Keputusan

139 15 3
                                    

Double Update ya...




"Om, maaf sekali lagi saya lancang. Apa boleh saya berbicara dengan humairah sebentar saja?"

Ucapan lelaki didepannya membuat umay membulatkan mata seketika ditambah sang ayah yang mengangguk memperbolehkan.

Maka disini lah mereka berada, dibelakang rumah. Mereka bertiga sedang duduk digazebo. Dengan alasan 'tidak diperbolehkan lelaki dan wanita berduaan' maka adik bungsu dari umay kena getahnya. Azriel yang kini duduk ditengah-tengah mereka harus menjadi kambing congek.

"Jadi itu alasan kamu ingin menunda perjodohan kita?" ucap jafar memecah keheningan. Umay menoleh lalu mengangguk.

Muhammad jafar Al-segaf merupakan sepupu jauh umay dari pihak ibunya. Mereka memang berbeda marga tetapi masih terkait hubungan darah. Jafar itu tampan, baik, dan juga ramah sama seperti lelaki pada umumnya. Umay juga suka, tetapi masih dengan alasan yang sama ia ingin melanjutkan studi belajarnya.

"Kamu bisa bilang sama saya kalau misalkan ingin melanjutkan kuliah. Nggak harus membatalkan atau menunda perjodohan kita umay" Ucap jafar menghela nafas pelan.

"Emang kalau misalkan saya bilang sama kamu, kamu akan mengizinkannya begitu?" tanya umay polos.

Jafar mengangguk "Kita bisa omongi ini baik-baik. Kalau begini kasian abah dan ibu kamu, hati mereka mungkin sedikit sakit"

Kini gantian gadis itu mengagguk, memikirkan perkataanya tadi mungkin akan sedikit melukai hati kedua orang tuanya.

Bagaimanapun itu keinginan orangtuanya.

"Maaf..." ucapnya pelan "Saya nggak berniat nyakitin hati ibu sama abah . Tetapi ini juga hak dan privasi saya, saya juga berhak mengutarkan hati dan pikiran saya".

"Yasudah jika kamu ingin tetap kuliah, saya bisa bicarakan ini dengan kedua orang tua saya dan abah kamu. Tapi ada satu pertanyaan yang harus kamu jawab dengan jujur!"

"Apa?"

"Kamu ingin perjodohan ini tetap berlanjut? Dan satu lagi saya—suka sama kamu umay"

"ADUH KAK, MBAK BISA NGGAK NGOMONGNYA JANGAN PAKE BAHASA YANG BAKU. AZRIEL PUSING NIH!!!"



///



"Jadi billa harus nerusin cabang yang ada di bandung yah? Bun? " wajah nya Nampak kecewa terlihat sekali ia ingin menangis sekarang juga. "Iya nak"

"Tapi kenapa? Disana kana da om danu?" tanya nabilla.

"Om danu nya lagi sakit nak, jadi harus diobati untuk beberapa waktu kedepan . Ini juga permintaan nenek dulu. Untuk urusan kuliah kamu bisa lanjutin disana" ucap bunda lembut. Tangannya masih setia mengelus surai hitam putrinya.

Nabilla hanya mengangguk disaat bundanya bertanya "Mau ya?"

"Iya—" jawabnya sambil terisak pelan. Ia berusaha menahan tangisannya.

Malam ini untuk yang kesekian kalinya ia menangis. Nabilla menangis. Sendiri. Dibalkon kamarnya. Dengan cuaca yang dingin tanpa selimut atau jaket yang melekat ditubuhnya.

Seharusnya didalam keadaannya yang seperti ini, kaizan sedang berada disampingnya, memeluknya sambil mengucapkan kata-kata yang bisa membuatnya berhenti menangis atau melupakan masalahnya barang sejenak.

Ia menarik ingus yang sedari tadi terus mencuat ingin keluar. Tangannya merogoh ponsel yang berada disakunya. Mendial nomor seseorang yang mungkin bisa menenangkannya barang sebentar.

Pengagum rahasia {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang