Pindah Rumah (Revisi)

429 42 6
                                    


Lagi, bab ini aku revisi juga.

Bakal ada banyak bab yang bakal aku revisi habis habisan.

Sebab yang aku bilang di chapter sebelumnya, banyak kata yang nggak sesuai dengan EYD.

Feel nya juga belom dapet, jadi harap di maklumi yaaa

Nabilla merebahkan tubuhnya di kasur yang ada. Hari sudah menjelang malam, mereka baru saja pulang setelah azan magrib berkumandang.

Lagi dan lagi pikirannya berkelana, mengingat perkataan serta perhatian lembut dari seorang Chandra kepadanya.

Tadi ia memang pulang kerumah, tetapi tidak dengan sang kakak atau asha sekali pun. Sebab Chandra yang memaksa nya untuk mengantar pulang. "Wajah kamu pucet dek, mas anter aja ya? Biar asha nanti pulangnya di anter husen"

Mau tak mau ia mengangguk sebagai jawabannya. Hati dan pikiran nya terasa kosong. Mereka kenapa serasi banget sih? Nyinyir dewa batin nabilla saat mengingat kejadian di atas venue tadi.

Satryo yang merangkul siti aisyah dengan lembutnya. Bahkan senyum dan tawa pun banyak dilakukan oleh lelaki tersebut.

Huh, sang hati bahkan meringis iri!

Dengan kekesal yang membuncah di dada, nabilla memaksakan sang mata untuk terpejam. Memilih untuk melupakan segala kejadian dan perasaan nyeri di ulu hatinya hari ini.

Hari sudah menjelang pagi ketika mendengar suara teriakan ayah yang menggema. "Mbak barang-barang nya sudah semua belum?" teriak Jeffrey-ayah dari lantai bawah.

"Sudah yah, tinggal boneka besar aja yang di bawa turun"

Seperti yang sudah direncanakan minggu kemarin. Keluarga tandean akan pindah rumah hari ini. Pemberitaan yang mendadak dari Jeffrey pas malam minggu kemarin membuat seisi rumah kelabakan memindahkan barang-barang.

Dengan kabar baik, rumah yang sedang di renovasi di daerah kota Palembang pusat sudah jadi. Membuat nabilla teriak happy. Sebab sang sepupu, teman, calon kakak ipar serta satryo juga tinggal di komplek perumahan itu.

"Nggak ada yang ketinggalan kan?" bunda yang kini bertanya sembari menatap ke seluruh sudut ruangan. Mewanti-wanti takut jika ada barang yang tertinggal.

"Nggak kok bun, semuanya sudah di tarok di mobil tadi dan udah izan cek juga kok" yang dijawab oleh si anak sulung. Izan menampilkan senyum di wajah lelah nya.

Ayah bertepuk tangan, membopong seluruh anak beserta istrinya untuk keluar rumah dan mengunci pintu dengan rapat. "Yaudah ayok berangkat"

"Eh? Ayah tunggu dulu!" langkah mereka terhenti, izan yang merentangkan tangannya menghalang mereka untuk terus berjalan. "Mobil ayah kayaknya gak muat deh, udah penuh sama barang kan?"

Mengernyit heran, Jeffrey mengangguk "Iya, mobil kamu kemana emang nya?"

Suara tepukan jidat menggema, bunda dan izan pelaku nya. "Kan kemaren lagi di servise yah" keluh izan.

"Dan ayah juga kan yang nganter ke tempat servise nya?" timpal bunda, wanita paruh baya itu berkecak pinggang sambil memandang ayah tajam.

Jeffrey terkekeh pelan, mengusap belakang leher canggung "Maaf, faktor umur ayah jadi lupa nih!, jadi kalian mau naik apa nih? Mesen taksi online aja mau?"

"Naik mobil Chandra aja yah"

Dengan kompak semuanya berbalik. Menatap Chandra diikuti husen dibelakangnya. Kedua lelaki tampan itu menyalami tangan ayah dan bunda satu persatu dan berakhir ber-tos dengan izan.

Pengagum rahasia {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang