapan iba dari pengunjung braga yang memerhatikannya. Sudut matanya sempat menatap nabilla diujung sana.

Gadis itu bergetar dengan samanya, menahan isak tangis serta perih di hati yang membuncah didada.

Tangisan satryo begitu nelangsa, seumur hidupnya ia tak pernah merasakan patah hati sepedih ini. Dalam hatinya ia berharap semoga dirinya lekas terbangun dari mimpi buruk yang terlihat seperti nyata ini.







Aduh, nangis aku ngetik cerita ini. Jadi keinget masa-masa dulu :')

Udahlah, itu aja!
Bye, see ya❤️🙌

Pengagum rahasia {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang