SANA 0.1 Hal baru

128 14 6
                                    


Akhirnya setelah sekian lama ada rencana ingin membuat kelanjutan cerita bisa terealisasikan!

Maafkan aku teman!

Semoga tidak lumutan ya, nungguin nya:)

🍭

Terkejut? Sudah pasti. Banyak perubahan yang masih belum di mengerti. Kehidupan setelah menyandang status baru benar-benar di rasakan oleh kedua nya. Dimulai bangun pagi hingga menjelang ke malam hari.

Kebiasaan kebiasaan yang baru pertama kali dilihat adalah wajah sembab ketika bangun tidur. Dengkuran halus, gertakan gigi, serta posture badan yang menghabiskan lahan di kasur, tempat untuk tidur.

Perubahan Satryo lah yang paling membuat Nabilla terkejut. Wajah dan perilaku nya ketika terlelap sangat tidak sinkron. Belum lagi ketika di suruh bangun untuk melaksanakan sholat subuh. Berbagai macam drama akan terjadi.

Hal yang selalu menjadi favorite adalah bentuk rambut bak singa milik sang suami saat pagi. Menambah kesan lucu pada diri. Dalam waktu sebulan saja hal itu masih belum terbiasa. Walau sekarang sudah berbeda.

Memasuki trimester pertama kehamilan, membuat Satryo kadang kala berubah menjadi kesetanan. Keinginan serta permintaan yang nabilla lakukan benar-benar memusingkan kepala. Ditambah pekerjaan di kantor yang mendadak ingin mempercepat deadline.

Rian menjadi imbasnya.

Contoh seperti sekarang. Pemuda bungsu bernama belakang Dirgantara itu mendesah nafas pasrah ketika sang kakak meminta ini dan itu. Merengek bak bayi besar kehilangan ibunya.

"Di sebelah sini nih!"

"Itu kiri Rian, yang kakak minta di sebelah kanan"

"Kamu tau kanan nggak sih?!"

"Yang kuat dong, kamu cowok atau bukan?"

Ingin sekali Rian merefund mulut milik saudaranya. Kadar kepedasan saat dilontarkan dapat memekakan telinga. Menyebabkan sakit hati tak berujung bagi yang tak tahu alasan dibaliknya. "Masih lama nggak sih kak? Tangan aku pegel nih"

Satryo berdecak sembari memandang sinis Rian dari arah bawah. Sebab sang kepala berada di atas paha. Yang membuat Rian menggeliat karna geli tak tertahan. "Ya udah kalo kamu nggak mau tambahan uang jajan untuk kuliah"

Sebuah bentuk ancaman. Tentu Rian kelabakan. Dengan gerakan tangan cepat menambah kekuatan di pijatan. "Segini cukup? Atau mau tambah kuat lagi kak?"

Saat samar-samar pembicaraan di depan pintu terdengar. Rian mendesah nafas lega. "Mbak billa!" panggilnya ketika pintu depan terbuka. Menampilkan siluet Sang ibu dengan Nabilla beserta tentengan belanja di sana.

Sica berjengit terkejut kala Satryo yang datang langsung menerjang tubuh wanita di sampingnya. "Ada apa sih? Kenapa sama kalian?" tanya wanita peruh baya itu beruntun. Memilih mengadu Rian lakukan, Satryo tidak memperdulikan hal itu. Menyembunyikan kepala di balik bahu milik sang istri.

"Kamu kenapa, ryo?"

Gelengan pelan menjadi jawaban. Nabilla berdecak saat Satryo tak beranjak dari tubuhnya. "Kamu berat loh, ditambah aku lagi bawa belanjaan. Nggak ada niatan buat bantuin istri dengan mama sama sekali?"

Maka seperkian detik kemudian seluruh belanjaan sudah berada di lengan kekar Satryo. "Biar aku aja yang bawain. Bumil istirahat aja ya"

Memuntahkan isi perut masih saja lelaki itu lakukan. Walau hanya cairan bening berupa lendir nyatanya membuat tubuh terkulai lemas. Bahkan tak henti-hentinya Nabilla memijat tengkuk milik Satryo.

Wajah pucat dengan ujung kerah yang basah akibat basuhan air di muka benar-benar membuat Nabilla menatap nya iba. "Duduk dulu aja, biar aku ambilin air putih ya?"

Lengan di tarik pelan. Nabilla mendapati tatapan memelas dari Satryo. "Minta ambilin Rian aja, kamu di sini sama aku"


Dan nyatanya Rian Dirgantara turut menjadi babu, lagi.

Memandang saudara lelakinya dengan tatapan kesal sebelum berangkat melaksanakan tugas negara. Dalam hati pemuda Dirgantara itu merutuki diri sendiri. Rasa kesal, iba dan lucu sedang bergumul di dalam lubuk perasaannya.

Memandang sebuah pohon manga yang menjulang tinggi ke atas. Sica menyuruh putra bungsu nya untuk mengambil mangga muda hasil permintaan sang menantu. Demi ponakan yang tidak ingin ileran, maka Rian lakukan.

Kakak ipar nya sedang mabuk dalam artian kata mengidam. Satryo yang dengan alasan Tidak bisa bangkit atau bahkan berjalan sekalipun menjadikan dirinya tumbal. Yang paling membuat sang diri kesal adalah senyum mengejek dari kakaknya di ambang pintu saat ini.

"Kalau mau manjat itu lihat nya ke atas, bukan ke arah kakak!"

"Bacot!"

Nadira menghela nafas lelah. Bosan, melihat pertengkaran yang selalu saja di lakukan tanpa mengenal waktu. "Kak, di panggil mbak Billa di dalem" yang langsung saja di turuti oleh sang empunya nama.

"Memang mbak kamu manggil?"

Sontak Nadira menggeleng pelan disertai kekehan kencang. Membuat Rian paham. Bahwa itu hanya sebuah alibi.

"Di antar siapa kesini?"

"Mas mas gojek" Bohong.

Tampak sekali gadis bermarga Tandean itu membuang muka. Menghindari tatapan bertanya dari seorang Rian. Maka helaan nafas canggung dapat terdengar. Keduanya sama sama diam. Rian yang tak kunjung naik ke atas sana sedang Nadira hanya memandang tanaman lepas.

Tanpa di sadari pun kedua nya tahu. Rasa ini masih belum usai.

Memilih menjauh dalam artian melepas perasaan Nadira lakukan. Saat ini dirinya sedang mencoba membuka hati, untuk lelaki lain tentunya. Yang paling membuat ia meringis pedih. Mengapa rasa nya sesulit ini?

Berbeda dengan Rian yang tampak asik menikmati waktu sendiri. Merasakan bahwa hubungan pertemanan nya tidak sesehat dulu. Tanpa tanggung tanggung Rian merasa bahwa gadis di depannya selalu menolak uluran tangan ketika dibantu.

Menerima orang asing yang notabede nya baru saja dikenal. Tanpa latar belakang yang jelas tentu membuat Rian naik pitam. Nadira sungguh kepala batu!

Menjauh.

Perlahan tapi pasti.

Pergerakan lambat dengan efeksitas sangat ketara.

Pertemanan antara laki laki dan perempuan memang tidak akan berjalan mulus, semuanya tahu itu. Entah satu pihak akan merasa tersakiti karna memiliki perasaan lain dihati. Atau berpura-pura mencoba melupakan rasa ini.

"Mau sampai kapan kamu bengong? Mbak ipar mu udah nunggu dari tadi loh dek!" teriak Sica dari ambang pintu. Menatap jengah kelakuan putra nya yang tidak pernah dalam mode benar.

"Iya sabar dong ma!"




Tbc

Memang benar ya?
Pertemanan antara lawan jenis nggak bakalan ada yang mulus.
Mungkin ada, tapi hanya sebagian.  Sisanya?
Who knows?

Dan seperti kata rian di atas. Salah satunya akan merasa tersakiti. Berpura-pura untuk baik baik saja tentu sulit.

Aku yakin, pasti di antara kalian ada juga yang pernah ngalamin.
Entah di pendam dalam lubuk hati atau memilih mengungkapkan berujung perpisahan.

Aku tahu kalian hebat!

Menahan perasaan tentu saja sulit bukan?

Dan sampai sini saja dulu curhatan atau side me disini.

Sampai jumpa di Chapter depan! 💜

Pengagum rahasia {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang