Rencana kerja kelompok (Revisi)

339 37 6
                                    

Oh jadi ini yang namanya Satryo?

Ganteng ya!

🍭🍭🍭

"Satryo?!"

"Nabilla?!"

"Loh? Kalian saling kenal?" pertanyaan yang di lontarkan Jhonny pada kedua anak berbeda lawan jenis didepannya masih mengambang. Sama-sama terkejut pastinya di rasakan.

"Oh jadi ini yang namanya Satryo? Ganteng ya!" Bahkan celetukan jahil bunda mampu menyadarkan Nabilla dari ambang keterkejutan. Dengan pipi merona ia menatap tajam sang ibu.

"Maaf sebelumnya, Nabilla ini temen kakak di sekolah pa. Cuma beda satu kelas aja sebab sampingan" yang tentu jawaban itu di lontarkan oleh pemuda bermarga Dirgantara.

"Perasaan terakhir kita ketemu sepuluh tahun lalu ya jeng, kamu masih ingat wajah buluk Satryo waktu itu?" Sica dengan bibir merah nya berceletuk seperti itu. Membuat yang di sebutkan namanya hanya mendengus nafas pasrah.

Buluk katanya!

"Ingat dong, waktu itu anak kita masih sekolah dasar kan?" diam diam bunda melirik putri keduanya. Yang masih saja setia berdiam diri bak patung.

"Ayah, bunda? Sudah ramai ini, acara nya mau di mulai nggak?" beruntung pernyataan Izan barusan meluruhkan suasana canggung. Lelaki berkulit hitam manis itu tampak terkejud melihat siluet pasangan yang sudah berumur itu.

"Ada tante Sica, sama om Jhonny ya rupanya? Apa kabar?" sapa Izan. Yang dibals dengan tepukan serta elusan pelan di pucuk kepala. "Alhamdulillah kami baik, kamu gimana kabarnya zan? Sudah ada tambatan hati?"

Acara Yasinan untuk rumah baru berjalan lancar. Bahkan tanpa jeda pipi Nabilla bersemu merah selama lantunan ayat suci Al-Quran berkumandang. Menghasilkan dirinya di goda habis habisan oleh sang teman.

"Cie, yang ada doi sama camernya"

"Seneng nggak di tatap Satryo secara langsung?"

"Aku iri sama Billa"

"Kamu cantik"

Agaknya pernyataan barusan membuat Nabilla diam membeku saat ini. Mata mengerjap pelan dengan jantung berdetak tak se irama. Satryo sedang apa apaan saat ini?! Bahkan tanpa ada angin atau hujan lelaki itu bercakap demikian.

"Maaf?"

"Nggak, kamu cantik... Kok, bengong?"

Sudah mau mati saja Nabilla saat ini, menyadari lambaian tangan besar di hadapan wajah. Ia terkesiap. Dengan kecepatan kilat pula gadis itu berlari ke arah dapur. Memilih membantu pekerjaan sang ibu yang belum usai.

"Terimakasih atas pujiannya Ryo!"

🍭🍭🍭

"Kenapa melamun?"

Celetukan Ayu barusan membuat Nabilla tersenyum kaku. Menggeleng samar ia menatap pantulan diri di gawai.

"Mikirin kejadian semalam?"

"Semalam kenapa?"

"Pura pura lupa anaknya bapak Tandean!" tentu yang bercakap demikian adalah Asha. Jangan lupakan tanda seru di akhir kalimat. Seakan sudah menjadi kebiasaan berbicara dengan suara lantang.

"Mulut Anjir!" umpat Nabilla pelan.

Mengabaikan dengusan dari saudara sepupunya. Asha berjalan dengan langkah gontai, membuat Umay menepuk bahu temannya kuat. "Setiap hari kelakuan nya kayak orang kurang makan!"

Pengagum rahasia {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang