Kembali

148 15 2
                                    

Gadis itu berlari—menepi ke ujung halte hanya untuk menghindari gerimisnya air hujan. Tangannya bergerak bebas mengibaskan seragam sekolahnya yang sedikit terkena ciptratan air hujan. Asha merutuki dirinya karna tidak bisa pulang bareng sepupunya itu.

Entah keajaiban sedang berpihak pada dirinya, Mobil CRV—berwarna ke-abu-abuan itu menghentikan lajunya tepat didepan wajah asha. Dibukanya kaca jendela sehingga terpampang jelas wajah Rehan disertai senyuman khasnya.

"Mau bareng gak?" tanyanya tanpa menyapa.

"Eh?"

"Kamu asha kan? Sepupunya nabilla? Tadi dia nitip pesen kalo ketemu kamu dijalan disuruh barengan" ucap rehan seakan tahu maksud dari kebingungan wajah asha. Gadis itu mengangguk ragu "Beneran?".

"Bener, kalo nggak percaya Tanya aja sama Nabila. Lagian hujannya bakal lama ini berhenti, nggak mungkin bus bakalan lewat" rehan memandang langit-langit yang semakin menggelap disertai angin kencang. Mengangguk pasrah, asha berjalan membuka pintu mobil, menyetujui ajakan seorang rehan untuk pulang bersamanya.

"Makasih ya tumpangannya"

"Santay aja kali. Kalo lagi ga barengan nabilla kasih tau gue aja"

"Biar apa gitu?"

"Biar balik bareng gue. Udah ah gue cabut dulu ya Assalamualaikum"

Mobil milik rehan melesat jauh meninggalkan pekarangan rumah milik keluarga tandean. Asha diikuti senyum mengembangnya sedang mematung sembari menatap hujan yang mulai turun di depannya. Sial kenapa hatinya tak karuan begini?

Melihat sodara sepupunya yang berdiam diri di depan rumah, kaizan meneriakinnya dari atas balkon "Asha, kamu mau sakit demam karna ujan!!"

"Eh iya kak" jawabnya seakan sadar dan langsung memasuki rumah.


///


Seperti biasa kegiatan malam minggu ini di isi dengan marathon film korea di kediaman rumah asha. Mereka berlima termasuk nabilla, asha, umay, ayu, dan nadira sedang goleran di atas karpet yang ada. Berbekal satu kotak martabak keju dan lima botol cups thai tea mereka sudah anteng ditempatnya.

"Ini cowoknya kok muka nya sama semua sih?" Tanya umay penasaran, tidak pernah menonton drama korea membuatnya sulit untuk terbiasa dengan wajah-wajah tampan.

"Beda mbak, yang itu hidungnya mancung yang satunya cowoknya pendek. Kebanyakan nonton film india sih" gerutu nadira, tidak terima idolnya dikatakan sama.

"Hehe, maklum dek. Mbak kan jarang nonton yang beginian" belanya disertai kekehan. Ayu menggeleng pelan lalu menatap nabilla dan asha, kedua bersaudara itu sedang berpelukan ria tampak tak minat dengan film di depannya.

Wajah murung nabilla dan wajah sedih milik asha sambil menatap gawainya benar-benar menggangu penglihatan ayu malam ini. "Kalian kenapa lagi sih?" Tanya nya lembut.

Menggeleng lemah keduanya menjawab serempak. "Nggak papa kok".

Semenjak perseteruan nabilla dan satryo seminggu lalu, mereka jarang bertukar kabar sekalinya bertemu di sekolah nabilla lebih memilih untuk menjauh. Hati dan otak nya perlu berpikir seberapa pantas dia bersanding dengan hati satryo, lebih memilih membesarkan egonya ketimbang sikap dewasanya.

Satryo berulang kali datang kerumah milik keluarga tandean tetapi yang didapati hanya tatapan sinis milik sang kakak. "Kenapa sama billang?" kaizan bertanya dengan nada dingin.

"Nggak papa bang".

"Nggak papa kok dia murung terus. Kalo ada masalah itu diselesain baik-baik jangan asal main pergi, kayak gitu gak bakalan selesai". Peringatnya.

Pengagum rahasia {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang